Universitas Airlangga Official Website

Diagnosis dan Manajemen Carpal Tunnel Syndrome Saat Ini

Ilustrasi by SehatQ

Terowongan karpal adalah kanal osteofibrous yang menghubungkan bagian dalam telapak tangan dan lengan bawah. Carpal tunnel syndrome (CTS) adalah sindrom neuropatik yang berhubungan dengan kompresi saraf median di terowongan karpal, di bawah ligamen karpal transversal. Saraf medianus memberikan persarafan pada otot-otot kecil tangan dan persarafan sensorik pada jari-jari yang mengatur sensasi raba dan refleks fungsi motorik kanan terutama genggaman tangan. CTS adalah jebakan neuropatik yang paling umum di ekstremitas atas. Gejalanya dikenali dari nyeri, mati rasa, dan kesemutan pada bagian saraf median di tangan. CTS terjadi karena kerja paksa berulang yang kronis yang melibatkan getaran, postur pergelangan tangan yang ekstrim, atau kombinasi dari semuanya. Selain itu juga ditentukan oleh jenis kelamin, usia, keturunan, hormonal, berat badan, diabetes melitus, kehamilan, dan gangguan autoimun seperti rheumatoid arthritis.

Nyeri neuropatik (NP) adalah nyeri yang melemah terus-menerus yang disebabkan oleh gangguan sistem somatosensori. CTS adalah penyebab utama nyeri neuropatik kronis pada ekstremitas atas. CTS biasanya dimulai pada usia 20-60 tahun, prevalensi meningkat sebanding dengan usia. Secara keseluruhan, frekuensi CTS lebih tinggi pada rentang usia 25-34 tahun (89,2%). Tingkat prevalensi yang tinggi menimbulkan biaya tinggi untuk perawatan medis, rehabilitasi, kehilangan jam kerja, biaya pensiun awal, dan untuk pelatihan pekerja baru. Hal ini menjadikan CTS sebagai masalah utama di bidang ketenagakerjaan.

Pengetahuan tentang diagnosis dan pengobatan CTS penting bagi para klinisi. Diagnosis yang tepat akan mengarah pada pengobatan yang tepat, menghasilkan kualitas hidup yang lebih baik bagi pasien. Sudah banyak penelitian tentang CTS, namun sampai saat ini pengobatannya masih menjadi tantangan dalam dunia medis.

Diagnosis CTS dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pasien biasanya mengeluh kesemutan, mati rasa, dan nyeri yang semakin parah pada malam hari. Kelemahan, kekakuan, dan perubahan suhu juga sering terjadi. Jari-jari yang biasanya terkena adalah ibu jari, jari ke-2 dan ke-3, dan separuh radial dari jari ke-4, tetapi jari kelingking jarang terkena karena persarafan saraf ulnaris.

Pasien CTS ringan sampai sedang kebanyakan tidak menunjukkan temuan apapun pada pemeriksaan fisik. Untuk mengecualikan penyebab lain, dokter perlu melakukan pemeriksaan menyeluruh pada seluruh ekstremitas atas; dari pergelangan tangan, siku, bahu, dan sampai ke leher. Pada penyakit lanjut dapat terjadi kehilangan sensorik dan motorik yang konstan. Penurunan sensasi nyeri (hipoalgesia) dapat ditemukan pada sisi telapak jari telunjuk dan kontras dengan jari kelingking ipsilateral pada tangan yang terkena.

Diagnosis CTS dulunya adalah diagnosis klinis. Namun, saat ini, studi elektrodiagnostik (EDX) umumnya digunakan untuk diagnosis, karena memberikan parameter objektif untuk prediksi dan evaluasi kausal. Ini juga melayani konfirmasi diagnostik dan tingkat keparahan untuk CTS. EDX, khususnya studi konduksi saraf (NCS), saat ini sedang diamati sebagai standar referensi untuk CTS.

Tinjauan sistematis menyatakan bahwa rancangan tempat kerja dapat menggabungkan intervensi yang berkonsentrasi pada pendidikan, latihan, ergonomi, fisioterapi, dan pengawasan epidemiologi. Pengurangan pergeseran ulnaris atau mempertahankan posisi netral dengan intervensi juga dapat menurunkan risiko CTS. Penatalaksanaan CTS meliputi terapi non invasif, seperti terapi non farmakologis dan farmakologis, serta terapi invasif seperti pembedahan.

Merawat tulang belakang leher apabila dirawat bisa mengurangi manifestasi distal ke terowongan karpal. Itu hasil membuktikan bahwa fisioterapi konservatif digabungkan dengan terapi manual serviks, lebih manjur untuk menyempurnakan kemampuan fungsional, nyeri, saraf median latensi distal motorik, dan saraf sensorik median kecepatan konduksi pada pasien CTS.

Prognosis dapat diprediksi dengan menggunakan teknik elektrodiagnostik. Dalam kasus ringan, konservatif terapi umumnya memiliki prognosis yang baik. Secara umum, prognosis operasi juga baik, tetapi sebagai operasi hanya dilakukan pada pasien yang sudah lama menderita CTS, pemulihan pasca operasi bertahap.  Meskipun prognosis CTS dengan konservatif atau terapi operatif cukup baik, resiko kekambuhan memang ada. Jika kekambuhan terjadi, baik konservatif atau prosedur terapi operatif dapat diulang.

Penulis: Dr. Hanik Badriyah Hidayati, dr., Sp.N(K).

Sumber: Hidayati HB, Subadi I, Fidiana, Puspamaniar VA. 2022. Current diagnosis and management of carpal tunnel syndrome: A review. Anaesth. pain intensive care, 26(3):394-404.

Link Lengkap: https://doi.org/10.35975/apic.v26i3.1902