Universitas Airlangga Official Website

Kajian Daya Racun Bioaktif Flavonoid Daun Benalu Duku yang Berpotensi sebagai Obat Herbal

Diketahui awal tahun 2021, berhasil dipisahkan bioaktif flavonoid dari tanaman benalu duku yaitu bagian daunnya dan ternyata berkhasiat sebagai peningkat hormone jantan (aandrogenik). Ternyata setelah dalam memiliki kemampuan lanjutan yaitu sebagai antimikroba.  Kemampuan tersebut amat bermanfaat untuk dikembangkan menjadi bioaktif semi sintetik setelah ditambah dengan gugus kimia tertentu. Manfaat tersebut secara tidak sengaja ditemukan dan memiliki keunggulan-keunggulan tertentu seperti menahan anti oksidan akibat paparan udara polusi kimia. Secara umum diketahui bahwa sediaan calon obat termasuk calon obat asal tanaman, harus memiliki kriteria aman terutama pada organ metabolisme seperti hati dan ginjal. Kriteria umum tersebut pada akhirnya harus dilakukan uji laboratorium secara mendalam dengan melibatkan secara tidak langsung organ hati dan ginjal serta kajian lebih lanjut yaitu kerusakan struktur histologi ke dua organ tersebut.

Secara emprik diketahui bahwa bahan obat asal tanaman memiliki factor aman tinggi, mengingat tidak dibuat secara buatan. Namun demikian bila ingin mendapatkan senyawa aktif dari tanaman tersebut, harus mengambil tanaman dengan jumlah banyak. Hal tersebut sangat merugikan terutama lingkungan / habitat hidup alami lainnya. Oleh sebab itu upaya untuk menjadikan tanaman tersebut menjadi obat mujarab, maka diperlukan modifikiasi molekul dengan penambahan bahan-bahan kimia tertentu, sehingga menjadi komponen semi-sintetik. Terdapat keunggulan-keunggulan tertentu dari senyawa semi-sintetik yaitu kelemahan senyawa alami dapat ditutupi dengan aturan pakai tertentu.

Uji Daya Racun Berdasarkan Kerja Hati Dan Ginjal

Daya racun suatu tanaman obat amat tergantung terhadap kesuburan tanah di daerah tersebut. Tinjauan mengenai media tumbuh tanaman, dapat ditarik benang merah yaitu semakin alami tanah tersebut, maka semakin sedikit komponen racun yang terasup pada tanaman tersebut. Ditinjau dari daerah tanam benalu duku, maka sumber tanaman yang terbaik ditemukan pada kabupaten Muara Enim Sumatera Selatan. Diwilayah lain, belum tentu memiliki potensi androgenic sekuat tanaman dari Kabupaten Muara Enim.

Dalam kajian pemeriksaan daya racun terhadap komponen flavonoid daun benalu duku, diketahui bahwa dengan dosis uji antara 1,2 hingga 10 μg/mL, tidak menimbulkan resiko peningkatan nilai kreatinin, Blood ureum nitrogen (BUN), Alanin amino transferase dan Aspartat Amino Transferase. Dalam kajian menggunakan hewan coba tikus diketahui bahwa flavonoid tersebut sangat aman bahkan tidak menimbulkan kerusakan pada organ hati dan ginjal.  Hasil kajian tersebut pada akhirnya dapat menimbulkan harapan baru bagi kita semua terhadap temuan hasil pemisahan bioaktif tersebut. Harapan baru tersebut adalah dapat dimanfaatkan lebih lanjut menjadi calon antimikroba, dan dengan menambahkan gugus kimai lainnya pada cincin inti tanaman obat tersebut maka kelak berpotensi menjadi antibiotika baru.

Terdapat unsur kemaslahatan bila senyawa aktif tersebut dikemas menjadi produk obat semi sintetik yaitu, mampu menahan unsur polutant udara yang menyebab di wilayah udara industry. Kemampuan menahan pollutant tersebut dikenal dengan antioksidant, Peranan tersebut menjadikan senyawa aktif dari ekstrak methanol daun benalu duku dijadikan icaran lebih lanjut untuk unsur bahan pengobat pada kasus penyakit lainnya.

Kemampuan Bunuh Terhadap Tikus

Tinjauan kemampuan bunuh senyawa aktif dari ekstrak methanol daun benalu duku, juga dikaji lebih dalam dengan melakukan percobaan pada tikus. Hasil percobaan menunjukkan bahwa dengan pemberian sangat besar dua kali sehari yaitu di atas 50 mg/kg berat badan secara intra peritoneal, maka senyawa aktif tersebut pasti menimbulkan dampak kematian. Dampak kematian yang dimaksud adalah kematian pada hewan coba tikus dengan bobot antara 250 mg sampai 300 mg.  Tikus-tikus tersebut mati dalam kondisi yang tidak menimbulkan kerusakan organ, dengan demikian cukup aman untuk diberikan pada hewan lain. Perlu diketahui bahwa kematian yang terjadi pada hewan coba, ditemukan satu hari setelah pemberian. Hal tersebut menunjukkan bahwa senyawa aktif tersebut cukup aman dikembangkan lebih lanjut menjadi bahan utama obat hewan. Dalam kajian kemampuan bunuh terhadap tikus, diketahui bahwa teknik pemberian dua kali sehari, dengan demikian total yang masuk ke dalam tubuh tikus cukup banyak. Hasil uraian tersebut di atas dapat disimpulkan yaitu (1) senyawa aktif hasil pemisahan dengan komponen pengotor dari daun benalu duku dapat dimanfaatkan sebagai struktur inti obat. Kesimpulan tambahan (2) yaitu senyawa tersebut berpotensi sebagai antimikroba. Dengan demikian dapat di manfaatkan sebagai antibiotic baru.

Penulis: Penulis: Mochamad Lazuardi

Jurnal: In Vivo Analysis of Extract of Leaves of Mistletoe as a Benalu Duku: Clinical Chemical Value Associated with Histopathology, Liver, Kidneys, and Lethal Dose Determinate