Universitas Airlangga Official Website

Efektivitas Pemberian Edukasi oleh Apoteker untuk Pasien Asma

Foto by Halodoc

Asma adalah salah satu penyakit yang menjadi isu penting hingga saat ini di seluruh dunia yang termasuk beban besar dalam sistem kesehatan. Menurut WHO, pada tahun 2020 lebih dari 339 juta orang menderita asma dan sejumlah 417.918 kematian di dunia terjadi akibat asma. Asma merupakan penyakit kronis pada saluran pernapasan yang mengakibatkan kesulitan bernafas akibat adanya peningkatan reaktivitas terhadap berbagai stimulus dan sumbatan saluran napas, yang dapat kembali normal dengan melakukan pengobatan yang sesuai.

Dalam melawan penyakit kronis diperlukan sebuah konsep manajemen diri, yakni dengan memiliki rasa tanggung jawab dan pemahaman tentang penyakit yang diderita beserta cara mengatasinya. Dalam melakukan pengobatan asma, pengetahuan tentang gejala asma, faktor risiko pemicu, dan penggunaan obat yang tepat dapat membantu meningkatkan kemampuan dan kepatuhan penderita dalam melakukan pengobatan. Pemahaman pasien tentang asma tidak secara langsung berpengaruh terhadap penatalaksanaan asma, namun dapat membantu individu untuk beradaptasi dengan penyakitnya. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pengetahuan pasien asma tentang penyakit dan kepatuhannya terhadap pengobatan dapat menimbulkan pengendalian asma yang lebih baik dan kualitas hidup yang lebih baik. Kepatuhan pengobatan dan penggunaan obat asma yang tepat berperan penting dalam pengendalian asma, untuk itu apoteker berperan penting dalam penatalaksanaan asma yang dapat dilakukan melalui pemberian edukasi pada pasien.

Efektivitas pemberian edukasi oleh apoteker tentang penatalaksanaan asma pada pasien asma dinilai dengan menggunakan Asthma Controlled Questionnaire (ACQ), Asthma Quality of Life Questionnaire (AQLQ), dan Adherence to Refills and Medicaton Scales (AMRS). Penelitian dilakukan pada 82 pasien asma yang dibagi dalam dua kelompok, yakni kelompok intervensi (kelompok yang diberikan edukasi) dan kelompok kontrol (kelompok yang hanya melakukan perawatan). Pengumpulan data melalui kuesioner dilakukan pada sebelum intervensi diberikan dan setelah intervensi diberikan dengan ditindaklanjuti selama tiga bulan yang kemudian dibandingkan antara data awal dengan hasil tindaklanjut pada bulan ke-1, 2, dan 3.  

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan pada skor Asthma Controlled Questionnaire (ACQ) pada dimensi gejala dan lingkungan pada kelompok intervensi setelah dilakukan tindaklanjut. Ditemukan juga peningkatan pada dimensi ACQ lainya pada kelompok intervensi. Perbedaan skor ditemukan pada kedua kelompok setelah tindaklanjut bulan ke-1 dan ke-2. Pada tindaklanjut terakhir (bulan ke-3), skor ACQ dalam kelompok intervensi lebih sedikit dibandingkan kelompok kontrol, akan tetapi tidak ditemukan perbedaan bermakna. Pada tindaklanjut pertama dan kedua terjadi peningkatan asma yang terkendali pada kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok kontrol, yakni dengan proporsi peningkatan dari 63.4% menjadi 75.6%. Namun, pada tindaklanjut terakhir tidak ditemukan perbedaan yang signifikan pada pasien dengan asma yang terkendali pada kelompok intervensi dibandingkan dengan data awal.

Pada hasil penelitian menggunakan kuesioner Asthma Quality of Life Questionnaire (AQLQ) didapatkan peningkatan kualitas hidup dari data awal dengan hasil tindaklanjut pada kelompok intervensi, walaupun tidak ditemukan perbedaan signifikan pada kelompok kontrol. Hasil lainnya, pada skor Adherence to Refills and Medicaton Scales (AMRS) ditemukan bahwa tidak ada perubahan signifikan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Terdapat sedikit peningkatan yang tidak signifikan pada fungsi paru pasien pada kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Sedangkan pada kunjungan kesehatan terkait asma, libur kerja akibat asma, dan penggunaan kortikosteroid pada kedua kelompok tidak memiliki perubahan atau peningkatan signifikan.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pemberian edukasi oleh apoteker dalam waktu singkat dapat membantu pasien mengobati penyakitnya, meningkatkan jumlah pasien asma yang terkendali dan kualitas hidup pasien yang lebih baik. Secara umum, pasien dengan asma memahami gejala yang berhubungan dengan penyakitnya dan mampu untuk mengendalikannya. Namun, penyedia layanan kesehatan juga memiliki tanggung jawab untuk membantu pasien dalam penatalaksanaan asma dan menjalani kehidupan secara produktif.

Penulis: Elida Zairina, S.Si., MPH., PhD., Apt.

Sumber: Zairina, E., Nugraheni, G., Achmad, G. N., Sulistyarini, A., Nita, Y., Faisal, S., Bakhtiar, A., & Amin, M. (2022). Efficacy of an education session by pharmacists for patients with asthma: A randomised controlled trial. Pharmacy Education22(1), p. 980–988.

Artikel lengkap: https://doi.org/10.46542/pe.2022.221.980988