UNAIR NEWS – Ksatria Universitas Airlangga (UNAIR) tidak pernah berhenti mencetak prestasi, termasuk di akhir penutup Ramadan. Pasalnya, tiga mahasiswa UNAIR berhasil sabet silver medal pada ajang internasional pada Jumat (21/4/23). Mereka adalah Dwita Rahmadini dari Fakultas Sains dan Teknologi (FST), Alia Azzahra dan Nur Faizah Haennisa dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), dan Salsabilla Eriko dari Fakultas Hukum (FH).
Walaupun berasal dari latar belakang rumpun keilmuan yang berbeda, tak menyurutkan mereka untuk berhasil sabet silver medal di ajang Virtual Mini Research & Design Competition (VIMIRED) yang diselenggarakan oleh Global Professional Diploma dan The Innovator Generation Indonesia.
Pada ajang ini mereka mengikuti berbagai tahapan seleksi yakni pendaftaran seleksi nasional menggunakan abstrak melalui organisasi masing-masing negara. Peserta yang Lolos Seleksi Tahap I (Seleksi Abstrak) akan dikirimkan Letter of Acceptance (LoA) untuk menyelesaikan administrasi dengan mengunggah video presentasi produk inovasi. Kemudian, terdapat penjurian oleh juri terpilih dengan latar belakang yang sesuai.
Deteksi Kanker Kulit
Dilansir dari wawancara, Dita selaku ketua tim mengungkapkan bahwa timnya menggagas inovasi SkinCAM : Early Detection of Skin Lesion using Smartphone Camera. SkinCAM adalah sistem deteksi kanker kulit portable dan otomatis menggunakan Convolutional Neural Networks (CNN) dari teknologi kamera smartphone.
Lebih lanjut, Dita mengungkapkan keunggulan inovasi itu yaitu ada dampak yang signifikan pada kesehatan masyarakat, terutama di daerah dengan akses terbatas pada tenaga kesehatan profesional.
“Dengan tingkat akurasi sebesar 91 persen, SkinCAM menyediakan user interface yang mudah digunakan untuk deteksi kanker dan pra-kanker kulit secara efisien dan mudah digunakan oleh tenaga kesehatan maupun individu, sehingga dapat mempercepat diagnosis hingga hitungan detik,” ujarnya.
Dita mengaku bahwa gagasan inovasi itu berangkat dari permasalahan kanker kulit di dunia, khususnya negara-negara di Asia Tenggara (ASEAN) yang memiliki keterbatasan tenaga medis spesialis kulit dan akses layanan kesehatan sehingga menyebabkan keterlambatan dalam diagnosis dan pengobatan. Maka dari itu, mereka menawarkan alternatif inovasi yang lebih terjangkau dan efektif untuk deteksi kanker kulit.
Menurut Haennisa, tim mereka sempat mengalami kesulitan dalam berkoordinasi mengingat mereka berasal dari latar belakang yang berbeda. Sehingga perlu komunikasi yang terbuka dan intensif. Dengan kerja sama dan tekad yang kuat, mereka berhasil menyelesaikan produk ini dengan hasil yang cukup memuaskan.
Di akhir sesi wawancara, Alia sebagai salah satu anggota tim berharap proyek inovasi mereka dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat. Selain itu, berkontribusi dalam penyelesaian permasalahan kesehatan di dunia.
“Kami berharap proyek ini dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat dalam meningkatkan aksesibilitas dan kualitas teknologi kesehatan. Serta, memberikan solusi bagi permasalahan di bidang tersebut. Selain itu, kami berharap dapat terus berkontribusi dan memperjuangkan tujuan proyek ini. Serta belajar dan berkembang bersama tim untuk mencapai hasil yang optimal,” tuturnya.
“Kami sangat berharap dapat bekerja sama dengan investor untuk mengembangkan proyek ini ke level yang lebih tinggi. Dengan dukungan investor, kami menargetkan dapat meningkatkan aksesibilitas dan kualitas teknologi kesehatan. Hal itu untuk mendukung tercapainyaSustainable Development Goals (SDGs) ketiga,” imbuhnya pada penutup wawancara. (*)
Penulis: Aidatul Fitriyah
Editor: Binti Q Masruroh