Andrografolida adalah metabolit sekunder yang ditemukan di Andrographis paniculata (Burm. f.) atau Green chiretta atau Creat atau lebih dikenal di Indonesia sebagai sambiloto. Sebagai suatu isolat tunggal dari tanaman, andrografolida telah diketahui menunjukkan berbagai aktivitas farmakologis seperti antipiretik, antiinflamasi, analgesik, antivirus, antibakteri, antitumor, imunomodulator, dan antidiabetik. Selain itu, andrografolida telah banyak dipelajari efek baiknya pada gejala depresi, stroke, dan penyakit Alzheimer. Fakta tersebut menunjukkan potensi andrografolida dapat dikembangkan ke arah agen remidi penyakit yang berhubungan dengan sistem saraf pusat. Sayangnya, belum banyak fakta ilmiah menelisik potensi andrografolida dalam memodulasi gangguan kecemasan atau anxiety disorder.
Gangguan kecemasan akibat stres atau kejadian traumatis telah menimbulkan banyak problema kesehatan di segala usia. Gangguan ini dapat bermanifestasi sebagai kekhawatiran berlebihan, orientasi masalah negatif, kesulitan berkonsentrasi, gangguan tidur, kegelisahan, kelelahan kronis, mudah tersinggung, dan ketegangan otot. Selain itu, kecemasan juga mengganggu pengambilan keputusan, daya ingat, dan harga diri yang rendah, yang mengubah interaksi sosial dan mengakibatkan perilaku yang merugikan, terutama selama masa perkembangan. Dari sisi biomedik, stres sebagai salah satu faktor pemicu gangguan kecemasan dikendalikan oleh beberapa sistem di otak manusia. Hipotalamus merupakan salah satu bagian dari sistem limbik di otak yang dikaitkan dengan beberapa penyakit yang berhubungan dengan stres, termasuk gangguan kecemasan dan depresi. Keterkaitan antara hipotalamus dan kecemasan ini didasarkan pada kemampuan hipotalamus untuk mengatur hormon stres melalui modulasi aksis hipotalamus-pituitari-adrenal (HPA). Aksis HPA memengaruhi sistem tubuh secara sistemik dan juga bagian otak tertentu, seperti hipokampus, dengan menstimulasi reseptor glukokortikoid, reseptor dari hormon stres glukokortikoid. Di sisi lain, selain aksis HPA, hipotalamus sangat dikenal di kalangan neurosaintis memiliki peran penting dalam aktivasi sistem orexinergik. Hipotalamus secara alami menghasilkan neurotransmiter orexin A dan B dari mRNA pre-pro-orexin, suatu peptida di otak yang juga berkontribusi besar dalam mengatur perilaku makan, siklus tidur-bangun, dan fungsi otonom. Sel syaraf yang mengandung peptida orexin A dan B di hipotalamus diproyeksikan ke berbagai area otak untuk mengatur sistem fisiologi yang berbeda-beda. Peptida orexin A dan B bertindak sebagai neurotransmiter berikatan secara spesifik dengan reseptor orexin 1 (OX1R) atau reseptor orexin 2 (OX2R). Lebih jauh lagi, beberapa penelitian telah menunjukkan hubungan sistem ini dengan perubahan pada kondisi kecemasan dan depresi. Sistem orexin yang diaktifkan mampu memengaruhi jalur pensinyalan hilir di amigdala, nukleus akumbens, dan hipotalamus, yang berhubungan erat dengan stres dan kecemasan.
Penelitian oleh Sumartha et al, 2024 mencoba mengelaborasi keterkaitan sistem orexin dalam kendali gangguan kecemasan secara in vivo dan mengkonfirmasi efek farmakologi andrografolida pada model hewan coba dengan anxiety-like behavior yang telah divalidasi. Penelitian tersebut menunjukkan fakta ilmiah bahwa suplementasi andrografolida memiliki potensi yang prospektif dalam mencegah munculnya gangguan kecemasan yang ditimbulkan pemodelan stres. Penelitian ini lebih lanjut mengkonfirmasi keterlibatan modulasi sistem orexinergik di hipotalamus oleh pemberian andrografolida dalam mencegah munculnya fenotip anxiety-like behavior pada model in vivo. Pembuktian lebih lanjut terkait efek isolat sambiloto ini dengan menggunakan model stres yang beragam dan merepresentasikan patogenesis gangguan kecemasan masih perlu untuk terus digali dan diteliti. Perubahan molekular yang dimunculkan pada peptida dan reseptor orexin oleh andrografolida menjadi petunjuk penting bahwa efek andrografolida pada susunan syaraf pusat sangat prospektif untuk dikembangkan menjadi alternatif pendekatan terapi baru.
Ditulis oleh Chrismawan Ardianto, PhD., Apt
Berdasarkan publikasi Sumartha et al, 2024 pada Pharmacy Education Mei 2024, 24(3): 12-18