Universitas Airlangga Official Website

Mewaspadai Pencemaran Logam Berat di Lingkungan Akuatik.

Mewaspadai Pencemaran Logam Berat di Lingkungan Akuatik.
Sumber: Liputan6

Zona riparian merupakan zona peralihan atau transisi antara ekosistem daratan dan perairan, dimana ekosistem ini memiliki tanah yang subur sehingga menjadi tempat hidup bagi beragam biota. Zona riparian ini memiliki keaneragaman vegetasi jika dibandingkan dengan zona lain yang jauh dari sumber air. Selain sebagai tempat untuk beragam biota, zona ini juga sangat penting dalam mencegah terjadinya erosi tepian sungai dan mitigasi pencemaran air pada seluruh ekosistem perairan. Suburnya wilayah ini menjadikan Kawasan ini dikelilingi oleh Kawasan urban dan pertanian yang berpotensi untuk menyebabkan pencemaran bahan kimia berbahaya seperti logam berat di lingkungan airnya.

Sebagai salah satu elemen penting dalam kehidupan makhluk hidup, gangguan pada ekosistem air akan menyebabkan beberapa dampak pada komponen lingkungan biotik maupun abiotik. Distribusi logam berat di lingkungan akuatik dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pelapukan batuan, perubahan pada pola aliran air, gangguan pada sedimen dasar lain, erosi tanah, limpasan dari wilayah terrestrial, pembuangan limbah, proses leaching dari bahan kimia pertanian, dan pelepasan limbah industri. Peningkatan konsentrasi logam berat pada sumber air, termasuk air permukaan dan air tanah, dapat menurunkan kualitas air untuk keperluan air minum dan pertanian secara keseluruhan.

Sungai Cirasea yang mengalir melalui wilayah Bandung, merupakan salah satu sumber air utama untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat, seperti irigasi, kebutuhan domestik dan industri. Sungai ini terletak di zona riparian yang terkontaminasi oleh limbah yang berasal dari berbagai aktivitas manusia di sekitar daerah aliran sungai tersebut, salah satunya limbah dari pertanian dan perkotaan. Sungai Cirasea mengalir melalui wilayah pertanian di sekitar wilayah Kecamatan Ciparay, Ibun, Kertasari, Majalaya, Pacet, dan Paseh. Beberapa yang pernah dilakukan sebelumnya mengemukakan bahwa daerah hulu Sungai Citarum terkontaminasi oleh Pb, Hg, As, Cr, Cu, Ni, Fe, Zn, dan Mn yang dipengaruhi oleh sumber alamiah dan antropogenik. Dalam artikel ini kami membahas hasil penelitian terbaru mengenai asal-usul kontaminasi logam berat pada sumber daya air pada zona riparian Sungai Cirasea, serta dampaknya terhadap kesehatan dan lingkungan.

Penelitian yang baru dilakukan tahun 2023 menemukan bahwa Sungai Cirasea termasuk dalam kategori sungai yang sangat tercemar berdasarkan kalkulasi indeks pencemaran logam berat atau heavy metals pollution index (HPI), sungai Cirasea memiliki nilai 131 yang mengindikasikan bahwa air tidak layak untuk dikonsumsi manusia dan berpotensi membahayakan kesehatan manusia. Diketahui juga bahwa semua sampel air permukaan dan air tanah melebihi baku mutu kualitas air dengan nilai tertinggi mencapai 1.447 mg/L. Konsentrasi logam berat di air tanah sekitar Sungai Cirasea dapat diurutkan menjadi  Fe>Mn>Pb>Cu>Cr. Hasil temuan juga mengemukakan bahwa sumber litogenik dan antropogenik mempengaruhi peningkatan logam berat pada lingkungan akuatik. Logam berat Fe dan Mn diketahui berasal dari sumber geologi atau agrokimia. Sedangkan Pb, Cu, Cd berasal dari dua sumber utama yaitu litogenik dan antropogenik. Hasil ini juga divalidasi dengan investigasi konsentrasi logam berat pada kolom sedimen dan tanah di sekitar aliran sungai. Rentang konsentrasi Cu, Pb, Fe, Mn pada sedimen sekitar sungai Cirasea diantaranya 27.000 – 53.000 mg/kg, 0 – 29.000 mg/kg, 3.128 – 60.104 mg/kg, 225.000 – 1.646 mg/kg. Sumber geogenik dapat berdampak pada tingginya konsentrasi logam berat pada sedimen dan tanah di ekosistem hulu sungai Cirasea. Sedangkan, faktor geogenik dan antropogenik mempengaruhi konsentrasi logam berat di ekosistem hilir sungai Cirasea.

Logam berat yang terakumulasi dalam konsentrasi yang besar di lingkungan dapat menimbulkan dampak yang buruk bagi kesehatan manusia dan ekosistem. Misalnya pajanan  tembaga (Cu) pada manusia dapat menyebabkan iritasi pada lapisan mukosa, gangguan pada sistem saraf pusat, dan kerusakan  pada hati dan ginjal. Selain dampak kesehatan, kontaminasi ini juga berdampak pada kerusakan ekosistem sungai. Oleh karena itu, penting bagi pihak terkait, baik pemerintah, masyarakat, maupun sektor industri, untuk lebih peduli terhadap pentingnya pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan. Beberapa Langkah dapat dilakukan untuk menanggulangi pencemaran logam berat di Sungai Cirasea diantaranya 1) pemantauan kualitas air secara berkala untuk mendeteksi tingkat pencemaran dan merencanakan intervensi yang tepat, 2) upaya untuk mengurangi pencemaran dari sektor pertanian dan industri harus diperkuat dengan kebijakan yang lebih ketat dan penggunaan teknologi yang ramah lingkungan, 3) penelitian lebih lanjut tentang dampak jangka panjang pencemaran logam berat pada masyarakat yang bergantung pada sumber air tanah harus segera dilakukan untuk mendapatkan solusi yang tepat.

Penulis: Ratna Dwi Puji Astuti

Link: https://scholar.unair.ac.id/en/publications/heavy-metal-identification-in-water-resources-and-the-surrounding

Baca juga: Distribusi Spasial dan Penilaian Pencemaran Logam di Pantai