Universitas Airlangga Official Website

Masalah Potensial pada Program Imunisasi

Foto by Kompas

Data WHO menyebutkan bahwa imunisasi merupakan salah satu investasi kesehatan yang paling cost-effective (murah), karena terbukti dapat mencegah dan mengurangi kejadian sakit, cacat, dan kematian akibat Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yang diperkirakan 2 hingga 3 juta kematian setiap tahunnya.  Hampir 1,7 juta anak di bawah lima tahun meninggal karena penyakit yang dapat dicegah oleh imunisasi. Sebanyak 19,3 juta anak tidak lengkap status imunisasi dasarnya. Lebih dari setengahnya (53%) berada di India, Nigeria, dan Indonesia.

Cara mengurangi kematian dan kesakitan balita di negara berkembang dilakukan melalui penguatan program imunisasi dengan meningkatkan akses serta menurunkan missed opportunity atau kehilangan kesempatan untuk mendapatkan imunisasi. Kehilangan kesempatan terjadi ketika seorang anak yang memenuhi syarat untuk imunisasi mengunjungi sebuah fasilitas kesehatan tetapi gagal menerima vaksin tersebut.

Ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya missed opportunities dalam imunisasi. Pertama adalah faktor orang tua seperti sosiokultural dan sosiodemografis yang menyebabkan orang tua tidak ingin anak diimunisasi. Kedua adalah faktor petugas kesehatan seperti kelalaian petugas untuk menyaring atau mengingatkan ibu dengan anak yang belum diimunisasi. Ketiga adalah faktor sarana/sistem imunisasi seperti vaksin yang tidak tersedia.

Tim peneliti Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga yang tergabung dalam Expanded Program On Immunization Research Group melakukan survei cakupan imunisasi di Jawa Timur sekaligus melakukan analisis terhadap kejadian missed opportunity imunisasi di Provinsi Jawa Timur. Populasi survei ini adalah semua ibu yang memiliki anak usia 9 bulan sampai dengan 15 tahun di 6 kabupaten/kota terpilih di provinsi Jawa Timur yang terbagi dalam 60 Cluster dengan besar sampel sebanyak 1849 orang.

Hasil survey menunjukkan bahwa sebanyak 256 anak (14,33%) pernah kehilangan kesempatan untuk imunisasi. Anak yang pernah mengalami kehilangan kesempatan untuk imunisasi berada di daerah pedesaan (Rural Area) Provinsi Jawa Timur yaitu sebanyak 169 anak (63,77%). Seluruh anak yang pernah kehilangan kesempatan untuk imunisasi merupakan penduduk provinsi setempat. Jika dilihat dari pengalaman anak mengalami efek samping maka anak yang pernah kehilangan kesempatan untuk imunisasi sebanyak 212 anak (80%) pernah mengalami efek samping imunisasi dan pelayanan imunisasi yang diberikan sudah sesuai waktu luang (94,72%). Penyebab kehilangan kesempatan tersebut sebagian besar karena anak sakit, tidak ada vaksin, dan jumlah anak yang diimunisasi tidak cukup. Selain itu beberapa orang menjawab alasan lainnya seperti tidak ada rombongan dan obat habis.

Banyaknya kejadian kehilangan kesempatan vaksinasi membuktikan bahwa penggunaan layanan kesehatan sebenarnya tinggi. Dengan demikian, perlu memaksimalkan peran sumber daya petugas Kesehatan dan ketersediaan logistik serta sistem pelayanan program imunisasi yang baik. Mengurangi kejadian kehilangan kesempatan ini akan meningkatkan ketepatan waktu vaksinasi, meningkatkan efisiensi pemberian layanan kesehatan secara umum, dan mensinergikan antara layanan perawatan kuratif dan preventif fasilitas Kesehatan.

Penulis: Arief Hargono

Artikel: https://medic.upm.edu.my/upload/dokumen/2022110210162915_1481.pdf