Universitas Airlangga Official Website

Kebiasaan Konsumsi Makanan dan Minuman Melalui Persepsi Health Belief Model

Foto oleh hot.grid.id

Metaverse sebagai lingkungan digital untuk Revolusi Industri 4.0 adalah salah satu bentuk utama penggunaan internet. Terdapat 202,6 juta pengguna internet di Indonesia pada tahun 2021 atau 73,7% dari total populasi. Perkembangan internet mendukung perkembangan kehidupan masyarakat dan memicu pergeseran pola konsumsi masyarakat ke arah yang lebih modern. Dengan berkembangnya teknologi yang memudahkan kehidupan manusia, seperti proses komunikasi tanpa memikirkan jarak, ruang dan waktu, semakin mudah untuk mendapatkan informasi dengan cepat. Salah satu bentuk teknologi yang sedang diminati adalah belanja online. Belanja online memudahkan seseorang untuk berbelanja tanpa menghabiskan waktu dan tenaga; ini meningkatkan daya beli masyarakat.

Sebanyak 138,1 juta penduduk Indonesia berusia 18–64 tahun telah menggunakan internet untuk melakukan pembelian melalui e-commerce dan 74,4% telah melakukan pembelian makanan melalui aplikasi pesan antar makanan online di Jawa Timur hingga saat ini. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Nielsen, kategori makanan dan minuman menduduki peringkat kedua (42%) sebagai kategori barang yang paling sering dibeli secara online oleh masyarakat Indonesia. Aplikasi yang paling sering digunakan masyarakat Indonesia untuk membeli makanan dan minuman secara online pada tahun 2021 adalah Grab Food (71%) dan Go Food (78%).

Aplikasi belanja makanan dan minuman online menawarkan kemudahan memilih, memesan, membayar, dan diantar dalam satu aplikasi. Sebagian besar makanan yang dijual di aplikasi online adalah makanan yang tinggi karbohidrat, tinggi lemak, serta rendah buah dan sayur, sehingga dapat disimpulkan bahwa makanan yang dijual padat energi, kurang gizi. Berdasarkan laporan tren makanan tahun 2021 dari Grab Indonesia, jenis makanan yang paling banyak dicari di Indonesia adalah fast food dan martabak, sedangkan makanan yang paling banyak dipesan oleh masyarakat Indonesia adalah mie goreng pedas. Survei KNEKS juga menunjukkan bahwa 27% orang Indonesia mengonsumsi makanan cepat saji setiap hari dan 22% mengonsumsinya tiga sampai empat kali per minggu. Konsumsi makanan yang tinggi karbohidrat dan lemak secara terus menerus tanpa terkontrol dapat menyebabkan kenaikan berat badan. Jika tidak diimbangi dengan aktivitas fisik, dapat terjadi obesitas yang akan memicu munculnya penyakit tidak menular seperti hipertensi, diabetes melitus, obesitas, dan lain-lain.

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Kementerian Republik Indonesia, terjadi peningkatan prevalensi obesitas sebesar 7% dari tahun 2013 ke 2018 menjadi 21,8%. Selain itu, prevalensi diabetes dan hipertensi juga meningkat menjadi 10,9% dan 34,1% pada tahun 2018. Peningkatan prevalensi obesitas dan penyakit lainnya dapat disebabkan oleh perilaku dan kebiasaan mengkonsumsi makanan dan minuman berkalori tinggi. Selain rendahnya tingkat aktivitas fisik yang dilakukan. Kebiasaan makan seseorang mempengaruhi status gizinya. Kebiasaan konsumsi makanan dan minuman berkalori tinggi dapat dipengaruhi oleh kemudahan pemesanan makanan melalui aplikasi online. Selain rasanya yang enak, pembeli merasakan pengalaman yang menyenangkan karena caranya yang mudah. Permasalahan lainnya adalah ditemukan tidak adanya informasi gizi yang berkaitan dengan makanan dan minuman yang dijual melalui aplikasi pemesanan makanan dan minuman secara online, baik dari Grab Food maupun Go Food. Ini tidak hanya mempengaruhi kesehatan individu dan populasi; penyebab masalah obesitas juga memiliki biaya yang sangat besar tidak hanya untuk sistem kesehatan dunia tetapi juga biaya ekologis yang besar untuk lingkungan.

Studi pendahuluan yang telah dilakukan terhadap pelajar di kota Surabaya menunjukkan bahwa salah satu kendala dalam pengendalian konsumsi garam dan gula melalui aplikasi online adalah tidak adanya informasi kandungan garam dan gula pada aplikasi pemesanan online. Pengamatan langsung pada aplikasi pesan antar makanan juga sejalan dengan hasil studi pendahuluan yaitu informasi makanan dan minuman yang dijual pada aplikasi pesan antar makanan online hanya memberikan gambaran makanan secara singkat.

Model kepercayaan kesehatan adalah model yang berfokus pada upaya untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dengan memahami mengapa orang gagal mengadopsi langkah-langkah kesehatan preventif. Model ini dapat digunakan untuk menjelaskan dan memprediksi berbagai perilaku positif yang berhubungan dengan kesehatan. Dalam model ini, terdapat empat macam keyakinan yang menggambarkan persepsi mereka terhadap kesehatannya. Yang pertama adalah kerentanan yang dirasakan. Persepsi ini menyatakan bahwa orang akan lebih termotivasi untuk berperilaku sehat jika mereka percaya bahwa mereka rentan terhadap hasil kesehatan yang negatif. Yang kedua adalah persepsi keparahan. Ini berpendapat bahwa persepsi orang yang lebih kuat dari keparahan hasil kesehatan negatif, semakin mereka akan termotivasi untuk bertindak untuk menghindari hasil tersebut. Ketiga, argumen hambatan dan manfaat yang dirasakan menunjukkan bahwa ketika hambatan kuat ditemukan dalam cara mengadopsi perilaku pencegahan, mereka tidak mungkin melakukannya. Terakhir, self-efficacy mengusulkan bahwa keseluruhan motivasi untuk mengejar kesehatan dapat mempengaruhi keputusan mereka untuk menampilkan perilaku positif.

Berdasarkan permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan membeli makanan dan minuman secara online perspektif kepercayaan kesehatan atau health belief model dengan status gizi penduduk di Jawa Timur. Peran pemberdayaan dan sistem pendidikan berperan penting dalam mendorong pola hidup sehat, salah satunya pola makan bagi generasi muda yang rawan konsumsi berlebihan dan obesitas. Kami berharap penelitian ini dapat dikembangkan tahun depan untuk kegiatan promosi kesehatan remaja di Surabaya dan Pasuruan.

Metaverse sebagai lingkungan digital Revolusi Industri 4.0 merupakan salah satu bentuk utama penggunaan internet. Ada 202,6 juta pengguna internet di Indonesia pada tahun 2021, atau 73,7% dari total populasi. Sebanyak 138,1 juta penduduk Indonesia berusia 18–64 tahun telah menggunakan internet untuk melakukan pembelian melalui e-commerce dan 74,4% melakukan pembelian makanan melalui aplikasi pesan antar makanan online. Sebagian besar makanan yang dijual di aplikasi online adalah makanan yang tinggi karbohidrat dan lemak, namun dengan sayur dan buah yang lebih sedikit. Jadi, dapat disimpulkan bahwa makanan yang dijual padat energi, kurang gizi. Karena itu, masyarakat berisiko terkena penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes melitus, stroke, dan lain-lain. Dengan menggunakan pendekatan model kepercayaan kesehatan, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kebiasaan mengkonsumsi makanan dan minuman yang dibeli secara online melalui aplikasi Grab Food atau Go Food dengan status gizi masyarakat di Surabaya dan Pasuruan Jawa Timur Indonesia. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Pengumpulan data dilakukan secara offline dengan menggunakan kuesioner kertas dan analisis dengan SPSS. Hasil: Terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik responden (umur, status perkawinan, profesi, tingkat pendidikan, pendapatan, dan tunjangan) dengan keyakinan kesehatan. Namun, tidak ada hubungan antara keyakinan kesehatan dan frekuensi pesanan online. Akhirnya, tidak ada hubungan signifikan yang ditemukan antara kerentanan yang dirasakan, keparahan yang dirasakan, manfaat yang dirasakan, hambatan yang dirasakan, isyarat untuk bertindak, efikasi diri dan status gizi. Dengan demikian, masih penting bagi pemerintah untuk meningkatkan sosialisasi dan edukasi tentang pentingnya gizi seimbang dan status gizi agar masyarakat dapat melindungi diri dan mencegah timbulnya penyakit degeneratif.

Untuk mengetahui artikel secara lebih detail, maka dapat mengunjungi link dibawah: https://www.mdpi.com/2072-6643/14/21/4482

Judul     : Food and Beverage Consumption Habits through the Perception of Health Belief Model (Grab Food or Go Food) in Surabaya and Pasuruan

Penulis : Trias Mahmudiono