Kanker ginjal terjadi pada 3% dari semua keganasan dewasa dengan 100.000 kematian setiap tahun, dan sekitar 80-85% dari total kasus kanker ginjal merupakan Renal Cell Carcinoma (RCC) atau karsinoma sel renal. Pilihan terapi utama pada RCC yang terlokalisasi adalah nefrektomi. Terdapat 2 macam nefrektomi yang dapat dilakukan, yaitu radikal dan parsial. Keduanya memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing, walaupun pada dekade terakhir nefrektomi parsial lebih direkomendasikan karena penurunan GFR yang minimal dibanding nefrektomi radikal. Penderita yang mempunyai beberapa kondisi dengan resiko onkologis yang tinggi, akan sulit melakukan nefrektomi radikal sebagai pilihan terapi utama. Masalah-masalah tadi membuat pertimbangan untuk memilih metode nefrektomi pada pasien RCC.
Penurunan GFR setelah prosedur nefrektomi bervariasi, namun tingkat penurunan selalu konsisten dengan jumlah massa ginjal yang diambil. Hal ini menjadi dasar dalam pemilihan metode nefrektomi karena nilai dasarbaru GFR atau new baseline (NBGFR) pasca operasi pada prosedur nefrektomi parsial akan lebih tinggi daripada nefrektomi radikal. Ambang batas NBGFRdiatas 45 ml/min/1.73 m2 digunakansebagai syarat minimal untuk merekomendasikan nefrektomi radikal sebagai pilihan terapi. Adapun syarat lain seperti kompleksitas tumor yang tinggi, tidak ada riwayat penyakit ginjal kronis, dan ginjal unilateral yang masih sehat juga menjadi pertimbangan.
Terdapat beberapa metode yang telah diteliti dan digunakan untuk menentukan nilai NBGFR. Berbagai macam faktor seperti usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh, GFR, komorbiditas bawaan, dan volume parenkim pra operasi merupakan variabel yang dapat digunakan dalam perhitungan NBGFR. Hasil yang didapatkan secara umum cukup memuaskan, bahkan pada penelitian terakhir telah didapatkan formula dengan koefisien korelasi mencapai 0.82. Formula tersebut yaitu: 35 + GFR pra operasi (× 0.65) – 18 (jika nefrektomi radikal) – usia (× 0.25) + 3 (jika ukuran tumor >7 cm) – 2 (jika diabetes).
Prediksi NBGFR lebih sulit pada nefrektomi radikal dibanding nefrektomi parsial, karena berkaitan dengan GFR pra operasi yang selalu memiliki signifikansi tinggi pada berbagai formula. Nefrektomi parsial hanya menurunkan GFR dalam jumlah minimal, sekitar 10-11%. Semakin besar penurunan GFR seperti yang terjadi pada nefrektomi radikal, maka semakin besar pula penyimpangan pada hasil perhitungan. Hal ini dibuktikan pada salah satu penelitian dengan variabel termasuk usia, GFR pra operasi, diabetes, proteinuria, dan ukuran tumor. Didapatkan koefisien korelasi untuk nefrektomi parsial 0.41 dan untuk nefrektomi radikal 0.62, perbedaan yang sangat siginfikan diantara keduanya. Solusi dari masalah ini adalah penggunaan alat ukur dengan obyektivitas lebih tinggi yaitu dengan mengurangi keterlibatan manusia.
Split renal function (SRF) adalah salah satu parameter yang didapatkan dengan bantuan komputer dan perangkat lunak. SRF diaplikasikan pada rumus sederhana yaitu, NBGFR = 1.24 × GFR pra operasi × SRF kontralateral. Rumus ini memiliki koefisien korelasi yang lebih tinggi secara signifikan dibanding beberapa formula non SRF lain, yang diketahui setelah diuji pada kohort pasien yang sama.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis metode-metode yang digunakan dalam prediksi NBGFR pada pasien yang akan menjalani prosedur nefrektomi. Penentuan NBGFR yang lebih tepat dapat memberikan pasien prosedur nefrektomi yang lebih optimal, baik itu nefrektomi parsial maupun radikal. Metode tinjauan literatur dengan pencarian dari 4 database jurnal yaitu Pubmed, ScienceDirect, Web of Science, dan Wiley Online Library. Studi yang dipilih harus memenuhi beberapa kriteria seperti membahas RCC yang diterapi dengan nefrektomi dan menunjukkan performa statistik dari formula prediksi NBGFR. Tinjauan literatur ini menghasilkan beberapa formula memberikan hasil prediksi yang memuaskan, namun perhitungan untuk nefrektomi radikal memiliki koefisien korelasi yang lebih rendah dibanding nefrektomi parsial. Penggunaan parameter yang dihasilkan dari bantuan perangkat lunak komputer dapat menjadi solusi dari masalah ini, sekaligus menunjukkan jika analisis medis di masa depan akan lebih meningkatkan aplikasi dari algoritme komputer dan kecerdasan buatan.
Penulis: Muhamad Abi Salman Aziz, Achmad Fayyad Mas`udi, Anny Setijo Rahaju, Linda Dewanti
Judul artikel: New Baseline Glomerular Filtration Rate Estimation As A Guidance For Nephrectomy Strategy In Localized Renal Cell Carcinoma
Link artikel: https://juri.urologi.or.id/juri/article/view/843