Universitas Airlangga Official Website

Meningkatkan Ketahanan Keluarga Pascabencana dengan Pendekatan Berbasis Spiritualitas di Lombok Utara

Meningkatkan Ketahanan Keluarga Pascabencana dengan Pendekatan Berbasis Spiritualitas di Lombok Utara
Photo by Nick Agus Arya on Unsplash

Gempa bumi Lombok 2018 meninggalkan dampak besar bagi masyarakat, terutama di Kabupaten Lombok Utara. Sebanyak 537 nyawa hilang, lebih dari 100.000 orang kehilangan tempat tinggal, dan kerugian ekonomi maupun fisik sangat terasa. Selain kerusakan yang tampak, gempa ini juga membawa dampak yang tidak terlihat, seperti gangguan mental yang membuat proses pemulihan menjadi lebih sulit. Masalah seperti kecemasan dan PTSD (gangguan stres pascatrauma) menjadi tantangan besar yang menghambat masyarakat untuk bangkit dan bersiap menghadapi bencana di masa depan.

Di Lombok Utara, agama memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat. Tradisi seperti tahlilan dan yasinan tidak hanya menjadi bentuk ibadah, tetapi juga mempererat hubungan sosial di tengah masyarakat. Berangkat dari tradisi ini, program ISTIFAR (Islamic-Based Training for Family Resilience) dirancang untuk membantu keluarga meningkatkan ketahanan, kemampuan menghadapi masalah (coping), dan kesiapan menghadapi bencana. Program ini mengintegrasikan nilai-nilai agama Islam, seperti doa, pembacaan Al-Qur’an, dan penguatan spiritual.

Selain itu, penelitian ini juga melihat bagaimana pandemi COVID-19, yang melanda selama pelaksanaan program, menjadi tantangan baru bagi keluarga. Pandemi menyebabkan tekanan ekonomi dan sosial yang luar biasa, terutama dengan adanya pembatasan sosial yang mengurangi aktivitas dan pendapatan masyarakat.

Program ISTIFAR berlangsung selama satu bulan di Desa Medana, Lombok Utara, dengan melibatkan 63 keluarga Muslim yang menjadi korban gempa. Dalam program ini, keluarga mendapatkan pelatihan untuk meningkatkan ketahanan, cara menghadapi masalah, dan kesiapsiagaan menghadapi bencana. Semua ini dilakukan dengan pendekatan berbasis agama yang menekankan pentingnya doa, sabar, dan ikhtiar.

Penelitian ini juga mengukur tingkat stres yang dialami keluarga akibat pandemi COVID-19. Para peserta diberikan kuesioner untuk mengukur ketahanan keluarga, coping, kesiapan bencana, dan tingkat stres mereka.

Program ISTIFAR menunjukkan hasil yang positif. Sebagian besar keluarga mengalami peningkatan ketahanan setelah mengikuti program, dengan 59% keluarga berada pada fase “semakin kuat”. Tingkat coping dan kesiapsiagaan bencana juga meningkat secara signifikan. Namun, evaluasi enam bulan setelah program menunjukkan adanya penurunan: ketahanan keluarga turun sebesar 11,87%, coping turun 14,71%, dan kesiapsiagaan bencana turun 3,3%.

Meskipun begitu, penelitian ini menemukan bahwa keluarga yang rutin beribadah memiliki tingkat stres yang lebih rendah selama pandemi. Hal ini menunjukkan pentingnya spiritualitas dalam membantu masyarakat menghadapi krisis.

Penurunan yang terjadi pasca-enam bulan kemungkinan besar disebabkan oleh pembatasan sosial selama pandemi. Banyak keluarga yang kehilangan penghasilan dan harus fokus pada kelangsungan hidup sehari-hari, sehingga sulit untuk mempertahankan semangat gotong royong dan membantu sesama.

Program ISTIFAR sebenarnya berhasil meningkatkan ketahanan keluarga, tetapi pandemi menjadi tantangan tambahan yang memengaruhi efektivitas program. Untuk ke depan, program serupa perlu menambahkan materi yang relevan dengan kondisi seperti pandemi, seperti manajemen stres dan kesehatan mental berbasis spiritual.

Kesimpulan

Program ISTIFAR telah membantu keluarga di Lombok Utara meningkatkan ketahanan, coping, dan kesiapan bencana setelah gempa. Namun, pandemi COVID-19 menjadi tantangan baru yang menuntut penyesuaian program agar lebih relevan dengan situasi yang dihadapi masyarakat.

Penelitian ini menegaskan pentingnya pendekatan berbasis agama dalam memperkuat ketahanan keluarga, tidak hanya untuk menghadapi bencana alam tetapi juga krisis lain seperti pandemi. Dengan kombinasi strategi yang tepat, keluarga dapat lebih siap menghadapi tantangan di masa depan.

Penulis: Dr. Sriyono, S.Kep., Ns., M.Kep.Ns.Sp.Kep.MB

Link: https://doi.org/10.4102/jamba.v16i1.1696

Baca juga: Dampak Bencana Alam terhadap Energi Terbarukan di Asia