Kondisi higienitas yang baik, penggunaan antibiotik, dan vaksinasi menyebabkan tubuh kurang terpapar mikroorganisme dan menyebabkan pergeseran reaksi imunitas terhadap penyakit alergi. Polusi udara juga menjadi salah satu faktor pemicu penyakit alergi seperti dermatitis atopik. Peningkatan jumlah kasus dermatitis atopik terjadi di seluruh dunia, termasuk di Surabaya, Indonesia, dimana kasus dermatitis atopik banyak ditemukan pada anak laki-laki (53,4%) dan rentang usia 5-14 tahun (46,6%). Faktor lingkungan yang paling umum adalah tungau debu rumah. Dermatophagoides farinae dan Dermatophagoides pteronyssinus merupakan dua spesies tungau yang paling sering ditemukan di Indonesia. Alergen tungau debu rumah dapat memicu respons imun tipe 2 dan meningkatkan produksi interleukin (IL)-4, IL-5, dan IL-13, yang memiliki peran penting dalam penyakit dermatitis atopik.
Meskipun banyak kemajuan telah dicapai dalam pengobatan dermatitis atopik, saat ini belum ada pengobatan yang memuaskan untuk penyakit ini karena sifatnya yang kronis dan berulang. Imunoterapi sebelumnya telah direkomendasikan pada penyakit atopik seperti rinitis alergi dan asma. Penggunaan imunoterapi pada dermatitis atopik kini telah menjadi subjek penelitian lebih lanjut. Hasil dari beberapa tinjauan sistematis mengenai imunoterapi pada dermatitis atopik kurang dapat menyimpulkan hasilnya, dan tidak ada rekomendasi jelas yang dapat diberikan. Menurut sebuah studi meta-analisis, imunoterapi spesifik menggunakan ekstrak aeroalergen terstandar dapat secara signifikan memperbaiki kondisi klinis pada pasien dermatitis atopik yang dinilai dengan Scoring Atopic Dermatitis (SCORAD) dan Visual Analog Score (VAS).
The Joint Task Force and The European Academy of Dermatology telah merekomendasikan bahwa imunoterapi hanya dapat diberikan pada dermatitis atopik yang parah, yang dipicu paparan terhadap aeroalergen, terutama tungau debu rumah. Aeroalergen yang berasal dari tungau debu rumah dapat menyebabkan kekambuhan dermatitis atopik. Pada individu dengan dermatitis atopik, lapisan pelindung pada kulit mengalami gangguan oleh karena paparan alergen dan fungsi perlindungan kulit memburuk akibat aktivitas enzimatik dari tungau debu rumah. Protein dari tungau debu rumah dapat memasuki lapisan terluar kulit, yang kemudian dapat merangsang respon imun tipe 2 dan memperburuk dermatitis atopik.
Imunoterapi dilakukan untuk meningkatkan toleransi pasien terhadap paparan alergen. Pasien didesensitisasi dengan cara diberikan alergen dengan peningkatan dosis yang bertahap, dimulai dengan dosis kecil. Keberhasilan imunoterapi diperkirakan dimediasi oleh mekanisme seluler yang sama yang menghasilkan pengembangan toleransi imun alami ketika tidak ada ko-stimulasi, penyimpangan imun dengan pergeseran profil Th dari Th2 ke Th0/Th1, peningkatan sintesis IFNγ, induksi sel Treg, atau kombinasi dari mekanisme ini. Pada dermatitis atopik akut ditemukan bias terhadap profil Th2 yang dianggap sebagai hasil dari peningkatan diferensiasi sel Th2 atau peningkatan aktivasi dan apoptosis sel Th1 yang memproduksi IFNγ. Sel Th1 ini diketahui terlibat dalam apoptosis epitel pada dermatitis atopik. Induksi sel Treg selama imunoterapi akan menghambat proliferasi sel T yang diinduksi alergen serta sitokin Th1 dan Th2. Dengan demikian, perbaikan kondisi klinis pada dermatitis atopik dapat dilihat sebagai akibat dari penurunan peradangan kulit dan apoptosis epitel.
Pada sebuah studi imunoterapi spesifik alergen tungau debu rumah, didapatkan hasil bahwa mencit dalam kelompok imunoterapi memiliki lesi kulit yang lebih ringan yang ditunjukkan dengan skor keparahan SCORAD yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan kelompok model yang tidak diberikan imunoterapi. Selain itu, setelah menerima imunoterapi dalam dosis yang ditingkatkan, jumlah rata-rata IL-5 pada kelompok imunoterapi lebih rendah dibandingkan kelompok model. Temuan ini menunjukkan bahwa pergeseran Th2 ke Th0/Th1 setelah imunoterapi mengakibatkan penurunan sitokin Th2 termasuk IL-5. Penggunaan imunoterapi spesifik pada dermatitis atopik mempunyai prospek yang baik dan mekanisme kerja imunoterapi pada penyakit ini masih diteliti melalui banyak penelitian. Penelitian yang ada saat ini mengenai efektivitas imunoterapi spesifik pada dermatitis atopik menunjukkan bahwa imunoterapi ini memiliki kemanjuran klinis yang baik dalam mengobati individu yang alergi terhadap aeroalergen seperti tungau debu rumah.
Penulis: Dr. Sylvia Anggraeni, dr., Sp.DVE, Subsp.DAI
Link: https://www.als-journal.com/1126-24
Baca juga: Hidrasi Kulit pada Pasien dengan Dermatitis Atopik