Universitas Airlangga Official Website

Jalani Pendidikan Profesi dan Magister Bersamaan

Dedy Agoes Mahendra, Wisudawan Terbaik S2 Fakultas Kedokteran Gigi (sumber: dok istimewa)

“Fa inna ma’al usri yusra, inna ma’al usri yusra,”

UNAIR NEWS – Perjuangan Dedy Agoes Mahendra dalam menyelesaikan studi magister akhirnya membuahkan hasil. Ia berhasil menyelesaikan studinya dalam tiga semester dengan predikat sebagai Wisudawan Terbaik Program S2 Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Airlangga (UNAIR) periode 243. 

Berbagai tantangan ia hadapi selama menjalani kuliah S2, terlebih lagi saat awal menjalani perkuliahan Dedy masih berstatus sebagai mahasiswa pendidikan profesi di PSPPDG Universitas Diponegoro (UNDIP). “Menjalani kuliah magister dan koas dalam timeline yang bersinggungan menurutku bukan sebuah hambatan, melainkan tantangan yang justru memotivasi aku untuk harus menyelesaikan keduanya dengan baik, meskipun tugas di S2 tidak sedikit dan pastinya fase-fase overwhelmed juga aku lewati,” katanya. 

Ketika Dedy kewalahan menjalani perkuliahan, tentunya ada yang harus dikorbankan, alhasil ia harus merelakan jam istirahatnya berkurang. “Requirement untuk menyelesaikan program pendidikan profesi dokter gigi itu sangat banyak, jadi pasti kewalahan. Di tambah lagi mata kuliah S2 yang jauh lebih kompleks daripada S1,” terangnya. 

Dedy juga kerap kali bolak-balik Semarang-Surabaya demi merampungkan perkuliahan S2. Meski begitu kondisi ini tidak memadamkan api semangatnya. “Bahkan aku sempat menjalani persiapan ujian kompetensi dokter gigi di tengah-tengah keberjalanan proses perkuliahan. Mungkin hal tersebut yang merupakan tantangan paling berat dan menjadi highlight-ku selama S2. Selain itu, ada beberapa kegiatan yang harus pulang pergi juga,” terangnya. 

Pasca lulus S2, Dedy rencananya akan mencari pengalaman klinis sebanyak-banyaknya sebagai dokter gigi. Di samping itu, ia memiliki rencana untuk melanjutkan studi kembali. “Setelah ini aku akan lanjut praktik dulu sambil mempersiapkan studi lanjut. Aku ingin kemampuan klinis dan akademis yang aku punya bisa seimbang,” harapnya. 

Baginya, tidak ada mimpi manusia yang mustahil. Setiap manusia punya kesempatan untuk menggapai mimpinya. Kunci yang terpenting adalah percaya pada diri sendiri. “Jangan pernah merasa kalau kamu tidak bisa untuk mencapai mimpimu. Wajar banget kalau merasa takut, justru kalau kamu tidak takut, then your dreams is not big enough,” katanya. 

Ia berpesan kepada mahasiswa lainnya untuk jangan menganggap teman sebagai kompetitor, cukup berkompetisi dengan diri sendiri karena tiap orang pasti punya waktu dan pace­-nya masing-masing.

Penulis: Icha Nur Imami Puspita

Editor: Khefti Al Mawalia