Universitas Airlangga Official Website

Ikuti MBKM, Mahasiswa UNAIR Halau Batasan Demi Masa Depan

Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia, Almas, ikuti MSIB di Jobhun Membangun Indonesia (Foto: Dok. Pribadi)
Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia, Almas, ikuti MSIB di Jobhun Membangun Indonesia (Foto: Dok. Pribadi)

UNAIR NEWS – Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) telah menyuguhkan banyak cerita menarik. Salah satu cerita muncul dari Mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (UNAIR, Almas Durriya Novayanti. Perempuan yang akrab disapa Almas tersebut memilih untuk bergabung dalam Program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB). Akan tetapi, keterbatasan fisik pada kakinya tidak dapat menjadikannya bebas untuk memilih program yang telah disediakan. 

Saat membagikan kisahnya, perempuan asal Kabupaten Nganjuk itu menyampaikan jika keterbatasan tersebut muncul karena kelahirannya yang prematur. Kondisi tersebut membuat Almas tidak dapat berjalan dengan maksimal dan membatasi segala mobilitasnya.

Dengan alasan tersebut, Almas pada akhirnya memutuskan untuk memilih Studi Independen dibandingkan dengan Magang dalam MSIB. Kendati demikian, ia mengaku juga sempat mendaftar untuk magang pada Program MBKM tersebut. Hanya saja, ia ragu mengingat proses magang yang dilaksanakan secara luring.

“Saya sebenarnya juga mendaftar magang MSIB. Tapi mengingat magang kebanyakan dilaksanakan luring, saya sempat ragu bisa bekerja dengan kondisi dan mobilitas saya yang terbatas,” jelasnya.

Dilansir dari Narabahasa, penulis wara atau yang lebih banyak dikenal dengan istilah copywriter merupakan penulis naskah iklan untuk kebutuhan komersial. Di saat dunia yang serba digital ini, penulis wara memiliki peran penting bagi arus kerja digital dan banyak perusahaan berlomba untuk memaksimalkannya.

Studi inilah yang kini diambil oleh salah satu Srikandi UNAIR itu. Ia memutuskan untuk mengikuti Studi Independen di PT Jobhun Membangun Indonesia, start-up yang bergerak di bidang pengembangan karier.

Pada bagian Learning Path Copywriter, Almas belajar banyak hal tentang penulisan wara dan pemasaran digital. Menurutnya, apa yang ia pelajari selama program tersebut akan berdampak besar pada dunia karier setelah ia menamatkan studinya di bangku kuliah. 

“Tentunya, seputar copywriting dan digital marketing, ya. Mulai dasar-dasar copywriting hingga formula dan kiat-kiatnya. (Dalam dunia kerja nantinya, Red) sangat berdampak karena capstone project yang bisa digunakan untuk portofolio dan kiat-kiat untuk mencari kerja nantinya,” ujar Almas.

Saat ditanya tentang kendala, ia mengatakan jika selama periode MSIB-nya yang berlangsung pada Agustus hingga Desember 2023 tidak menemui kendala yang berarti. Keterbatasan fisik yang ada pada dirinya juga tidak membatasinya untuk terus bertahan dalam MSIB yang telah ia ikuti.

“Tidak ada kendala yang berarti karena Studi Independen yang dilaksanakan penuh secara daring. Mungkin kendalanya ke membagi waktu skripsi karena tugas dan timeline Studi Independen yang cukup padat,” ungkapnya.

Terlebih, program studi di mana ia menjalani kuliah tidak mewajibkan mahasiswanya untuk mengikuti MBKM. Mahasiswa perlu mencari informasi MBKM sendiri dan tentu itu bukan masalah besar baginya. 

Almas memilih untuk mengikuti program tersebut dilatarbelakangi oleh fakta keketatan di dunia kerja nantinya. MBKM yang ia ikuti akan menjadi salah satu modal pendukung agar ia bisa turut berjuang untuk kariernya.

“Lebih ke karena program studi kita ga mewajibkan magang, jadi mau ga mau harus mencari-cari sendiri. Apa lagi, cari kerja ‘kan sekarang ketat, ya, kayaknya kalau ga cari magang ga bisa survive,” paparnya.

Saat mengikuti Studi Independen MBKM itu, Almas sedang menjalani kuliah di masa semester akhirnya, yakni semester 7. Ia bahkan memilih untuk sejenak meninggalkan bangku kuliah untuk berfokus pada Studi Independen tersebut. 

Meskipun mengambil keputusan itu, ia mengaku jika ia sebenarnya juga sempat merasa panik untuk skripsinya. Pasalnya, selain kewajiban tugas Studi Independennya yang padat ia juga masih memiliki tanggungan untuk mengerjakan tugas akhir tersebut.

Meskipun demikian, ia masih bersyukur atas keputusannya untuk mengikuti Studi Independen itu. Sistem pelaksanaan yang dapat dikerjakan di mana pun bisa membuatnya mengerjakan tugas Studi MBKM sembari mengerjakan skripsi meski dengan tertatih.

“Karena Studi Independen ini sifatnya WFA (Work from Anywhere, Red), jadi tidak terlalu berpengaruh, sih. Jadi bisa mengerjakan skripsi juga, tetapi tetap merasa panik karena ga bisa ngerjain skripsi saja,” ujarnya.

Hal lain yang ia syukuri adalah terkait konversi, mengingat Studi Independen yang ia ikuti selinier dengan sejumlah mata kuliah yang ada di jurusannya. Dengan demikian, ia bisa melakukan konversi untuk dapat menggantikan beberapa program studi yang ia tinggalkan untuk mengikuti program itu. 

“Ya, sejalan (dengan program studi, Red). Karena selinier jadi bisa dikonversikan ke mata kuliah terkait,” kata Almas.

Dengan mengikuti salah satu program dari MBKM ini, Almas bukan hanya menikmati setiap prosesnya, tetapi juga merasa senang dan bangga. Ia banyak berjumpa dengan orang dan keilmuan baru yang tentu tidak akan ia dapatkan jika hanya berkutat pada bangku perkuliahannya.

“Senang dan bangga karena bisa dapat ilmu langsung dari praktisi perusahaan dan bisa dapat teman baru dari berbagai universitas juga,” lanjut Almas.

Dengan program MBKM ini, Almas tentu sangat bersemangat dan mengapresiasi penuh. Hanya saja, menurut Almas banyak program yang tidak ramah dengan kawan-kawan difabel. 

Baginya, Studi Independen merupakan satu pilihan yang cukup ramah bagi seseorang yang tidak memiliki keleluasaan bergerak seperti dirinya. Kawan lain yang juga memiliki keterbatasan juga bisa memilih program-program yang lebih ramah, sesuai, dan tidak terlalu menuntut bagi keterbatasannya.

“Pekerjaan yang lebih fleksibel, gitu kali, ya. Soalnya jujur kalau magang banyak yang syaratnya tidak disabilitas friendly,” terangnya.

Kendati demikian, ia masih berharap bahwa akan ada program-program lanjutan dalam MBKM yang lebih ramah untuk teman-teman difabel. Program magang yang ia temui selama ini rata-rata menuntut syarat yang tidak bisa dicapai oleh kawan seperjuangannya.

Selain kepada penyelenggara, Almas juga memiliki harapan besar kepada mitra MBKM. Ia berharap agar mitra-mitra yang nantinya menjadi tempat pelaksanaan MBKM memberikan ruang yang lebih luas dan fleksibel kepada mereka.

“Lebih ke mitranya juga, lebih ramah disabilitas. Mungkin kerja sama dengan perusahaan inklusi,” harapnya.

Di akhir, Almas memberikan semangat kepada teman-teman sejawatnya yang juga memiliki keterbatasan seperti dirinya. Ia berpesan agar tidak ragu untuk turut meramaikan dan unjuk gigi dalam setiap program MBKM yang ada, termasuk Studi Independen seperti yang ia ikuti. 

“Untuk teman-teman yang juga memiliki keterbatasan, mungkin Studi Independen bisa menjadi opsi paling nyaman, ya. Karena (Studi Independen, Red) bisa diikuti dari mana saja, bahkan dari rumah. Jadi ga perlu ragu, kok!”

Terlebih untuk teman-temannya yang tidak memiliki keterbatasan apapun, ia menyarankan untuk tidak menyia-nyiakan kesempatannya. Program-program MBKM akan membawa banyak manfaat, mulai dari manfaat yang dirasakan langsung hingga manfaat yang akan dirasakan dalam karier di masa depan.

“Untuk teman-teman yang lain, MSIB ini menjadi kesempatan yang sayang sekali kalau dilewatkan. Kapan lagi bisa magang dan belajar di berbagai perusahaan, difasilitasi, dan dapat konversi lagi,” pungkasnya.

Penulis: M. Badrul Anwar

Editor: Nuri Hermawan