Universitas Airlangga Official Website

Melawan Patogen Resisten Antibiotik pada Makanan dengan Nanopartikel Belerang Allium Fistulosum

Ilustrasi belerang (sumber: BBC Indonesia)

Pembusukan makanan merupakan masalah yang signifikan karena penyakit bawaan makanan mempengaruhi jutaan orang di seluruh dunia. Penyakit bawaan makanan masih menjadi masalah dan tantangan besar. Sesuai dengan laporan CDC (Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit) AS, empat puluh delapan juta orang Amerika, atau 1-6 populasi, jatuh sakit setiap tahun, 128.000 memerlukan rawat inap, dan 3000 meninggal karena penyakit bawaan makanan. Ada hubungan antara makanan yang kita makan dan penyakit pada manusia. Penyakit bawaan makanan disebabkan oleh patogen bawaan makanan, seperti bakteri, virus, dan parasit, beberapa di antaranya menunjukkan resistensi terhadap obat antibiotik yang tersedia secara komersial. Wabah penyakit bawaan makanan adalah terjadinya penyakit yang sama pada lebih dari satu orang, dan menyebar melalui makanan yang sama. Oleh karena itu, penting untuk mencari obat antibakteri yang segar dan efektif. Nanoteknologi dapat memberikan solusi untuk melawan patogen bawaan makanan. Nanopartikel belerang menunjukkan banyak hasil yang bermanfaat dan efektif sebagai agen antimikroba. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kemanjuran nanopartikel sulfur yang disintesis secara biologis dari Allium fistulosum untuk menghambat patogen bawaan makanan yang resisten terhadap antibiotik.

Sintesis nanopartikel belerang dilakukan dengan menggabungkan ekstrak daun tanaman dengan natrium sulfida. Penelitian ini menggunakan tanaman Allium fistulosum untuk membuat nanopartikel belerang. Karakterisasi nanopartikel belerang dilakukan melalui pemindaian mikroskop elektron, spektrofotometer UV, spektrometer inframerah transformasi fourier, dan analisis pelacakan nanopartikel. Kemudian, sifat antimikroba dari nanopartikel berbasis sulfur yang direkayasa secara biologis terhadap patogen bawaan makanan diperiksa sendiri dan dikombinasikan dengan agen antibakteri yang tersedia di pasaran. Aspergillus flavus dan Salmonella typhi termasuk di antara patogen bawaan makanan yang diuji aktivitas antibakteri in-vitro. 

Nanopartikel belerang dari Allium fistulosum memiliki spektrum serapan 291 nm yang menunjukkan ukuran hampir 100 nm dan berbentuk bola. Aktivitas antibakteri nanopartikel ini menunjukkan zona hambat sebesar 24 mm terhadap S. typhi. Tindakan antibakteri yang sinergis terlihat ketika nanopartikel dikombinasikan dengan antibiotik yang telah komersial. Efek antijamur yang nyata terhadap A. flavus diamati dengan menggabungkan nanopartikel belerang dengan amfoterisin B. Temuan penelitian in-vitro membuktikan bahwa nanopartikel belerang yang dirancang memiliki dampak besar pada mikroorganisme. Juga diamati bahwa efek antibiotik seperti ampisilin dan amfoterisin B ditingkatkan bila digabungkan dengan nanopartikel.

Kesimpulannya, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak tumbuhan berpotensi menghasilkan nanopartikel belerang. Partikel nano belerang menunjukkan aktivitas antibakteri yang signifikan terhadap patogen bawaan makanan seperti S. typhi dan A. flavus. Selain antibiotik, SNP yang diproduksi secara biologis dapat dimanfaatkan sebagai agen antimikroba inovatif untuk membantu mencegah infeksi bawaan makanan. Selain itu, ini bisa menjadi teknik yang ampuh untuk meningkatkan bioavailabilitas. Ini adalah laporan pertama tentang metode ramah lingkungan untuk memproduksi nanopartikel sulfur dengan menggabungkan natrium polisulfida dengan ekstrak daun tanaman.

Penulis:  Teguh Hari Sucipto, Aisha Saddiqua, Shakeeb Ullah, dkk.

Informasi detail tentang artikel ilmiah ini terdapat di: https://smujo.id/biodiv/article/view/17549

baca juga: Stres Ringan Kronis Tak Terduga Mempengaruhi Berat Badan