UNAIR NEWS – Gelaran Pemilu 2024 sudah usai, namun masyarakat masih menunggu dan mengawal hitungan suara sah calon pemimpin baru lima tahun ke depan. Melihat kondisi tersebut, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (UNAIR) menggelar seminar bertajuk Evaluasi Pemilu Serentak 2024: Kompleksitas Pemilu dan Imparsialitas Negara pada Rabu (06/03/2024).
Seminar yang berlokasi di Aula Soetandyo, Gedung C FISIP Kampus Dharmawangsa-B tersebut menghadirkan Eka Rahmawati selaku perwakilan Badan Pengawas Pemilu (BAWASLU) Provinsi Jawa Timur sebagai salah satu pembicara. Eka menjelaskan ada beberapa poin penting yang harus diperhatikan sebelum menyelenggarakan pemilu di masa mendatang.
Siapkan SDM yang Mumpuni
Sumber daya manusia adalah faktor utama yang penting untuk diperhatikan dalam menyelenggarakan proses pemilu. Karena bagaimanapun mereka lah yang menggerakan jalanya proses pemungutan suara dari awal hingga akhir. Eka menegaskan bahwa sebisa mungkin Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) diisi oleh anak muda dengan kondisi fisik dan psikis yang mumpuni.
“Memang ada batas usia dari menjadi anggota KPPS, tetapi di lapangan sendiri banyak anggota KPPS yang melebihi batas usia dan tidak sesuai klasifikasi. Akibatnya banyak dari mereka yang jatuh sakit atau bahkan meninggal karena kelelahan. Oleh karena itu peranan anak muda dengan kondisi yang prima menjadi penting untuk memberikan kontribusi mereka dalam pemilu mendatang,” ujarnya.
Selain karena permasalahan kesehatan, Eka juga menjelaskan bahwa jalanya pemilu sudah mulai menggunakan sistem digitalisasi, yang mana anak mudalah yang lebih paham akan hal tersebut. “Jikalau anggota KPPS mayoritas diisi oleh orang yang lebih senior, permasalahan yang timbul bukan hanya terkait dengan kesehatan. Masalah lain yang tidak kalah besar adalah bagaimana orang tersebut beradaptasi dengan digitalisasi yang ada,” tambahnya.
Jaga Selalu Netralitas
Meskipun pemilu sudah berlalu, masih ada beberapa daerah yang melakukan pemungutan suara untuk kedua kalinya. Penghitungan suara untuk yang kedua kalinya tersebut terjadi lantaran banyaknya suara yang masuk dinilai tidak sah dan juga adanya indikasi kecurangan oleh panitia penyelenggara pemilu. Melihat hal itu, Eka menegaskan bahwa panitia penyelenggara harus bersifat netral sehingga tidak terjadi kecurangan yang tidak diperlukan.
“Menjadi bagian dari panitia penyelenggara pemilu harus senantiasa menjaga netralitas mereka. Kalau tidak, kecurangan-kecurangan yang tidak perlu inilah yang akan merugikan kita semua. Jika ditotal dari pemilu kemarin, di Jawa Timur sendiri setidaknya ditemukan sebanyak empat puluh lima ribu kecurangan,” tegasnya.
Eka mengingatkan kepada seluruh peserta bahwa walaupun Pemilu 2024 sudah berlalu, namun sebagai warga negara kita tetap harus melakukan evaluasi dan mengawal jalannya perhitungan suara. Anak muda diminta untuk lebih memberikan peran mereka. Peran anak muda dalam Pemilu tidak hanya dengan menjadi anggota KPPS saja, namun dengan ikut memantau, mengevaluasi, dan melaporkan indikasi kecurangan juga menjadi bagian dari kontribusi anak muda.
Penulis: Naufal Hilmi F
Editor: Khefti Al Mawalia