Universitas Airlangga Official Website

Di era modern ini, obat herbal mulai dilupakan karena masyarakat umumnya lebih mengenal beberapa obat yang praktis dan mudah didapat, meskipun disekitarnya banyak terdapat obat-obatan herbal atau ramuan tradisional, namun pengolahannya sangat mudah (Kurniadi dan Ahmad, 2015). Selain itu, penggunaan obat herbal memiliki keunggulan dibandingkan obat modern berbahan kimia, antara lain lebih aman (Sari, 2006) dan meningkatkan sistem imun tubuh (Nurmalina, 2012).

Salah satu tanaman herbal yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia adalah urang aring (Eclipta alba (L.) Hassk.). Tanaman ini juga digunakan dalam budaya anak benua India (Jahan et al., 2014), Thailand (Tewtrakul et al., 2007), Mesir (Boulos et al., 1984), Filipina (Dan dan Nhu et al., 1990), dll. Ekstrak senyawa dari tanaman urang aring memiliki berbagai manfaat medis, termasuk: efek antidiabetes dari ekstrak etanol telah diteliti untuk kemungkinan efek menguntungkan terhadap hiperglikemia dan nefropati diabetik (Jahan et al., 2014); mengobati penyakit hati, penyakit mata, dan gangguan yang berhubungan dengan rambut (Yadav et al., 2017).

Untuk memaksimalkan pemanfaatan urang aring, harus ada deskripsi morfologi dan anatomi yang tepat untuk pelabelan jenis tanaman herbal. Menurut Sharma dkk. (2017), untuk memastikan hanya penggunaan bahan asli dan seragam untuk obat herbal tersebut, upaya mengidentifikasi ciri-ciri tanaman merupakan hal yang sangat penting. Salah satu dari berbagai standar yang harus dipenuhi dalam industri fitofarmaka adalah pemilihan sumber tumbuhan mentah yang tepat sebelum proses produksi dilakukan.

Uji standarisasi bahan mentah harus dilakukan untuk memastikan bahwa bahan mentah yang digunakan dalam produk farmasi sesuai dengan tujuan penggunaannya. Hal ini disebabkan karena banyak tumbuhan obat yang mempunyai morfologi makrostruktur yang serupa antar spesies dalam genus yang sama. Produk Kesehatan palsu dan pengganti menimbulkan masalah keamanan yang serius (Osathanunkul dkk., 2018). Di sisi lain, munculnya fenotipe baru yang dialami organisme dapat muncul karena adanya rangsangan dari lingkungan (Xue et al., 2019). Berdasarkan pernyataan ini, hanya bergantung pada inspeksi morfologi dan nama dapat mengakibatkan spesimen botani diberi label yang salah (De Boer et al., 2014). Oleh karena itu, sangat penting untuk mengidentifikasi spesies tumbuhan secara akurat untuk otentikasi keamanan produk tanaman herbal.

Penggunaan organ tumbuhan sebagai kunci identifikasi memang umum terjadi, namun dapat menimbulkan kekhawatiran mengingat ciri morfo-anatomi sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Pendekatan molekuler, seperti kode batang DNA, berkembang menjadi autentikasi konklusif dan penugasan taksonomi untuk jaminan kualitas fitopreparasi (Ulrich-Merzenich dkk. 2007; Patwardhan dkk., 2014). Barcoding DNA merupakan alat untuk identifikasi spesies secara cepat berdasarkan urutan DNA, yang membandingkan keseluruhan struktur dan ekspresi genom antara dua spesimen, sehingga metode ini menawarkan jawaban baru atas pertanyaan-pertanyaan yang sebelumnya berada di luar jangkauan disiplin ilmu tradisional (Kress dan Erickson, 2008). Untuk tanaman darat, penanda kode DNA barcode inti yang paling umum direkomendasikan adalah dua daerah pengkode di dalam kloroplas, yaitu bagian dari gen rbcL (subunit besar gen enzim rubisco) dan matK (gen kloroplas yang mengkode protein maturase) (de Vere et al., 2015). Namun demikian, ada keterbatasan data yang menyediakan penanda molekuler, terutama untuk urang aring yang diberi kode rbcL dan matK barcode.

Beberapa penelitian terdahulu yang menjelaskan ciri-ciri pengidentifikasi urang-aring yang menjelaskan ciri-ciri tumbuhan tersebut secara umum. Kumari dkk. (2021) menggambarkan urang aring memiliki tinggi yang mencapai 30 –50 cm, daun tunggal sesil berbentuk lanset yang memiliki panjang 4 –10 cm dan lebar 0,8 – 2 cm. Kepala bunganya soliter dan berwarna putih, diameternya 6 – 8 mm. Penelitian molekuler sebelumnya dilakukan oleh Kim et al. (2017) berhasil menganalisis genom kloroplas urang aring dan kerabat terdekatnya (Eclipta prostrata), dan anotasi gen mengungkapkan 80 gen penyandi protein, 30 gen tRNA, dan empat gen rRNA. Hasil penelitian Kim dkk. (2017) juga mengungkapkan rendahnya keragaman urutan nukleotida pada urang aring dan E. prostrata.

Untuk menyediakan data komprehensif untuk otentikasi urang aring dalam aplikasi farmasi dan untuk meningkatkan penelitian taksonomi sebelumnya di berbagai disiplin ilmu, analisis kualitatif dan kuantitatif akan dilakukan pada spesimen urang aring dari Taman Husada Graha Famili. Analisis ini akan merangkum pemeriksaan ciri-ciri morfo-anatomi serta DNA barcode. Data yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan untuk melakukan perbandingan dengan spesies lain sehingga kesalahan dalam otentikasi tanaman obat dapat diminimalkan.

Agar data terkait identifikasi yang diperoleh akurat, maka identifikasi berbagai macam penanda juga sangat diperlukan. Tujuan studi ini adalah untuk mendeskripsikan karakteristik urang aring (Eclipta alba (L.) Hassk) berdasarkan penanda morfo-anatomi kualitatif dan pengkodean DNA kuantitatif. Morfologi tumbuhan ini mempunyai ciri herba dengan akar tunggang dan batang bercabang yang muncul dari tengah. Daun berjenis tunggal tersusun berseberangan tidak sempurna, lanset, tepinya bergerigi halus, pangkalnya meruncing, ujung runcing, serta permukaan daun menyirip dan berbulu. Bunganya terdiri dari bunga pari dan bunga tabung berbentuk cangkir. Sedangkan dari segi anatomi, urang aring mempunyai aerenkim yang tersebar pada bagian korteks akar dan batang. Selain itu, terdapat stomata anisositik, trikoma kelenjar, dan trikoma non kelenjar dengan bentuk memanjang disertai ornamen yang terdapat pada epidermis daun. Hasil penjajaran sekuens dan rekonstruksi pohon filogenetik menunjukkan bahwa tumbuhan sampel berkerabat dekat dengan spesies dalam genus Eclipta. Semoga tulisan ini membuat Masyarakat lebih mengenal tanaman urang aring.

Jurnal: Unraveling the secrets of Eclipta alba (L.) Hassk.: a comprehensive study of morpho-anatomy and DNA barcoding [Desvendando os segredos de Eclipta alba (L.) Hassk.: um estudo abrangente de morfoanatomia e cdigo de barras de DNA]