UNAIR NEWS – Kesehatan Mental merupakan hal yang penting dan perlu adanya kesadaran dari diri masing-masing. Airlangga Webinar Conference Series (AWCS) ke-123 bekerja sama dengan Ikatan Alumni UNAIR di Inggris ulas penelitian psikiatri dan kesehatan mental. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga kembali mengadakan kegiatan tersebut secara daring melalui platform Zoom Meeting pada Sabtu (28/10/2023).
Salah satu pembicara kedua pada webinar adalah Celynka Finlanda Dano, dr Msc, alumni dari Fakultas Kedokteran UNAIR. Ia mengambil Healthcare Management di City University London. Celynka memaparkan materinya seputar “What Factors Contribute to Cyberchondria Following COVID-19 Pandemic: A Systematic Review of Literature”
Apa itu Cyberchondria
Celynka menyampaikan bahwa cyberchondria merupakan kondisi yang terjadi ketika seseorang berpikiran berlebihan terhadap kondisi kesehatannya. Sehingga muncul keinginan mencari gejala sesuatu penyakit melalui internet dan kemudian mendiagnosa sendiri terkait gejala yang dirasakan.
“Menurut data, gejala cyberchondria banyak terjadi pada orang yang lebih mudah dibawah umur 45 tahun dan banyak dari kalangan mahasiswa. Anak muda dinilai lebih akrab dengan media internet, maka banyak informasi yang diterima secara berlebihan, makin cemas dan timbul masalah baru,” tuturnya.
Paparan informasi palsu kepada masyarakat dan mungkin diperburuk oleh kurangnya inisiatif untuk memverifikasi kredibilitas sumber informasi dan keterampilan berpikir kritis, kebingungan dan berpotensi terhadap cyberchondria. Faktanya, terminologi sumber masalah tidak sekedar dari media digital, banyak pasien tidak mendapatkan kepuasan dari diagnosa dokter. Lalu beberapa eksperimen menyimpulkan pasien merasa tidak didengar oleh dokter.
Cara Mengatasi Cyberchondria
Terdapat pembagian persentase dalam menangani cyberchondria. Yaitu, 50 persen melakukan intervensi pemangku kepentingan pendekatan kepada pemerintah, keluarga atau rumah, sekolah dan pelatihan profesional kesehatan. 40 persen perawatan non-farmakologis jangka panjang seperti pengobatan CBT khusus Cyberchondria dan jangka pendek pelatihan mindfulness, penerimaan dan terapi. Terakhir 10 persen Perawatan farmakologis Perawatan obat dengan antidepresan, yang memiliki beberapa kemanjuran tetapi kurang disukai.
“ Sifat optimisme berkorelasi dengan perilaku kesehatan yang lebih protektif, tingkat depresi yang lebih rendah, mekanisme penanggulangan yang lebih sehat, kepercayaan diri yang lebih tinggi dan pencegahan yang lebih baik,” jelasnya.
Penulis: Mutiara Rachmi Karenina
Editor: Khefti Al Mawalia