Universitas Airlangga Official Website

Feline Panleukopenia: Penyakit Viral yang Berbahaya Bagi Kucing Liar

Foto oleh Pinterest

Feline panleukopenia, adalah penyakit viral yang menyerang bangsa Felidae seperti kucing yang disebabkan oleh feline parvovirus (FPV). Penyakit ini menyerang kucing dewasa maupun anakan kucing (kitten). Panleukopenia kucing atau yang dikenal dengan distemper kucing menyebabkan gangguan pencernaan seperti diarrhea pada kucing dewasa. Lebih dari itu, apabila virus panleukopenia kucing menginfeksi indukan yang bunting, maka akan menyebabkan kelainan perkembangan syaraf pusat pada fetus yang disebut hypoplasia. Virus ini memiliki tingkat penyebaran yang tinggi dan tingkat kematian yang tinggi. Tingkat kematian yang tinggi ini dikarenakan kucing yang sudah terinfeksi dengan virus panleukopenia menjadi immunocompromised (melemahnya kekebalan terhadap penyakit) terhadap infeksi dari bakteri maupun parasit dari luar.

Kucing yang terinfeksi oleh virus panleukopenia menunjukkan berbagai macam tanda-tanda, mulai dari gejala yang tidak terlihat (subklinis), hingga gejala seperti demam, mutah, hipersalivasi, dan penurunan nafsu makan. Saat ini, sudah tersedia vaksin melawan virus panleukopenia. Walaupun begitu, pada umumnya vaksin ini sering di aplikasikan pada kucing yang dipelihara di rumah. Sehingga, prevalensi infeksi virus panleukopenia pada kucing liar (stray cat) tetaplah tinggi.

FPV menginfeksi organ yang memiliki tingkat pembelahan tinggi seperti mukosa slauran pencernaan dan sumsum tulang. Lebih dari itu, FPV juga mampu menginfeksi fetus yang berkembang didalam kandungan. Menyebabkan fetus yang lahir menderita kecacatan syaraf congenital (bawaan).

Parvovirus merupakan salah satu golongan virus yang memiliki klasifikasi kompleks. Hal ini dikarenakan tingginya tingkat mutasi genetik dan variasi host tropism. FPV merupakan virus yang termasuk dalam keluarga parvoviridae genus protoparvovirus. FPV terdiri dari single strand positive sense DNA genome. Virion nya terdiri dari dua protein utama, yaitu VP1 dan VP2. Selain itu, parvovirus tidak memiliki polymerase protein. Hal ini yang pada umumnya menyebabkan hampir semua virus dalam family Parvoviridae memiliki kecendrungan menginfeksi jaringan yang memiliki aktivitas pembelahan tinggi, karena virus ini membutuhkan aktivitas polymerase di fase S (fase sintesis DNA) dari siklus sel.

Virus panleukopenia menyebar melalui oral dan pernapasan. Ketika virus sudah memasuki tubuh dari host yang susceptible, virus melakukan replikasi pada oropharyngeal lymphoid tissue. Hal ini menjadi sarana bagi virus panleukopenia untuk menyebar ke seluruh tubuh dari kucing yang terinfeksi (systemic infection). apabila virus sudah menginfeksi sel dengan aktivitas mitosis yang tinggi,  virus akan mencegah sel tersebut memasuki tahap mitosis (pembelahan sel), dan menahan sel pada fase S. Hal ini menyebabkan pathological response yang memicu aktivitas immun, salah satunya Tumor necrosis factor (TNF) yang akan menghancurkan sel-sel yang terinfeksi. Seperti yang diketahui bahwa virus panleukopenia menyerang sel-sel dengan aktivitas pembelahan tinggi seperti sel-sel bakal darah (hemopoietic cell), sehingga menyebabkan penurunan jumlah sel darah putih (panleukopenia), gangguan pembekuan darah (berkurangnya jumlah platelet), dan anemia (karena kehilangan darah merah). Oleh karena serentetan kejadian ini, kucing yang terinfeksi sangat rentan oleh infeksi dari sumber lain seperti bakteri, jamur maupun parasite.

Karena berbahayanya infeksi virus panleukopenia, salah satu cara pencegahan adalah dengan melakukan vaksinasi. Vaksinasi pada kucing mampu meninimalisir gejala klinis terhadap infeksi virus panleukopenia dan mampu mencegah kematian, karena imunitas yang terbentuk mempercepat pemulihan dari infeksi. Hal ini bisa diamati pada kucing rumahan yang sudah divaksinasi dan terineksi oleh virus panleukopenia. Walaupun begitu, hal yang berbeda ditemukan pada infeksi virus panleukopenia yang menginfeksi kucing liar. Kucing liar, pada umumnya hidup di lingkungan yang memiliki tigkat paparan antigen yang tinggi. Sehingga, kucing liar lebih rentan terhadap infeksi berbagai macam antigen salah satunya virus panleukopenia.

Saat ini, sudah banyak metode yang digunakan untuk mendeteksi virus panleukopenia. Metode itu bisa menggunakan teknik molekuler seperti Polymerase Chain Reaction (PCR) maupun enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Selain itu, saat ini sudah tersedia rapid test kit yang mendeteksi virus panleukopenia. Rapid test kit ini sangat mudah diaplikasikan dan handy, karena tidak membutuhkan peralatan laboratorium yang banyak seperti hal nya PCR maupun ELISA.

Penulis: Dr. Jola Rahmahani, drh., M.Kes.

Sumber : https://www.ijscia.com/wp-content/uploads/2022/08/Volume3-Issue4-Jul-Aug-No.314-591-593.pdf

The Incidence of Parvovirus that Causes Feline Panleukopenia on Stray Cats (Felis catus) with the FPV Rapid Test Kit Ag in the East Surabaya Indonesia