Salah satu masalah non-infeksi yang dihadapi oleh Bangsa di dunia menurut World Health Organization (WHO) adalah masalah kanker, khususnya kanker skuamous sel karsinoma. Menurut data WHO pada tahun 2020 terdapat 19.3 juta kasus baru dengan 10 juta kasus kematian. Banyak faktor yang berhubungan dengan munculnya kanker skuamous sel karsinoma di mana salah satu bahan pemicunya adalah material karsinogenik benzoapyrene.
Karsinogeensis adalah sebuah proses terjadinya kanker yang disebabkan oleh berbagai macam perubahan molekular yang salah satunya adalah pada protein Heat Shock Protein (HSP)-27. HSP-27 ditemukan pada semua jenis kanker payudara, ovarium, dan lainnya karena dapat berfungsi sebagai protein anti-apoptosis dan protein HSP-27 diatur pada tahap transkripsi dan setelah transkripsi.
Karsinogenesis lainnya juga dipengaruhi oleh berbagai macam sitokin yaitu sitokin master Tumour Necrosis Factor (TNF)-α dan Interleukin (IL)-10. Benzoapyrene diketahui merupakan bahan kontaminan di dalam lingkungan yang terbentuk akibat proses pembakaran yang tidak sempurna yang ketika masuk ke dalam sel akan berikatan dengan DNA sehingga menyebabkan mutasi pada sel yang semula normal menjadi sel kanker (malignan).
Keseimbangan antara protein anti-apoptosis HSP-27, TNF-α, dan IL-10 serta adanya karsinogen yang masuk ke dalam tubuh dapat menjadi predictor sebagai faktor resiko kanker dan pembuatan bahan antikanker natural. Saat ini, perawatan kanker yang esensial adalah dengan menggunakan obat-obatan kemoterapi namun kemoterapi merusak sel kanker dan merusak sel normal sehingga mengakibatkan munculnya efek samping yang tidak diinginkan pada pasien yang sedang menjalani pengobatan dengan kemoterapi.
Inovasi yang dapat dilakukan adalah dengan cara memanfaatkan sumber daya alami yang dimiliki oleh negara Indonesia adalah dengan mengguakan bahan herbal daun kelor. Daun kelor diketahui memiliki beberapa macam bahan aktif yang dapat digunakan dan berpotensi sebagai bahan anti-kanker (anti-karsinogenesis), dengan bahan aktif tersebut adalah bahan aktif bioaktif flavonoid dan bahan isothiocyanates.
Flavonoid diketahui sebagai bahan anti-kanker karena memiliki sifat anti-oksidan, anti-inflamasi, dan anti-kanker. Isothiocyanates juga memiliki sifat anti-kanker karena dapat menginduksi proses apoptosis (kematian sel yang terprogram). Masalah kanker sering dikaitkan pada mutasi pada gen gatekeeper atau guardian genome yaitu pada gen p53. Senyawa flavonoid dan isothiocyanates dapat membunuh sel kanker yang dibuktikan dengan beberapa variable di atas, yaitu: HSP-27, TNF-α, dan IL-10. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Theresia et al pada tahun 2024.
Pemanfaatan Daun Kelor dalam bentuk Nanopartikel sebagai bahan anti-kanker secara alami memiliki kelebihan dibandingkan dengan menggunakan bahan obat-obatan kemoterapi, yaitu daya toksik nya lebih rendah, lebih aman, dan tidak merusak sel-sel normal yang ada di dalam tubuh penderita kanker. Sumber raw material Daun Kelor juga dapat ditemukan dengan mudah di Indonesia sehingga Daun Kelor dapat digunakan sebagai kandidat material anti-kanker yang potensial untuk dikembangkan lebih lanjut terutama terkait untuk menurunkan insidensi penyakit kanker dan kematian yang ditimbulkan akibat kanker.
Penulis: Prof. Dr. Theresia Indah Budhy, drg., M.Kes., Sp.PMM9K)
Informasi lebih detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di: https:// https://pandawainstitute.com/journal/index.php/jmans/article/view/198/118