Universitas Airlangga Official Website

Memahami Persepsi dan Permintaan Masyarakat tentang Layanan Kefarmasian di Apotek

Apoteker adalah salah satu tenaga kesehatan dengan jumlah terbesar di dunia. Praktik kefarmasian oleh apoteker merentang luas mulai dari industri bahan baku dan industri farmasi hingga ke sektor pelayanan farmasi di rumah sakit, klinik dan apotek. Pelayanan kefarmasian di apotek merupakan lingkup pelayanan yang paling banyak melibatkan apoteker dan paling mudah diakses oleh masyarakat.

Apotek dibandingkan dengan fasilitas kesehatan lainnya memiliki beragam kelebihan. Masyarakat lebih mudah dan nyaman mengunjungi apotek karena tidak perlu membuat janji terlebih dahulu, apotek mudah dikunjungi karena terletak di pusat kegiatan masyarakat, dan apotek menyediakan layanan kefarmasian yang lengkap termasuk untuk mengatasi keluhan dan gejala penyakit ringan seperti batuk, pilek dan nyeri.

Apotek juga menyediakan obat keras tertentu yang hanya bisa didapatkan di apotek dibawah pengawasan oleh apoteker, disebut pula Obat Wajib Apotek (Pharmacy Only Medicine). Sayangnya dengan beragam kelebihan ini masih sedikit penelitian tentang bagaimana persepsi dan permintaan Masyarakat tentang layanan kefarmasian di apotek dan sejauh mana masyarakat telah memanfaatkan layanan tersebut.

Peneliti dari Fakultas Farmasi Universitas Airlangga bekerjasama dengan peneliti dari Malaysia, Brunei Darussalam dan Uni Emirat Arab kemudian melakukan survei melibatkan 222 orang warga sebagai responden. Responden diminta mengisi kuesioner yang dibagikan secara online berisi tentang layanan kefarmasian yang dimanfaatkan oleh masyarakat, preferensi layanan, pemahaman dan kepuasan terhadap kinerja apoteker dan pengetahuan tentang Obat Wajib Apotek (OWA).

Hasil penelitian menunjukkan salah satu alasan masyarakat mengunjungi apotek adalah untuk menebus resep dokter. Lebih dari separuh responden setuju dan berminat untuk mencoba layanan skrining kesehatan yang ditawarkan oleh apotek. Menurut responden, layanan skrining ini membantu mereka untuk mengidentifikasi gejala dan kondisi penyakit.

Hampir 90% responden memahami bahwa peracikan dan penyiapan obat oleh apoteker merupakan layanan utama di apotek. Secara umum, responden puas dengan pengetahuan, sikap profesional dan kemampuan berkomunikasi apoteker dalam menjelaskan tentang obat-obatan yang diterima masyarakat. Penelitian juga menunjukkan bahwa responden awam dengan kategori OWA dan tidak yakin mereka pernah menggunakan OWA sebelumnya.

Penelitian tentang persepsi masyarakat terhadap layanan kefarmasian di apotek ini menunjukkan tingginya kebutuhan masyarakat terhadap apotek. Apotek juga dituntut untuk mampu menghantarkan layanan selain peracikan dan penyiapan obat. Skrining kondisi pasien menjadi salah satu kebutuhan masyarakat. Keberadaan OWA perlu dioptimalkan untuk membantu kesehatan masyarakat.

Penulis: Andi Hermansyah, S.Farm., Apt., M.Sc., Ph.D.

Artikel penelitian dapat diakses di https://joppp.biomedcentral.com/articles/10.1186/s40545-023-00609-1