UNAIR NEWS – Cegah LSD menyebar, mahasiswa KKN BBK 4 Universitas Airlangga (UNAIR) Desa Kalipait berkolaborasi dengan Kelompok Ternak Al-Barokah terapkan strategi pengelolaan lingkungan. Mereka melakukan perbaikan sanitasi melalui pembersihan kandang dan pengolahan limbah kotoran sapi menjadi pupuk organik.
Lumpy Skin Disease (LSD) merupakan jenis penyakit infeksi kulit pada sapi yang disebabkan oleh Lumpy Skin Disease Virus. Masyarakat lebih mengenal sebagai penyakit “Lato-Lato” karena berbentuk seperti bola bola kecil pada permainan lato-lato. Gejala awal LSD yakni munculnya benjolan pada kulit sapi, khususnya pada bagian leher, punggung, dan perut.
Ketua KKN BBK 4 UNAIR Desa Kalipait, Satria Jati Pangestu Putra mengatakan sapi yang terinfeksi penyakit juga mengalami, kehilangan nafsu makan, lemas dan lesu, dan mengalami penurunan produksi susu. Penyakit jenis ini, dapat menular, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Penularan secara langsung dapat terjadi apabila sapi yang sehat terkena lesi kulit, air liur, darah, dan susu sapi yang terinfeksi.
“Penularan secara tidak langsung dapat disebabkan karena penggunaan peralatan demam kandang atau jarum suntik yang telah terkontaminasi virus,” katanya.
Gandeng Taman Nasional Alas Purwo
Dalam melaksanakan program kolaborasi mendapatkan pendampingan Arif Budi Santoso selaku penyuluh lapangan dari pengelola Taman Nasional Alas Purwo. Permasalahan LSD memberikan dampak kesehatan lingkungan Desa Kalipait sebagai desa penyangga kawasan konservasi Taman Nasional Alas Purwo. Terlebih kawasan TN Alas Purwo juga memiliki satwa liar ruminansia yang dapat tertular LSD.
“Kita harus mengupayakan target pembangunan berkelanjutan mengenai kehidupan yang sehat dan sejahtera serta menjaga ekosistem darat,” tutur Arif Budi Santoso, selaku penyuluh lapangan dari Taman Nasional Alas Purwo.
Pembersihan Kandang Ternak
Upaya pencegahan penularan penyakit LSD secara tidak langsung dapat terimplementasikan melalui kebersihan kandang. Selain itu, kotoran ternak sapi yang belum atau terlambat dibersihkan dapat menimbulkan bau busuk dan memicu peningkatan kepadatan lalat. Menurut, Arif Budi Santoso kualitas sanitasi yang baik dapat menjamin kondisi ternak lebih sehat.
“Cara yang paling mudah dilakukan untuk mencegah agar ternak tidak terinfeksi lato-lato adalah dengan pembersihan kandang secara rutin dan pemberian desinfektan atau antiseptik” ucapnya.
Pembuatan Pupuk Organik
Jati menjelaskan pengolahan pupuk organik dari kotoran sapi dapat meminimalisasi pencemaran lingkungan. Pupuk organik meningkatkan kesuburan tanah dengan memperbaiki kerusakan fisik tanah akibat pemakaian pupuk anorganik secara berlebihan. Hal tersebut mendorong munculnya inisiatif mahasiswa KKN BBK 4 untuk melakukan kegiatan praktik sambil belajar mengenai pembuatan pupuk organik bersama Kelompok Ternak Al-Barokah.
“Adanya kolaborasi ini, diharapkan mampu meningkatkan pemahaman tentang praktik ternak yang sehat. Pencegahan pencemaran lingkungan yang merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan kelestarian lingkungan,” kata mahasiswa FIB UNAIR itu.
Termasuk pemahaman dalam mencegah penyebaran penyakit “Lato-Lato” agar tidak menjangkiti hewan ternak setempat ataupun satwa liar Taman Nasional. Dengan demikian pemenuhan target SDGs tujuan ke 3 (Health Well-Being) dan ke 15 (Life On Land) lebih cepat terealisasi. Sekaligus menciptakan masyarakat yang sehat, sejahtera, dan menjaga kualitas ekosistem darat. Taman Nasional Alas Purwo akan menjadi salah satu ekosistem yang wajib terkelola dengan bijak.
Penulis: Azhar Burhanuddin
Editor: Khefti Al Mawalia