Universitas Airlangga Official Website

Kebiasaan Mahasiswa dalam Mengonsumsi Minuman Manis Berkalori Tinggi Selama Pandemi COVID-19

Perkembangan industri 4.0 mengakibatkan banyak perubahan dalam kehidupan manusia. Kemunculan internet membawa berbagai kemudahan dalam berbagai kegiatan. Dengan mudahnya akses informasi dan globalisasi yang dapat diakses melalui internet, ini dapat mengubah gaya hidup manusia, termasuk dalam hal pola konsumsi masyarakat. Saat ini, pembelian barang dan jasa bisa dilakukan dengan mudah melalui internet, termasuk pesan antar makanan secara online. Sebanyak 87,3% pengguna aplikasi pemesanan makanan secara online sebagian besar berusia antara 17 hingga 24 tahun.

Kehadiran pandemi COVID-19 di Indonesia mengakibatkan diberlakukannya pembatasan sosial seperti kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Dampak dari kebijakan PPKM ini adalah masyarakat harus mengurangi aktivitas mereka, termasuk dine-in di restoran untuk menikmati hidangan favorit mereka. Hal ini mendorong masyarakat, termasuk mahasiswa, untuk lebih memilih memesan makanan melalui aplikasi pesan antar makanan secara online. Menurut suatu studi, terjadi peningkatan pesanan makanan dan minuman secara daring sebesar 20% dibandingkan dengan periode sebelum pandemi COVID-19 terjadi. Kemudahan akses dan banyaknya pilihan makanan yang tersedia juga menjadi daya tarik bagi mahasiswa untuk menggunakan layanan pesan antar makanan online.

Selain itu, aplikasi pesan antar makanan juga memberikan akses yang sangat fleksibel terhadap berbagai jenis makanan dan bahkan dapat diakses 24 jam sehari. Hal ini bisa menyebabkan ketidak-terkontrolan dalam pemilihan jenis dan jumlah makanan atau minuman yang dibeli. Jika pembeli, terutama mahasiswa, tidak memperhatikan aspek gizi dan tidak mempedulikan peningkatan berat badan, hal ini dapat berdampak negatif pada status gizi mereka.

Saat ini, minuman berjenis kekinian mengalami perkembangan pesat. Minuman kekinian adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada minuman populer yang sedang digemari masyarakat dan memiliki unsur inovasi, baik dalam hal rasa maupun karakteristik uniknya. Beberapa contoh minuman kekinian mencakup minuman boba, cheese tea, kopi susu dengan gula merah, thai tea, regal drink, dan lain-lain.

Sejumlah minuman kekinian memiliki kandungan kalori yang tinggi, tetapi sangat kurang dalam hal nutrisi baik makro maupun mikro. Hal ini disebabkan oleh tingginya kandungan gula dalam minuman kekinian. Dampak dari ini tentu saja dapat berkontribusi pada peningkatan Indeks Massa Tubuh (IMT), meningkatnya kejadian obesitas, dan dapat memicu munculnya penyakit tidak menular. Prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas pada orang dewasa saat ini mencapai 13,6% dan 21,8%. Di Jawa Timur, prevalensi obesitas mencapai 13,7% dan 22,4%, sementara di kota Surabaya, prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas mencapai 15,18% dan 28%.

Penelitian ini dilakukan di Kota Surabaya dari September hingga November 2021 menggunakan platform online, yakni Surveymonkey. Status gizi diukur menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT). Sampel terdiri dari 500 mahasiswa dari perguruan tinggi negeri dan swasta di Kota Surabaya, dipilih dengan teknik accidentally sampling. Setelah penerapan kriteria inklusi dan eksklusi, sampel akhirnya terdiri dari 316 mahasiswa. Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (KEPK FKM UNAIR) pada 25 Oktober 2021 dengan nomor 46/EA/KEPK/2021.

Hasil analisis deskriptif mengungkap bahwa teh adalah jenis minuman manis berkalori tinggi yang paling sering dipesan secara harian melalui layanan pemesanan online, mencapai 12,95%. Selain itu, diskon atau penawaran promosi memiliki dampak signifikan pada alasan para responden dalam memilih untuk memesan makanan secara daring, dengan sekitar 68,4% responden mengungkapkan bahwa diskon memengaruhi keputusan mereka. Melalui Focus Group Discussion (FGD), mayoritas responden menganggap bahwa penawaran promosi adalah faktor pendorong utama dalam memesan makanan secara online. Kebiasaan mengonsumsi minuman manis berkalori tinggi (SSB) secara rutin dan dalam jangka waktu yang lama berpotensi meningkatkan risiko terkena obesitas, diabetes mellitus, serta penyakit kardiovaskular. Oleh karena itu, selain peran kontrol dari calon konsumen, diperlukan pula kebijakan dan tindakan dari pemerintah serta pihak terkait untuk mengurangi dampak negatif dari kebiasaan mengonsumsi SSB. Hal ini menjadi lebih penting, terutama dalam situasi pandemi seperti yang tengah berlangsung saat ini.

Penulis: Trias Mahmudiono, SKM., MPH., GCAS., Ph.D

Informasi detail dari penelitian ini dapat dilihat pada artikel kami di:

Elkarima, E., Abihail, C. T., Priambudi, D. A., Mahmudiono, T., Megatsari, H., Indriani, D., & Pratama, G. Y. (2023). College Students’ Behavior Consuming Sugar-Sweetened Beverages (SSB) During the COVID-19 Pandemic: Perilaku Mahasiswa Mengonsumsi Sugar Sweetened Beverage (SSB) Selama Pandemi COVID-19. Amerta Nutrition, 7(2), 185–191. https://doi.org/10.20473/amnt.v7i2.2023.185-191