UNAIR NEWS – Sekolah Perempuan Nusantara menjadi wadah pemberdayaan perempuan untuk membangun kesetaraan dan keadilan gender. Pendidikan tersebut bertujuan melahirkan kepemimpinan perempuan dari kalangan akar rumput. Tujuan pemberdayaan perempuan adalah memperkuat kedudukan perempuan marginal di desa-desa.
“Sekolah Perempuan Nusantara adalah sebuah model pemberdayaan melalui pendidikan kritis atau pendidikan alternatif dalam hal ini, karena berada di luar sekolah formal,” jelas Misiyah, Direktur Institut Lingkaran Pendidikan Alternatif (KAPAL) Perempuan, dalam kuliah tamu Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga (UNAIR), pada Kamis (9/3/2023). Kuliah tersebut mengusung judul “Aplikasi Keadilan dan Kesetaraan Gender dalam Pemberdayaan Perempuan: Pembelajaran dari Sekolah Perempuan Nusantara”.
Implementasi Keadilan dan Kesetaraan Gender
Penerima Soetandyo Award 2018 itu menyampaikan bahwa ada empat hal yang menjadi fokus dari Sekolah Perempuan Nusantara. Hal tersebut adalah budaya, komitmen, perubahan politik, dan integratif.
“Budaya itu berarti melakukan perubahan norma-norma dari cara hidup yang bias gender, menjadi cara hidup yang berkesetaraan gender,” ungkapnya.
Misiyah menilai masih ada keraguan untuk mengubah cara pandang budaya. Pada umumnya, perempuan akar rumput mendapat stigma tidak mau melakukan hal berat. Tapi, pada proses lapangan, keberanian dan komitmen kesetaraan serta keadilan gender bisa mengubah stigma tersebut.
“Perempuan perlu memiliki kemampuan analisis dalam menghadapi masalah sosial dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, dan bernegara. Kemampuan ini penting supaya perempuan mampu mengenali dan mencari jalan keluar dari problem-problemnya. Masalah sosial juga berarti masalah yang berkaitan dengan isu gender. Dari kemampuan analisis itu, nantinya menghasilkan komitmen dalam kesetaraan dan keadilan gender,” jelasnya.
Direktur KAPAL Perempuan itu menegaskan bahwa komitmen menghasilkan kepemimpinan perempuan yang mampu melakukan perubahan. Dalam perubahan secara politik, kepemimpinan perempuan bisa mendorong gerakan kolektif untuk membuat keputusan di ranah publik maupun privat.
“Upaya penting selanjutnya adalah mengintegrasikan aksi yang dianggap strategis dalam kebutuhan sehari-hari,” ujarnya.

Berkembang Selama 20 Tahun
Institut KAPAL Perempuan mengembangkan Sekolah Perempuan Nusantara pada tahun 2003. Awalnya sekolah tersebut berfokus di wilayah miskin Jakarta dan Pulau Nain, Sulawesi Utara. Pada tahun 2013-2020, KAPAL Perempuan mengembangkan sekolah lewat program Maju Perempuan Indonesia untuk Penanggulangan Kemiskinan (MAMPU).
“Ada masa program ini (Sekolah Perempuan Nusantara, Red) direplikasi. Seperti yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Lombok Utara, Lombok Timur, Gresik, Kupang, dan sebagainya. Di tingkat nasional juga direplikasi oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Awalnya sekolah perempuan di Waropen menginspirasi kementerian tersebut dan menjadi rujukan pengembangan program desa ramah perempuan dan peduli anak. Kemudian berkembang lagi dalam program inklusi di sembilan provinsi,” pungkas Direktur KAPAL Perempuan itu.
Penulis: Muhammad Naufal Rabbani
Editor: Feri Fenoria