Universitas Airlangga Official Website

Ekstrak Daun Sirih Menghambat Pertumbuhan Virus Hepatitis C

Illustration by Merdeka.com

Virus Hepatitis C (HCV) adalah virus RNA yang mudah bermutasi dan berisiko tinggi terhadap resistensi. Vaksin untuk HCV masih belum tersedia hingga saat ini sementara pengobatannya dengan obat-obat generasi baru (Direct-Acting Antiviral Drugs, DAAs) masih sangat terbatas mengingat harganya yang relatif mahal.

Piper betle L. atau sirih, tanaman budidaya yang ekonomis dan sudah banyak dimanfaatkan pada pengobatan tradisional untuk mengobati berbagai kondisi kesehatan. Tanaman ini sangat melimpah dan murah, oleh karena itu mendorong penelitian lebih lanjut dalam pemanfaatan dibidang kesehatan. Terutama dalam upaya pencarian obat alternatif dan komplementer pada infeksi virus. Oleh karena itu dilakukan pengujian aktivitas Piper betle (P. betle) terhadap HCV melalui uji tunggal dan kombinasi dengan obat antivirus yang sudah ada, antara lain Ribavirin dan Simeprevir.

Dalam penelitian ini, dilakukan eksplorasi potensi efek sinergis kombinasi obat antivirus dengan ekstrak P. betle. Strategi kombinasi bertujuan untuk meningkatkan efektivitas antivirus dan mengatasi potensi resistensi obat. Dengan memadukan sifat antivirus alami Piper betle bersama dengan obat antivirus yang sudah diketahui efektivitasnya. Selain itu, kombinasi dapat memberikan peluang dalam pendekatan terapeutik baru untuk melawan infeksi virus, termasuk HCV. Penghambatan antivirus diidentifikasi dengan kultur sel secara in vitro dengan menggunakan sel Huh7it-1 dan HCV JFH1a.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol dari P. betle memiliki aktivitas yang kuat dengan nilai IC50 sebesar 0.08 ± 0.028 µg/mL. Mekanisme kerja menunjukkan bahwa ekstrak secara dominan menghambat tahapan post entry dalam siklus perkembanganbiakan virus. Lebih lanjut pada analisa Western blotting menunjukkan ekstrak P. betle dapat menghambat protein NS3 yang berperan untuk replikasi virus. Selain itu, kombinasi ekstrak P. betle dengan simeprevir menunjukkan aktivitas anti-HCV yang lebih tinggi dibandingkan penggunaan simeprevir secara tunggal.

Namun kombinasi dengan ribavirin tidak menunjukkan adanya efek sinergis. Selain itu, profil fitokimia juga ditentukan dengan menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (TLC) dan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (HPLC). Evaluasi fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak tersebut mengandung flavonoid, polifenol, dan alkaloid. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa ekstrak etanol dari P. betle dapat menjadi kandidat yang baik untuk pengembangan atau sebagai alternatif obat anti-HCV.

Penulis: apt. Tutik Sri Wahyuni, SSI. MSi. PhD.

Link Artikel: https://journal.ugm.ac.id/v3/IJP/article/view/7071#:~:text=Phytochemistry%20evaluation%20was%20shown%20for,alternative%20to%20anti%2DHCV%20drugs.

Baca juga: Potensi Phyllanthus niruri L dan Phyllanthus urinaria L sebagai penghambat virus Hepatitis B