Universitas Airlangga Official Website

Mengapa Sakit Gigi Sering Kambuh ?

Foto by Alodokter

Flare-up endodontic adalah suatu kondisi tidak normal yang berulang terjadi secara akut simptomatik yang berasal dari pulpa atau periapikal yang terjadi selama atau setelah perawatan saluran akar, yang ditandai nyeri atau pembengkakan. Flare-up timbul beberapa jam atau beberapa hari setelah perawatan saluran akar. Prevalensi flare-up endodontic setelah perawatan saluran akar dilaporkan dengan angka kejadian 3% – 58 %. Angka kejadian lebih banyak terjadi pada wanita.

Penyebab terjadinya  flare-up endodontic bervariasi dari mekanis, kimia, dan mikroorganisme. Penyebab yang lain yaitu status kesehatan umum, kondisi jaringan pulpa dan periapikal, simptom klinis, macam gigi yang dirawat, jumlah kunjungan, serta macam medikamen saluran akar yang digunakan. Anatomi yang kompleks dan produk metabolik dapat masuk ke apeks gigi dan menyebabkan respon inflamasi akut dengan cepat. Pengambilan jaringan pulpa nekrotik yang tidak adekuat juga dapat menyebabkan respons inflamasi di daerah apikal.

Over-instrumentasi merupakan suatu jejas benda tajam yang dapat menimbulkan luka pada pembuluh darah maupun jaringan saraf sensoris periapikal, akibatnya terjadinya gangguan homeostasis pada daerah periapikal. Akibat luka tersebut maka terjadi kaskade proses inflamasi. Monosit sebagai salah satu komponen imun innate berperan sebagai imunoregulator. Hal ini disebabkan terjadi diferensiasi Monosit Type 1 (Pro-Inflamasi/Ly6C+ yang akan menjadi Makrofag Type M1 (Pro-Inflamasi), penghasil sitokin pro-inflamasi salah satunya adalah TNF a, sedangkan diferensiasi Monosit Type 2 (Anti-Inflamasi/Ly6C) akan menjadi Makrofag Type M2 (Anti-Inflamasi), penghasil sitokin anti-inflamasi salah satunya yaitu IL-10. IL-10 merupakan imunosupresif yang kuat, IL-10 dapat memblokir respon imun baik secara langsung maupun tidak langsung pada sistem imun innate dan adaptif. IL-10 memiliki efek analgesik pada nyeri inflamasi dan nyeri neuropatik. Selain itu IL-10 adalah sitokin yang ubiquitous yang memainkan peran penting dalam pengaturan respon inflamasi dengan menurunkan regulasi sintesis sitokin. Half life dari IL-10 adalah 2,7 – 4,5 jam. Produksi IL-10 dalam jumlah banyak dan cepat umumnya dalam 60 menit setelah trauma. Ada juga penelitian yang dilakukan pada pasien osteoarthritis yang sudah berlatihdan terjadi peningkatan IL-10 yang diperiksa dengan waktu 20 – 30 menit.

Semua teknik instrumentasi saluran akar menghasilkan debris dan selama preparasi saluran akar dapat meningkatkan jumlah debris terdorong ke daerah periapikal. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Subbiya et al (2018), penggunaan instrumen baik secara manual ataupun secara rotary menyebabkan terdorongnya debris yang mana debris ini dapat mengandung sisa-sisa pulpa nekrotik, cairan irigasi, dan mikroorganisme terutama pada gigi non vital sehingga dapat menimbulkan respon inflamasi. Preparasi dan pengisian saluran akar yang berlebihan menimbulkan jejas mekanik. Cairan irigasi dan obat-obatan saluran akar memiliki tingkat toksisitas yang berbeda pada jaringan periapikal dan dapat menyebabkan nyeri akut dan pembengkakan.

Flare-up endodontic tidak dapat dicegah, tetapi dapat diminimalisir. Beberapa tindakan yang cukup efektif untuk menurunkan angka kejadian flare-up endodontic antara lain, dengan tindakan debridement yang lengkap, penggunaan obat-obatan intrakanal yang potensial, antibiotik, analgesik, diagnosis yang tepat, penentuan panjang kerja yang benar, dan pemilihan larutan irigasi yang tepat.

Secara umum untuk mengurangi tingkat nyeri dan pembengkakan pasien dapat mengkonsumsi analgesik dan antibiotik setelah tindakan perawatan. pada penelitian terbaru penggunaan analgesik non steroid lebih efektif dibandingkan antibiotik. Non Steroidal anti-inflamatory drugs (NSAID) sampai saat ini adalah pilihan terbaik dan menjadi pilihan utama pada kasus flare-up endodontic dan nyeri akut. Namun dilaporkan bahwa sejumlah pasien memiliki reaksi alergi terhadap golongan NSAID, sehingga perlu diupayakan mencari solusi. Saat ini, terapi anti nyeri komplementer menggunakan berbagai metode, misalnya akupuntur, akupresur dan yang saat ini mulai banyak digunakan adalah Low Level Laser Therapy (LLLT).

Sejak abad ke-21, terapi dengan metode laser telah digunakan secara luas untuk perawatan dalam bidang kedokteran gigi, antara lain, konservasi gigi, periodonsia, prostodonsia, dan masih banyak bidang kedokteran lain dan telah memberikan hasil yang memuaskan. Jenis laser yang telah digunakan pada bidang kedokteran gigi contohnya YAG laser, Diode laser, Co2 laser, Erbium laser, Argon laser, dan Helium-neon laser. Dalam perawatan dibidang konservasi gigi, laser telah dilaporkan secara signifikan efektif dalam mengurangi rasa nyeri dan inflamasi setelah perawatan saluran akar. Panjang gelombang dari 632 – 904 nm telah diakui sebagai analgesik yang efektif pasca operasi rongga mulut. Selain itu juga dengan panjang gelombang 650 – 904 nm memiliki penetrasi yang sangat baik dan penyerapan minimal terhadap hemoglobin, air, darah dan melanin.

Penulis: Nanik Zubaidah, drg., Sp.KG., M.Kes.

Jurnal: https://e-journal.unair.ac.id/MKG/article/view/36582