Universitas Airlangga Official Website

Efektifitas Terapi Non-Farmakologis Terhadap Nyeri Pasca Stroke

Efektifitas Terapi Non-Farmakologis Terhadap Nyeri Pasca Stroke
Sumber: Alodokter

Tujuan dari dilakukannya meta-analisis ini ini adalah untuk menguji efektiftas intervensi non-farmakologis, serta untuk mengevaluasi detil temuan (analisis sub-kelompok) yang secara signifikan menurunkan nyeri pasca strokemenggunakan analisis subkelompok.

Nyeri merupakan masalah kesehatan pasca stroke yang umum dikeluhkan. Sekitar 11%–42,73% pasien mengalami nyeri pasca strokebaik pada fase akut maupun kronis. Istilah “nyeri pasca-stroke” mengacu pada sindrom yang sering dikaitkan dengan masalah kesehatan pasca-stroke, dengan subtipe nyeri pasca strokeyang paling umum adalah nyeri pasca strokesentral, sindrom nyeri regional kompleks, nyeri bahu, nyeri terkait spastisitas, dan sakit kepala. Berbagai jenis nyeri pasca strokemuncul pada satu hingga enam bulan, setelah stroke.

Dampak nyeri pasca strokedapat dirasakan baik pada fase awal maupun jangka panjang. Nyeri pasca strokedikaitkan dengan timbulnya gejala kecemasan pada pasien yang muncul dalam waktu 3 bulan setelah stroke. Dalam jangka panjang, lebih dari tiga hingga enam bulan setelah stroke, nyeri pasca strokememiliki efek sedang hingga berat pada aktivitas sehari-hari dan menyebabkan kualitas hidup yang lebih rendah. Pengkajian nyeri yang sistematis sangatlah penting untuk mencegah penatalaksanaan nyeri yang tidak optimal. Bebrapa tantangan pada saat melakukan pengkajian nyeri pasca strokeadalah pasien mungkin tidak bisa atau kesulitan dalam mengomunikasikan nyeri. Hal ini muncul karena beberapa pasien mengalami afasia, kehilangan keterampilan motorik, atau mengalami penurunan fungsi/gangguan kognitif.

Berbagai pendekatan, termasuk farmakologis dan non-farmakologis, digunakan untuk manajemen nyeri. Meskipun pengobatan utama untuk nyeri pasca strokeadalah farmakologis, pendekatan non-farmakologis telah meningkat penggunaannya dalam beberapa tahun terakhir. Pendekatan non-farmakologis, seperti terapi akupunktur, tampaknya efektif untuk meningkatkan fungsi motorik, menghilangkan nyeri, dan aktivitas kehidupan sehari-hari pada pasien pasca strokedengan sindrom bahu-tangan. Stimulasi magnetik transkranial berulang dikaitkan dengan penurunan nyeri kronis dan perubahan rangsangan korteks motorik dalam kasus nyeri pasca strokesentral sub-akut. Laporan kasus menunjukkan keberhasilan terapi cermin untuk mengurangi nyeri pada pasien stroke talamus kronis.

Meskipun beberapa penelitian terdahulu telah meninjau efektifitas intervensi non-farmakologis untuk manajemen nyeri pasca-stroke, tidak ada yang mengevaluasi efek intervensi berdasarkan karakteristik nyeri dan respons dosis yang dapat menghasilkan hasil yang berbeda. Kesimpulan dari penelitian terdahulu terbatas dan para peneliti tidak dapat melakukan analisis subkelompok pada karakteristik penting nyeri pasca strokekarena sangat sedikit uji coba yang disertakan dalam meta-analisis. Lebih jauh, para peneliti tidak mempertimbangkan jenis nyeri pasca strokelainnya. Oleh karena itu, manfaat pendekatan non-farmakologis yang khusus untuk aspek nyeri pasca strokeperlu didiskusikan lebih lanjut. Demikian pula halnya dengan studi literatur 18 penelitian yang diterbitkan pada tahun 2016 hanya memberikan temuan kualitatif, sehingga sulit untuk mengevaluasi secara objektif efek sebenarnya dari intervensi non-farmakologis untuk nyeri pasca-stroke.

Temua baru dari penelitian saat intervensi non-farmakologis menunjukkan efek yang sanagt bermanfaat dalam mengurangi nyeri pasca-stroke. Analisis subkelompok menunjukkan bahwa intervensi ini efektif dalam mengurangi nyeri pasca strokesedang, yang diberikan selama kurang dari 4 minggu dan selama lebih dari 4 minggu. Investigasi komprehensif terhadap kemanjuran keseluruhan intervensi non-farmakologis dan dampak spesifiknya terhadap hasil nyeri pasca strokedalam berbagai kelompok pasien diperlukan. Di antara para penyintas stroke dalam studi sebelumnya, nyeri muskuloskeletal tampak sebagai gejala yang paling umum (pada 72% pasien) dan yang paling umum kedua adalah sindrom nyeri pasca-stroke, sedangkan yang ketiga adalah nyeri pasca strokesentral. Secara umum, nyeri memengaruhi kehidupan penyintas stroke hingga 30%–40%.

Hasil penelitian kami juga menunjukkan bahwa intervensi nonfarmakologis dapat mengurangi rasa sakit secara signifikan dan akan bermanfaat bagi penyintas stroke dengan berkontribusi pada manajemen rasa sakit mereka setelah stroke. Studi ini menemukan bahwa intervensi nyeri nonfarmakologis bermanfaat bagi pasien setelah stroke. Bukti dari studi ini berkontribusi pada pemahaman tentang pengurangan nyeri pasca strokesegera setelah intervensi, jenis intervensi, durasi pemberian intervensi, dan evaluasi pasca intervensi. Namun demikian, penelitian tambahan diperlukan untuk mengeksplorasi dampak intervensi nonfarmakologis pada jenis dan tingkat intensitas nyeri pasca stroketertentu. Lebih jauh, diperlukan penyelidikan lebih lanjut tentang efektifitas intervensi seperti terapi akuatik, terapi laser, Nyeri pasca strokesentral lebih jarang: Prevalensinya adalah 3,5% hingga 6,7% dalam studi berbasis populasi terhadap orang-orang dengan nyeri pasca-stroke. Nyeri pasca strokeadalah salah satu komplikasi yang paling kurang dipahami. Nyeri ini mengganggu kemampuan orang untuk mengelola aktivitas hidup sehari-hari dan menyebabkan kelelahan dan depresi. dan terapi cermin dalam mengurangi nyeri pasca-stroke. Diperlukan penelitian eksperimental lebih lanjut untuk mengetahui  efektifitas terapi nonfarmakologis dalam mengobati nyeri setelah stroke, khususnya pada pasien dengan nyeri pasca strokesentral dan penyintas stroke dengan nyeri yang berat (severe pain).

Penulis: Ira Suarilah., S,Kp., M.Sc., Ph.D

Sumber: https://sigmapubs.onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/jnu.13032

Baca juga: Organisme Patogen dan Faktor Risiko Infeksi Setelah Stroke