Saat ini peningkatan kualitas kesehatan secara umum meningkat dibuktikan dengan adanya peningkatan angka harapan hidup. Hal tersebut menyebabkan populasi penduduk lansia semakin bertambah. Oleh karena itu, kualitas kesehatan lansia juga harus diperhatikan, salah satunya melalui pola makan sehari-hari. Berkurangnya sensitivitas rasa saat mengecap adalah masalah yang sering terjadi pada lansia sehingga berkontribusi dalam asupan makanan. Hilangnya reseptor rasa terkait usia dan perubahan membran sel rasa menjadi penyebab yang mendasari peningkatan ambang rasa dan penurunan sensitivitas terhadap rasa tertentu pada lansia, salah satunya adalah rasa asin. Peningkatan ambang rasa asin maupun penurunan sensitivitas rasa asin pada lansia dapat meningkatkan preferensi rasa asin yang lebih tinggi sehingga memiliki kecenderungan makan makanan asin lebih banyak.
Berbagai studi epidemiologis menunjukkan bahwa konsumsi tinggi natrium (makanan asin) merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskular, terutama hipertensi (tekanan darah tinggi). Data di Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi pada lansia terus meningkat dari tahun ke tahun. Penelitian mengenai asupan makananan asin dengan hipertensi telah banyak dilakukan. Namun, masih jarang adanya penelitian mengenai ambang rasa asin dengan tekanan darah pada lansia.
Berdasarkan gambaran kondisi tersebut, peneliti dari Universitas Airlangga melakukan sebuah studi potong lintang telah dilakukan dengan subjek lansia di salah satu panti jompo daerah Surabaya, Jawa Timur. Hasil penelitian tersebut berhasil dipublikasikan di Jurnal Internasional terindeks Scopus yaitu Sains Malaysiana. Peneliti melibatkan sebanyak 54 lansia aktif tanpa kondisi kehilangan kemampuan membau (misal: flu) maupun demensia. Tes ambang rasa menggunakan metode 3-AFC meliputi 3 konsentrasi (1 gr, 2 gr, 4 gr) garam per 100 mL air. Lansia juga tentunya diukur tekanan darah sebanyak 2 kali untuk diambil rata-rata sistolik dan diastolik. Hasil studi menunjukkan bahwa sebanyak 27,8% lansia mengalami hipertensi dan 18,5% lansia memiliki sensitivitas rasa asin yang rendah (ambang rasa asin tinggi). Sensitivitas rasa asin yang rendah lebih banyak terjadi pada lansia laki-laki. Peningkatan usia terbukti berkorelasi secara signifikan dengan penurunan sensitivitas rasa asin terutama pada lansia laki-laki. Tekanan darah diastolik juga berkaitan dengan sensitivitas rasa asin hanya pada subjek laki-laki. Studi ini menyimpulkan bahwa hampir seperlima lansia di panti jompo memiliki sensitivitas rasa asin yang rendah. Semakin bertambahnya usia berkaitan dengan penurunan kemampuan merasakan rasa asin, sehingga meningkatkan risiko hipertensi terutama pada lansia laki-laki. Hal ini tentunya dapat menjadi acuan dalam pengelolaan diet yang tepat untuk lansia menjaga kualitas kesehatannya.
Penulis: Muhammad Miftahussurur
Informasi detail dari penelitian ini dapat dilihat pada link artikel berikut: