Universitas Airlangga Official Website

Mengenal Terapi Regenerasi Lebih Dalam

Foto oleh angelface.com.sg

Hidup sehat, bahagia dan sejahtera adalah impian semua manusia. Saat usia muda, manusia berharap tidak sakit, tidak merasa nyeri yang dapat menghambat semua aktifitas sehari hari. Regenerasi adalah kemampuan jaringan atau sel untuk memperbaru setelah terjadi kerusakan, baik akibat cedera/trauma, infeksi, inflamasi non infeksi, serta proses degeneratif penuaan. Setelah melewati era dimana penyakit utama di dunia adalah infeksi yang mematikan di usia muda, usia harapan hidup manusia dalam dua dekade terakhir ini meningkat sangat tinggi terutama di negara maju dan berkembang. Mari tidak membicarakan pandemi yang mengembalikan infeksi sebagai pembunuh no 1 di dunia. Saat manusia menikmati panjang umur dan masih aktif di usia 60, 70, bahkan 80 tahun, manusia menginginkan hidup sehat dan bila memungkinkan tetap beraktifitas seperti di usia 40 an. Kebutuhan ini dijawab oleh para ahli dengan mengupayakan menemukan obat, bahan, cara untuk mengembalikan sel menjadi muda, mempecepat proses penyembuhan, mencegah, bahkan menolak kematian sel (rejuvenating therapy).

Terapi regenerasi/rejuvenisasi meliputi obat atau bahan yang dikonsumsi, perubahan gaya hidup, aktifitas fisik (senam, yoga, pilates), sampai tindakan pembedahan. Saat ini semua cara yang mengembalikan kepada bahan bahan natural, organik, bukan berbahan kimia sintetis menjadi pilihan utama yang tidak murah. Stem cell atau sel punca adalah salah satunya. Sel punca berasal dari tubuh manusia itu sendiri (autologus) atau dari manusia bahkan makhluk lain. Sedemikian luas pengertian dan penggunaan nya sehingga penjualan melalui internet tidak terkontrol. Pengertian sel punca bahkan diartikan untuk Plasma Rich Platelet (plasma kaya sel sel pembekuan darah) yang mulai banyak digunakan di bidang peremajaan kulit. Walaupun    dapat membantu pengencangan kulit, fungsi dan cara kerja pemberian PRP sama sekali berbeda dan bukan merupakan sel punca.

PRP merupakan cara mengambil konsentrat sel platelet dari 10 cc darah sehingga darah terpisah antara komponen plasma, sel darah merah, sel darah putih, dan platelet protein. Dari 10 cc darah, dapat diambil 4 cc plasma yang sangat kaya akan zat zat platelet, protein, dan kolagen yang dapat diaplikasi pada area yang memerlukan. Sel platelet berperan penting dalam mengatur bahan bahan kimia alami (endokrin lokal) pada proses inflamasi baik memicu inflamasi maupun menghentikan inflamasi dalam proporsi yang tepat. Prinsip yang tidak dapat dilakukan obat obat an kimiawi. Obat konvensional hanya mencegah inflamasi (anti inflamasi seperti steroid dan paracetamol) atau memicu inflamasi (pro inflamasi seperti interferon). Selama ini pemberian obat obat anti inflamasi atau anti nyeri saat terjadi keradangan, hanya dianggap terapi simptomatis bukan pengobatan terapetik menyembuhkan. Bahkan pemberian anti inflamasi yang kurang tepat akan menghambat proses penyembuhan oleh tubuh secara alamiah.

PRP bekerja sesuai proses secara alamiah oleh tubuh manusia sendiri. Karena diberikan dalam bentuk konsentrat pada daerah tersebut langsung maka proses penyembuhan akan lebih cepat dan paripurna tanpa menyisakan dampak akibat efek berlebihan atau efek kekurangan. Awalnya konsep pemberian PRP diterapkan pada kondisi akut saja (cedera kuranga dari 2 minggu). Lama kelamaan peneliti mulai merambah pada kondisi nyeri kronik (nyeri bulanan sampai tahunan) akibat proses kerusakan degeneratif. Sesungguhnya PRP tidak membuat proses degeneratif/penuaan menjadi muda kembali, tetapi PRP memperbaiki proses proses inflamasi yang terjadi pada proses degeneratif tersebut sehingga dapat mengurangi rasa nyeri yang ada sambil menahan percepatan proses degeneratif tersebut. Misalnya proses penuaan sendi lutut akibat kerusakan tulang rawan sendi; PRP masih bermanfaat bila kerusakan masih pada derajat 1 atau 2 dimana tulang rawan masih ada, permukaan sendi (sinovium) belum rusak semua. PRP menetralisir keradangan sehingga mengurangi rasa nyeri, memperbaiki homeostasis ruang sendi sehingga cairan sendi lebih baik mutunya sambil memicu perbaikan perbaikan kecil pada sendi. Tetapi kerusakan degeneratif secara perlahan akan tetap berlangsung (walau lebih lambat) dan akhirnya sendi akan tetap menjadi rusak parah dimana satu satu nya penanganan adalah dengan penggantian sendi.

Saat ini PRP mulai diteliti untuk perbaikan jaringan saraf, bahkan sel sel reproduksi seperti ovarium. Perbaikan pada cedera saraf tepi bahkan pada saraf pusat mulai banyak diteliti karena prinsip pengambilan, pengolahan, serta aplikasi yang sangat alamiah dan natural. Yang perlu selalu diberikan advokasi yang baik kepada penderita dan masyarakat alam adalah tidak semua terapi rejuvenasi adalah stem cell (sel punca). Tidak semua sel punca dapat diaplikasi dengan cara yang sama dan memberi manfaat yang diharapkan. PRP salah satu pengobatan dalam peremajaan dan pengobatan degeneratif, bukan termasuk kategori sel punca dan tidak dapat dilakukan petugas non medis apalagi dilakukan di rumah.

Author: Muhammad Pandunugrahadi, Komang Agung Irianto, Oen Sindrawati

Judul artikel jurnal: The Optimal Timing of Platelet-Rich Plasma (PRP) Injection for Nerve Lesion Recovery: A Preliminary Study

Dipublikasikan di: International Journal of Biomaterials

Link: https://www.hindawi.com/journals/ijbm/2022/9601547/