n

Universitas Airlangga Official Website

Dikembangkan, Bantalan Tulang Rawan untuk Penderita Degenerasi Diskus Intervertebralis

UNAIR NEWS Chronic Low Back Pain (CLBP) merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering dijumpai di masyarakat. Sekitar 60-80% dari penduduk dunia selama hidupnya pernah mengalami paling tidak nyeri pungung bawah. Penyebabnya bermacam-macam, salah satunya adalah degenerasi diskus invertebralis, yaitu bantalan tulang rawan pada tulang belakang yang berfungsi sebagai penyangga beban tubuh dan body shock absorber.

Pasien dapat merasakan nyeri, mati rasa, bahkan kelemahan pada anggota tubuh yang disebabkan oleh saraf yang tertekan. Berbagai cara untuk penyembuhan nyeri punggung bawah ini diantaranya adalah tindakan konservatif dan pembedahan. Tetapi tindakan konservatif dan pembedahan ini bisa menimbulkan komplikasi serta infeksi.

Berawal dari kasus diatas, maka lima mahasiswa Prodi Teknobiomedik Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga yaitu Cityta Putri Kwarta (2012), Miftakhul Jannah (2012), Dina Kartika Putri (2012), Evlyn Anggraini Santoso (2013), dan Wilda Kholida Annaqiyah (2013), berhasil membuat injectable hydrogel berbasis polimer untuk terapi degenerasi diskus intervertebralis.

Dibawah bimbingan dosen Dr. Prihartini Widiyanti, drg.,M.Kes., mereka menjadikan inovasi temuan itu sebagai Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian Eksakta (PKM-PE) dengan judul “Paduan Hyaluronic Acid (HA) – Polyethylene Glycol (PEG) sebagai Injectable Hydrogel untuk Terapi Penderita Degenerasi Diskus Intervertebralis”. Proposal ini memperoleh pembiayaan dari Dirjen Dikti Kemenristek dalam Program PKM-PE 2016.

Hasil Uji In Vitro Injection Model Hidrogel ke Agarose. (Foto: Dok Tim)
Hasil Uji In Vitro Injection Model Hidrogel ke Agarose. (Foto: Dok Tim)

Cityta Putri Kwarta, ketua Tim ini menjelaskan, dalam prosesnya kelompok penelitiannya ini menggunakan polimer alam yakni Hyaluronic Acid dan polimer sintetik Polyethylene Glycol serta menambahkan Enzim Horse Radish Peroxide sebagai bahan utama pembuatan hidrogel. Ketiga material ini dipilih karena memiliki sifat biokompatibel, biodegradable, dan nontoksik.

Untuk memenuhi kriteria sifat tersebut, hidrogel melewati beberapa uji, yakni uji swelling untuk melihat kemampuan mengembang, uji degradasi untuk melihat seberapa lama sampel bertahan dalam tubuh, uji sitotoksisitas untuk menguji sifat toksik sampel, uji in vitro injection model untuk mengetahui proses gelasi hidrogel, dan uji Fourier Transform Infra Red (FTIR) untuk meggambarkan ikatan kimiawi pada bahan.

”Jadi injectable hydrogel ini sudah lolos uji coba dan memenuhi syarat sebagai hidrogel untuk bantalan tulang rawan. Harapan kami hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan injectable hydrogel dalam bidang medis di masa yang akan datang,” pungkasnya. (*)

Editor : Bambang Bes