Universitas Airlangga Official Website

Implikasi Food Waste Rumah Tangga pada Kebijakan

Ilustrasi Food waste (pandaorg)

Kehilangan pangan baik food loss maupun food waste (FW) merupakan penurunan kuantitas dan kualitas pangan di sepanjang rantai pasokan pangan yang secara khusus digunakan untuk konsumsi manusia. Food waste terjadi pada sektor retail (supermarket, pasar), food service (restoran, katering, kantin, rumah makan), rumah tangga, dan individu. Hasil kajian food loss and waste di Indonesia menunjukkan bahwa dalam 20 tahun terakhir (2000-2019) tren FW meningkat dari 39% menjadi 55% dengan rerata 44% atau setara dengan 5-19 juta ton/tahun. 

Sebanyak 80% FW berasal dari rumah tangga dan 44% FW tersebut merupakan sisa makanan yang masih layak untuk dikonsumsi. Studi terkait FW di tingkat rumah tangga, sudah banyak dilakukan di berbagai negara, terutama negara maju dan wilayah perkotaan akan tetapi, saat ini studi FW yang menggunakan pengukuran langsung dan membandingkan jumlah dan komposisi FW di perkotaan dan di perdesaan di Asia Tenggara masih sangat terbatas. Oleh karena itu, studi Martianto dkk yang dilakukan di Kabupaten Bogor pada tahun 2022-2023 membandingkan jumlah dan komposisi FW rumah tangga di perkotaan dan perdesaan dengan pengukuran langsung.

Pengukuran FW yang dilakukan oleh Martianto dkk dilakukan dengan dua metode yaitu metode Waste Compositional Analysis (WCA) selama 8 hari berturut-turut untuk makanan dan metode diary selama 7 hari terakhir untuk minuman. Hasil studi tersebut menunjukkan tingginya jumlah FW di Kabupaten Bogor (77 kg/kap/tahun) terutama di wilayah perkotaan (79,4 kg/kap/tahun) dibandingkan perdesaan (45,8 kg/kap/tahun). Total FW di perkotaan dua kali lebih tinggi dibandingkan perdesaan. Berdasarkan jumlahnya, FW rumah tangga didominasi oleh inedible FW di kedua wilayah. 

Sementara itu, berdasarkan proporsinya, edible FW yang dihasilkan rumah tangga di perkotaan lebih tinggi dibandingkan di pedesaan. Berdasarkan komposisinya, lebih dari 70% edible FW di kedua wilayah berasal dari serealia, umbi, dan produk turunannya (terutama nasi), sayuran (wortel, sawi, kol, timun), dan kacang-kacangan (terutama tempe dan tahu).  Sementara itu, buah dan olahannya merupakan inedible FW paling banyak dibuang di kedua wilayah.

Terdapat 5 alasan membuang makanan yang paling banyak disampaikan responden yaitu makanan basi/berjamur/rusak, makanan berubah tekstur, masa simpan pendek sehingga cepat rusak/basi, kebiasaan memasak terlalu banyak, dan kebiasaan tidak menghabiskan makanan. Tidak ada perbedaan alasan yang dikemukakan responden di pedesaan maupun perkotaan. Alasan membuang makanan yang berbeda tergantung dari jenis pangannya.

Kontributor FW terbanyak dan alasan FW yang hampir sama di perkotaan dan perdesaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa upaya pengurangan dan penanganan FW dapat dilakukan dengan strategi yang sama di kedua wilayah. Pencegahan dan pengurangan FW dapat fokus pada kelompok pangan serealia, umbi, dan produk turunannya (terutama nasi), sayuran (terutama wortel, sawi, kol, dan timun), dan kacang-kacangan (terutama tempe dan tahu). Tiga kelompok pangan tersebut merupakan edible FW yang paling banyak dibuang di Kabupaten Bogor baik di perkotaan maupun di pedesaan. 

Edukasi terkait penyimpanan pangan seperti memperpanjang masa simpan pangan dan penyimpanan pangan yang tepat dapat dilakukan untuk semua jenis pangan. Sementara itu, mendorong perubahan perilaku terkait kebiasaan memasak dan kebiasaan makan dapat dilakukan untuk pencegahan dan penurunan FW seperti nasi, sayur, pangan nabati (tahu & tempe), dan makanan matang. Informasi terkait tanggal pada kemasan pangan dapat dilakukan untuk mencegah terbuangnya roti dan makanan kemasan. Selain itu, edukasi terkait pembuatan kompos terutama dari sisa buah (terutama pisang) dan sayuran juga perlu dilakukan. 

Penulis: Dr. Rian Diana

Tulisan lengkap terdapat pada: 

https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0305087

Martianto D, Diana R, Baliwati YF, Sukandar D, Hendriadi A (2024) The quantity and composition of household food waste: Implications for policy. PLoS ONE 19(6): e0305087. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0305087

Baca juga: Pengaruh Kualitas Institusi, Economic Freedom, dan Teknologi pada Perkembangan Keuangan Islam