Universitas Airlangga Official Website

Inovasi Pengobatan Sariawan dengan Thin Film Berbahan Asap Cair Tempurung Kelapa

Ilustrasi sariawan. (Sumber: GridID)

Pengobatan utama untuk sariawan biasanya menggunakan obat topikal seperti analgesik, antiinflamasi, dan antiseptik dalam bentuk kumur, gel, atau pasta. Namun, efektivitas obat ini terbatas karena kemampuan perlekatan (adhesi) dan penyerapan (absorpsi) di area sariawan tidak maksimal, sehingga proses penyembuhan cepat tidak terjadi. Untuk meningkatkan absorpsi pengobatan topikal sariawan, dibutuhkan suatu perlekatan (adhesi) yang baik. Salah satu strategi yang dapat digunakan adalah sistem mukoadhesi (perlekatan mukosa), dengan menggunakan bahan aktif yang dikombinasikan dengan polimer bio-adhesif agar melekat pada mukosa. 

Keunggulan sistem mukoadhesi ini adalah efek samping yang minimal, namun memperpanjang waktu perlekatan (adhesi) sehingga penyerapan (absorpsi) obat menjadi maksimal di target. Salah satu bentuk dari sistem mukoadhesi adalah thin film. Thin film lebih unggul dalam hal fleksibilitas, kandungan dosis obat, dan bioavailabilitas dibandingkan dengan oral patch, strip, dan gel. Hydroxypropyl methylcellulose (HPMC) dan sorbitol sering digunakan dalam industri farmasi dan makanan, dan dapat diaplikasikan dalam formulasi thin film.

Salah satu kandidat bahan aktif yang digunakan untuk thin film adalah asap cair atau liquid smoke tempurung kelapa. Asap cair tempurung kelapa CSLS telah terbukti memiliki sifat analgesik dan antiinflamasi pada sariawan dengan menurunkan produksi sitokin yang berkaitan dengan keradangan, terangsang faktor pertumbuhan, merangsang pembentukan fibroblas, kolagen, dan mempercepat proses penyembuhan. Selain itu, studi terbaru menunjukkan bahwa asap cair tempurung kelapa memiliki toksisitas seluler yang rendah. Dalam penelitian sebelumnya, asap cair tempurung kelapa mampu mempercepat penyembuhan sariawan dengan meningkatkan rekrutmen neutrofil, limfosit, makrofag, deposisi fibroblas, dan kolagen.

Penelitian yang dilakukan saat ini, dengan mengembangkan sistem mucoadhesi melalui thin film dengan kandungan asap cair tempurung kelapa memberikan harapan yang menjanjikan untuk digunakan pada penderita sariawan. Thin film yang dihasilkan melalui penelitian yang dipublikasikan dalam journal JCIS open, memiliki karakteristik yang diharapkan, antara lain ketebalan dibawah 40 m dengan berat rata-rata 300 mg. dengan ketebalan yang rendah, kemampuan penyerapan air mencapai 40%. Tentu hal ini menjadi suatu keuntungan. Dalam penerapannya, suatu thin film diharapkan mampu dengan cepat menyerap air dari lingkungan sekitar, untuk dapat menghasilkan perlekatan dengan mukosa. Dengan penyerapan air yang baik, thin film yang dihasilkan memiliki waktu untuk “mengembang” atau sweeling sekitar 200 detik, kemudian diikuti oleh proses pemecahan struktur thin film dalam waktu 50 detik.

Secara aplikatif, hal ini sangat diharapkan apabila thin film ini digunakan untuk terapi, dikarenakan setelah diaplikasikan pada sariawan, thin film harus dengan cepat menyerap air dari sekitar mukosa, kemudian “mengembang”, yang merupakan proses atau tahap awal pelepasan bahan aktif dari thin film, dan pada akhirnya thin film akan mengalami pemecahan struktur dalam waktu yang singkat setelah proses mengembang. Tahap akhir, yaitu proses “mencair” atau disolusi yang merupakan proses pelepasan bahan aktif asap cair liquid smoke. Proses disolusi ini terjadi kurang dari 100 detik setelah proses pemecahan thin film, sehingga bahan aktif dapat terserah oleh daerah sariawan dengan cepat dan dapat menimbulkan efek penyembuhan yang baik. Hal ini didukung oleh data yang dihasilkan dari penelitian pada hewan coba, Dimana pengobatan sariawan menggunakan thin selama, dapat mempercepat penyembuhan sariawan jika dibandingkan pada kelompok yang tidak diberikan thin film. Harapan kedepan dalam inovasi ini adalah uji coba secara klinis untuk dapat memastikan efek pengobatan pada pasien sariawan. 

Penulis: Meircurius Dwi Condro Surboyo

Tulisan lengkap kami terdapat di link:  https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2666934X24000199 

Baca juga: Meningkatkan Akurasi Identifikasi Jenis Kelamin melalui Gigi