Universitas Airlangga Official Website

Minyak Cengkih sebagai Minyak Atsiri untuk Kesehatan

minyak cengkih
Ilustrasi minyak cengkih (sumber: alodokter)

Industri wewangian dan aroma, yang memiliki nilai pasar tahunan sebesar $18 miliar, telah mengalami tingkat pertumbuhan tahunan yang konsisten sebesar 10% dalam perdagangan minyak atsiri internasional. Khususnya, sebagian besar senyawa integral dalam formulasi pewangi dan perasa secara tradisional disintesis dari turunan minyak bumi. Proses katalitik yang digunakan dalam sintesis ini seringkali memerlukan penggunaan logam, sehingga memerlukan tinjauan yang kritis terhadap sumber alternatif yang lebih berkelanjutan. Lanskap industri ini membuka peluang terjadinya perubahan paradigma menuju pemanfaatan sumber-sumber alami. Terutama minyak atsiri, guna memenuhi meningkatnya permintaan akan senyawa pewangi dan perasa yang ramah lingkungan. Pencarian alternatif yang berkelanjutan dalam industri wewangian dan aroma bukan sekedar tren namun merupakan gerakan transformatif yang berimplikasi pada pelestarian lingkungan, kualitas produk, dan preferensi konsumen.

Minyak atsiri, yang dicirikan oleh komposisi kompleks zat lipofilik yang mudah menguap, memegang peranan penting dalam industri wewangian dan aroma. Di luar perannya dalam industri ini, minyak atsiri juga dapat diaplikasikan di sektor makanan dan farmasi, karena sifat terapeutik, antimikroba, dan antioksidannya. Khususnya, aktivitas biologis minyak atsiri yang mencakup aplikasinya sebagai herbisida, pestisida, dan antikanker.

Cengkih (Syzygium aromaticum L.), yang termasuk dalam famili Myrtaceae, sangat terkenal karena kandungan minyak atsirinya yang tinggi. Minyak atsiri cengkih kaya akan senyawa fenolik, menunjukkan segudang aktivitas biologis, termasuk sifat antibakteri, antijamur, insektisida, dan antioksidan. Hal ini menyebabkan minyak atsiri cengkih dapat diaplikasikan dalam parfum, kosmetik, produk sanitasi, obat-obatan, dan makanan. Cengkih, tanaman aromatik dari keluarga Myrtaceae, memiliki kadar eugenol yang tinggi. Minyak atsiri yang diekstraksi dari pucuk dan daun cengkih memiliki khasiat medis yang signifikan, termasuk adanya aktivitas antibakteri, antijamur, antioksidan, dan antivirus yang kuat. Selain itu, minyak atsiri cengkih berfungsi sebagai analgesik alami yang banyak digunakan dalam kedokteran gigi.

Kelimpahan senyawa bioaktif, khususnya eugenol, dalam minyak atsiri cengkih memberikan beragam manfaat terapeutik. Eksplorasi selanjutnya menggali proses ekstraksi senyawa berharga ini, beralih dari metode konvensional, seperti distilasi uap, ke proses ekstraksi yang ramah lingkungan. Metode ekstraksi yang ramah lingkungan selaras dengan tren keberlanjutan global yang berupaya meminimalkan dampak terhadap lingkungan melalui teknik seperti ekstraksi dengan bantuan gelombang mikro dan ekstraksi dengan bantuan gelombang ultrasonik. Pendekatan ramah lingkungan ini menawarkan keuntungan seperti pengurangan penggunaan pelarut, waktu ekstraksi yang lebih singkat, dan potensi hasil senyawa bioaktif yang lebih tinggi.

Analisis bibliometrik merupakan salah satu metode yang ampuh untuk menilai dan memvisualisasikan produktivitas dan dampak ilmiah yang dapat diterapkan untuk membedah banyak literatur tentang ekstraksi minyak cengkih. Dengan meneliti tren publikasi, penulis produktif, jurnal yang berpengaruh, dan tema penelitian yang muncul, tinjauan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang berbeda tentang evolusi dalam bidang ini. Distribusi geografis hasil penelitian, kolaborasi penting, dan identifikasi dokumen penting berkontribusi pada penggambaran lanskap penelitian global dalam ekstraksi minyak cengkih.

Tinjauan ini menggali elemen-elemen penting yang membentuk wacana tersebut, tidak hanya menekankan lintasan sejarah penelitian ekstraksi minyak cengkih. Tetapi juga penekanan kontemporer pada metode ekstraksi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Melalui lensa analisis bibliometrik, penulis berupaya mengungkap pola, aliran pengetahuan, dan dinamika yang mendorong penelitian di bidang ini. Pada akhirnya, tinjauan ini bertujuan untuk menjadi sumber daya berharga bagi para peneliti, praktisi, dan pembuat kebijakan yang tertarik dengan kemajuan dan arah ekstraksi minyak cengkih di masa depan.

Berdasarkan analisis tersebut terungkap bahwa minat ilmiah terhadap bidang ini dimulai pada tahun 1956 dan mengalami lonjakan besar pasca tahun 2015, dengan Tiongkok, India, Indonesia, dan Amerika Serikat muncul sebagai kontributor penting dalam penelitian terkait. Khususnya, kata kunci seperti “Ekstraksi”, “Analisis”, “Minyak atsiri”, “Ekstrak”, “Aktivitas”, “Aktivitas Antioksidan”, dan “Pelarut”

mendominasi publikasi ilmiah dan menjelaskan area fokus utama. Adanya ketergantungan pada data Scopus menimbulkan keterbatasan yang berdampak pada hasil penyelidikan yang dilaporkan oleh penulis. Menyadari sifat dinamis dari pertumbuhan penelitian tentang ekstraksi minyak cengkih, tinjauan sistematis menjadi penting untuk pemahaman yang komprehensif tentang teknologi ramah lingkungan yang ada. Selain itu, upaya penelitian di masa depan harus menggali eksplorasi manfaat dan tantangan yang terkait dengan penerapan teknologi ramah lingkungan untuk proses kesehatan dan kesejahteraan.

Link jurnal: https://doi.org/10.1080/0972060X.2024.2325099

https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/0972060X.2024.2325099