Kebutuhan akan bahan pangan misalnya ketersedian daging dari tahun ke tahun mengalami peningkatan seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk, tingkat pendidikan dan kesadaran masyarakat akan peranan zat-zat makanan khususnya protein bagi bagi kehidupan. Selain itu industri pengolahan produk asal ternak juga berkembang seiring dengan berkembangnya daerah perkotaan. Salah satu komoditas peternakan yang dapat memberikan kontribusi yang besar dalam penyediaan protein hewani adalah penyediaan daging sapi.
Dedak padi merupakan hasil samping penggilingan padi yang berasal dari lapisan terluar beras pecah kulit dimana kualitasnya beragam. Dedak padi biasa digunakan dalam bahan ransum pakan ternak karena murah dan mudah didapatkan. Penggunaan ransum dedak padi sampai 30% dapat mengatasi biaya pakan komersil. Ketersediaan dedak padi sepanjang tahun berfluktuasi. Kondisi ini disebabkan karena dedak padi pada musim panen padi cukup melimpah, sebaliknya pada musim kemarau berkurang. Kendala dedak padi sebagai bahan pakan ternak adalah kandungan nutrisi terutama serat kasar masih cukup tinggi yakni sebesar 26,41% dan protein kasar cukup rendah yakni sebesar 5,39%. Pemberian serat kasar yang cukup tinggi akan mengakibatkan performa pertumbuhan ternak unggas tidak optimal. Ternak unggas tidak bisa mencerna serat kasar yang cukup tinggi dibanding ternak ruminansia karena memiliki tipe lambung monogastrik.
Rendahnya kualitas dedak padi juga dapat dilihat dari kandungan lemak yang cukup tinggi sebesar 12,5% sehingga menyebabkan dedak padi tidak bisa disimpan terlalu lama karena mudah tengik. Peningkatan nilai nutrisi dapat dilakukan dengan perlakuan fisik, kimiawi, dan biologi. Peningkatan nutrisi dengan perlakuan biologi terlihat lebih optimal karena relatif mudah serta cepat dalam meningkatkan kualitas pakan ternak. Perlakuan secara biologi dilakukan secara fermentasi dengan memanfaatkan mikroorganisme seperti jamur dan bakteri. Actinobacillus sp ML-08 merupakan isolat bakteri selulolitik asal rumen sapi potong. Bakteri selulolitik menghasilkan 3 jenis enzim selulase yang berperan dalam proses fermentasi selulosa menjadi glukosa secara enzimatis. Fermentasi dengan bantuan isolat Actinobacillus sp telah dilaporkan sebelumnya dapat menurunkan kandungan serat kasar dan meningkatkan protein kasar pada daun jati serta meningkatkan protein kasar dan bahan organik pada onggok. Kualitas fisik yang diamati meliputi warna, bau, pH dan indikasi adanya jamur. Kualitas kimia yang diamati meliputi kandungan bahan kering, air, abu, serat kasar, protein kasar, lemak kasar, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN), dan bahan organik. Hasil penelitian menghasilkan kualitas fisik yang meliputi warna, bau, pH, dan indikasi jamur pada proses fermentasi dedak padi dengan penambahan Actinobacillus sp. ML-08 cukup baik. Fermentasi dedak padi dengan penambahan Actinobacillus sp. ML-08 5% paling optimal dalam menurunkan kandungan serat kasar serta meningkatkan kandungan protein kasar, bahan organik, dan bahan ekstrak tanpa nitrogen.
Penulis: Mirni Lamid
Fakultas Kedokteran Hewan-Unair