Universitas Airlangga Official Website

Kadar Glukosa Darah dan Derajat Infestasi pada Kerapu Cantang

Infestasi Zeylanicobdella sp. pada sirip dada kerapu cantang ditunjukkan dengan panah merah (*)

Uniar News – Kerapu cantang (Epinephelus lanceolatus) berasal persilangan (hibridisasi) kerapu macan betina (Epinephelus fuscoguttatus) dan kerapu kertang jantan yang merupakan salah satu komoditas perikanan dengan keunggulan tumbuh dua kali lebih cepat dari kerapu windu sehingga produksi kerapu cantang meningkat setiap tahunnya (Shen et al., 2017). Pada pendistribusian kerapu cantang, metode transportasinya adalah sistem transportasi basah tertutup.

Pengiriman menggunakan kantong plastik styrofoam, dengan oksigen terbatas sesuai dengan kebutuhan selama transportasi (Cerreta et al., 2020). Sistem transportasi tertutup dapat membuat ikan terkena beberapa stresor. Termasuk penangkapan, penanganan, kepadatan penduduk, perubahan suhu yang tiba-tiba, dan trauma fisik (Masud et al., 2019). Selain itu, penurunan kualitas air dari limbah metabolit ikan terakumulasi khususnya amonia dan juga terdapat fluktuasi oksigen terlarut dan pH (Sampaio dan Freire, 2016). Gangguan ini menyebabkan ikan mengalami penurunan kekebalan tubuh. Ikan juga dapat terserang penyakit apabila terjadi interaksi antara inang, patogen, dan lingkungan, terutama infestasi parasit (Afifah et al., 2021).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar glukosa darah rata-rata dan derajat infestasi Zeylanicobdella sp. pada kerapu cantang sebelum dan sesudah sistem transportasi basah tertutup dan untuk mengetahui perbedaan kadar glukosa darah dan derajat serangan Zeylanicobdella sp. pada kerapu cantang sebelum dan sesudah sistem transportasi basah tertutup. Selain itu, penelitian ini dapat menjadi penelitian pendahuluan dalam pengembangan, penanganan, dan referensi dalam pengangkutan ikan yang sakit. Sampel kerapu cantang adalah sebanyak 35 ekor ikan dengan metode purposive sampling 5-10% dari total populasi (Ismi et al., 2020).

Kadar glukosa darah dan derajat infestasi Zeylanicobdella sp. pada setiap kerapu cantang diukur dan diamati sebelum dan sesudah transportasi dimana 0,1 ml darah kerapu diambil menggunakan jarum suntik 1 ml ditambah larutan EDTA sebagai antikoagulan. Pemeriksaan Zeylanicobdella sp. pada kerapu cantang dengan mengamati dan menghitung jumlah parasit tersebut pada setiap ikan. Analisis data kadar glukosa darah dan derajat infestasi Zeylanicobdella sp. pada kerapu cantang akan peneliti uji menggunakan Dependent T-Test (Pairs).

Pengukuran kadar glukosa darah rendah (24-27 mg/dL) pada kerapu cantang sebelum transportasi adalah 9 ekor, dan setelah transportasi adalah 6 ekor, untuk jumlah kerapu cantang dengan kadar glukosa darah normal (28-34 mg/dL) sebelum transportasi adalah 24 ekor dan setelah transportasi adalah 20 ekor, dan untuk jumlah kerapu cantang dengan kadar glukosa darah tinggi (39 – 68 mg / dL) sebelum transportasi adalah 2 ekor dan setelah transportasi adalah 9 ekor. Uji statistik yang dilakukan dengan menggunakan Dependent T-Test menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara kadar glukosa darah ikan kerapu sebelum dan sesudah transportasi pada kategori normal dan di atas normal (p < 0,05).

Sedangkan pada kategori di bawah normal, hasilnya menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan (p > 0,05). Perubahan kadar glukosa darah tinggi dan rendah pada kerapu cantang terjadi karena tingkat stres muncul dari buruknya kualitas air di sekitarnya di luar batas kemampuan fisik (Paulo et al., 2009). Pengukuran kadar glukosa darah bisa untuk mendiagnosis apakah ikan hanya mengalami stres yang muncul dari berbagai stressor seperti guncangan dan penurunan kualitas air (Sulmartiwi dkk., 2013). 

Derajat infestasi sehat (0 parasit) Zeylanicobdella sp. pada kerapu cantang sebelum pengangkutan sebanyak 25 ekor dan setelah pengangkutan adalah 25 ekor. Kategori derajat infestasi ringan (1-5 parasit) pada saat sebelum pengangkutan adalah 5 ekor dan setelah pengangkutan yaitu 5 ekor. Jumlah ikan kerapu cantang dengan derajat infestasi sedang (6-10 parasit) pada saat sebelum transportasi adalah 3 ekor dan setelah pengangkutan adalah 3 ekor. Sementara untuk jumlah kerapu cantang yang memiliki kategori derajat serangan berat (> 11 parasit) pada saat sebelum pengangkutan, yaitu 2 ekor dan setelah pengangkutan, yaitu 2 ekor.

Terdapat perbedaan derajat serangan pada ikan kerapu cantang ini, yang muncul karena faktor kualitas air dan kondisi air yang buruk. Selain itu, air yang dibawa, yaitu air yang memiliki parasit Zeylanicobdella sp. dan mampu dapat mentolerir suhu 24°C – 40°C. Berdasarkan uji statistik yang menggunakan Dependent T-Test menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara derajat infestasi Zeylanicobdella sp. pada kerapu cantang sebelum dan sesudah transportasi pada kategori berat (p > 0,05). 

Penulis: Dr. Gunanti Mahasri, Ir., M.Si. Departemen Akuakultur, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga 

Informasi lebih detail dari penelitian ini terdapat pada jurnal ilmiah berikut ini:

G Mahasri1,5, R M Khatami2, A A Romadhon2, N Musa3, and Kusnoto4. Blood glucose level and infestation degree by Zeylanicobdella sp. in cantang grouper before and after closed wet transportation system. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science 1273 (2023) 012005. IOP Publishing doi: 10.1088/1755-1315/1273/1/012005.

BACA JUGA: Menelisik Kesejahteraan dan Peningkatan Jumlah Penduduk Lansia di Indonesia