Universitas Airlangga Official Website

Madu Hutan dapat Meningkatkan Kesuburan Tikus Betina

madu
Sumber: Grid ID

Kehadiran stres lingkungan merupakan ancaman bagi ternak dan manusia yang dapat menyebabkan penurunan kesejahteraan organisme. Hal ini menyebabkan gangguan mekanisme homeostatis dalam tubuh. Stresor utama yang dialami ternak dipengaruhi oleh berbagai elemen. Antara lain suhu lingkungan, kondisi cuaca, faktor terkait pakan, dan aktivitas fisik yang berlebihan. Pada saat stres, tubuh memulai respons fisiologis dengan melepaskan glukokortikoid, terutama kortisol, dari korteks adrenal. Pelepasan kortisol berfungsi untuk mengontrol metabolisme, tekanan darah, dan kadar gula darah sebagai respons terhadap stres. Namun demikian, sekresi kortikosteroid yang berlebihan berdampak buruk pada sistem reproduksi karena menyebabkan gangguan alokasi energi ke sistem organ lain. Stimulasi reseptor glukokortikoid yang terletak pada neuron hormon pelepas gonadotropin (GnRH) di dalam hipotalamus mengarah pada inisiasi kematian sel terprogram dalam sel saraf. Proses ini pada akhirnya mengakibatkan hipogonadisme, yang sebagian besar disebabkan oleh berkurangnya sekresi GnRH secara pulsatil.

Tidak adanya pulsatilitas pelepasan GnRH berdampak pada produksi hormon perangsang folikel (FSH) dan hormon luteinizing (LH). Sehingga menyebabkan terganggunya jalur sinyal hipotalamus-hipofisis-gonad (HPG) dan penurunan reproduksi. efisiensi dalam peternakan. Berdasarkan temuan tersebut, stres ditemukan berhubungan dengan anovulasi sporadis karena dampaknya terhadap penurunan kadar LH total. Bukti yang ada menunjukkan bahwa stress memiliki dampak negatif terhadap kinerja reproduksi melalui pengaruhnya terhadap pulsatilitas GnRH dan pelepasan FSH dan LH.

Pemanfaatan bahan-bahan alami telah menjadi fenomena umum dalam skala global. Didorong oleh keinginan untuk menemukan bahan kimia aktif baru yang dapat meningkatkan kesejahteraan manusia dan hewan. Madu hutan merupakan bahan alami yang memberikan dampak menguntungkan pada sistem reproduksi. Madu hutan diketahui memiliki sejumlah besar senyawa fenolik dan flavonoid untuk klasifikasinya sebagai madu multiflora. Jenis madu khusus ini terbukti memiliki kemampuan menurunkan kadar kortisol saat menghadapi stres fisik, seperti yang ditunjukkan dalam penelitian. Madu hutan, karena sifat antioksidannya, berpotensi mengurangi efek nekrotik pada sel Leydig pada tikus yang terpapar monosodium glutamat. Sehingga menunjukkan hubungan yang menguntungkan dengan sistem reproduksi.

Penggunaan madu hutan sebagai komponen alami diperkirakan dapat menyebabkan penurunan kadar kortikosteroid, yang dilepaskan sebagai respons terhadap induksi stres fisik. Penurunan kadar kortikosteroid ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi reproduksi. Khususnya folikulogenesis dan ovulasi, yang ditunjukkan dengan parameter kadar FSH dan kadar LH. Mengingat konteks di atas, sebuah investigasi dilakukan untuk menguji dampak pemberian madu hutan terhadap kadar FSH dan LH pada tikus Rattus novergicus yang menjalani tes berenang paksa sebagai model yang mewakili stres fisik kronis.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian madu hutan Apis dorsata terhadap stimulasi folikel kadar hormon (FSH) dan hormon luteinizing (LH) pada tikus yang menjalani tes renang paksa sebagai model stres fisik kronis ditempatkan dalam wadah berisi air yang tidak dapat keluar. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris dengan menggunakan 32 ekor tikus yang dibagi menjadi empat kelompok perlakuan: kontrol (C), Perlakuan 1 (T1) dengan tes berenang paksa + madu (2 g/tikus/hari), Perlakuan 2 (T2) dengan tes berenang paksa + madu (4 g/tikus/hari), dan Perlakuan 3 (T3) dengan tes berenang paksa + madu (6 g/tikus/hari). Semua perawatan diberikan untuk 14 hari.

Kemudian, darah diambil untuk tes serum FSH dan LH, dan tes ANOVA satu arah dan Duncan digunakan untuk menguji analisis data secara statistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian madu hutan tidak berpengaruh nyata (p > 0,05) terhadap FSH, namun terjadi penurunan kadar LH yang signifikan pada kelompok T2 dan T3 (p <0,05). Dapat disimpulkan bahwa pemberian madu hutan pada tikus yang dilakukan uji berenang paksa selama 14 hari mempunyai efek positif pada tikus yang diuji berenang paksa selama 14 hari tidak berpengaruh pada kadar FSH dan LH. Pada tikus diberikan tes berenang paksa sebagai model stres kronis, pemberiannya sesuai dosis 4 dan 6 g/tikus/hari mengurangi kadar LH serum. Dengan demikian, pemberian madu hutan dapat menjaga kesehatan reproduksi tikus tersebut mengalami stres kronis.

Penulis: Widjiati

Publikasi di jurnal: Open Veterinary Journal

Link artikel: https://www.openveterinaryjournal.com/?mno=174251

https://www.openveterinaryjournal.com/fulltext/100-1698182120.pdf?1711953933

Baca juga: Pengaruh Fitokimia Madu pada Aktivasi Stem Cells dan Kesehatan