Universitas Airlangga Official Website

Optimalisasi Pelatihan Komunikasi Interpersonal pada Kader TBC

Ilustrasi penderita TBC. (Sumber: alodokter)

Organisasi Kesehatan Dunia, World Health Organization (WHO) hingga saat ini menjelaskan bahwa secara global masih menghadapi tuberkulosis (TB) sebagai penyakit menular pembunuh terbesar di dunia. Pada tahun 2021, Pasifik Barat diperkirakan mengalami 1,9 juta kasus TBC dan 126.900 kematian(WHO, 2022). Upaya penyelesaian permasalahan ini memerlukan kerjasama lintas lembaga dalam upaya penanggulangan penularan TBC dari hulu hingga hilir dengan pelibatan masyarakat dan teknik komunikasi yang dua arah guna penyampaian informasi yang lebih efektif serta menciptakan ruang komunikasi yang nyaman bagi masyarakat. Namun, tetap dengan informasi yang tepat dan benar seputar tuberkulosis dan pencegahan serta pengobatan.  Yayasan Bhanu Yasa Sejahtera (YABHYSA) sebagai lembaga non-profit atau lembaga swadaya masyarakat memiliki program kerja dalam upaya peningkatan soft skill kader TBC yakni lewat pertemuan koordinasi program TB Komunitas sekali setiap tahun sebagai strategi penguatan komunikasi kader TBC dalam penemuan kasus dan pendampingan. Adapun tujuan dari kegiatan ini yaitu: (1) peningkatan peran kader dalam ACF X-Ray; (2) meningkatkan pengetahuan para kader seputar strategi komunikasi; (3) meningkatkan skill komunikasi kader dalam melakukan penemuan kasus dan pendampingan; dan (4) meningkatkan target capaian penemuan kasus TB di Kabupaten Banyuwangi. 

Kader TBC sebagai salah satu bagian dari masyarakat memiliki ciri berbasis lokal dengan pendekatan komunal sehingga dapat saling memiliki dan memahami antar anggota masyarakat, bersifat saling keterbukaan dan interaksi sepanjang aktivitas kehidupan sosial. Kader kesehatan hingga saat ini merupakan ujung tombak penggerak kesehatan masyarakat di tingkat rumah tangga. Sehingga perlu mendapatkan pelatihan guna meningkatkan kapasitas, kompetensi, keterampilan, serta motivasi guna mendukung masyarakat sehat dan mandiri.

Saat ini telah banyak studi yang menguraikan peran kader TB. Sebagai contoh berdasarkan studi, menunjukan bahwa kader berperan penting dalam menemukan kasus TB di Kabupaten Serdang. Kader TB juga berperan aktif dalam peningkatan pemahaman serta sikap tentang penyebaran informasi mengenai TB. Dalam hal ini perlu ada penguatan-penguatan mengenai teknik komunikasi kader agar lebih efektif dalam penyampaian informasi kepada masyarakat karena materi kesehatan yang kader sampaikan berpotensi menimbulkan persepsi masyarakat yang berbeda-beda dan tentunya menghindari penolakan dari masyarakat. Oleh karena itu, guna mendukung program kesehatan yang komprehensif memerlukan peningkatan keterampilan para kader dalam mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan. 

Keterampilan berkomunikasi merupakan bagian dari soft skill, soft skill sendiri dapat meningkat dengan salah satu cara yaitu dengan pelatihan. Pelatihan teknik komunikasi harapanya akan meningkatkan kemampuan kader tuberkulosis dalam memberikan edukasi kepada masyarakat. Komunikasi menjadi bagian yang sangat penting, baik sektor internal maupun eksternal. Kehidupan sehari-hari komunikasi menjadi indikator yang memengaruhi baik atau buruknya kinerja seseorang. Selain itu, komunikasi juga merupakan proses pengalihan ide dari sumber kepada penerima yang bertujuan untuk mengubah tingkah laku.  

Pada tahap ini sebelum penyampaian materi terkait komunikasi efektif dan strategi komunikasi. Peserta mendapat soal pre-test sebagai alat ukur untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden sebelum memperoleh intervensi dan post-test setelah intervensi. Penyampaian materi menggunakan metode ceramah dan media berupa power point. Adapun informasi kesehatan yang perlu tersampaikan yaitu: definisi komunikasi efektif, makna komunikasi efektif, tujuan komunikasi efektif, fungsi komunikasi efektif, prinsip komunikasi efektif, dan hasil komunikasi efektif.

Pada sesi ini akan menggunakan waktu 30 menit mengenai komunikasi efektif dan strategi dalam komunikasi. Peserta juga akan diberikan gambaran mengenai kendala-kendala yang terjadi di masyarakat yang dilihat dari karakteristik masyarakat. Pada teknik komunikasi keluarga dan masyarakat, peserta pelatihan harus mampu mengidentifikasi awal karakteristik masyarakat yang akan mereka dampingan. 

Pada sesi ini narasumber dan peserta melakukan interaksi dua arah dengan memberikan pertanyaan kepada narasumber dan akan mendapat feedback berupa tanggapan, jawaban, dan solusi. Pelaksanaan diskusi ini berjalan selama 15 menit. Antusias peserta terlihat saat menyampaikan pertanyaan kepada narasumber. Pada sesi ini terdapat empat peserta yang bertanya terkait strategi, konsep komunikasi efektif, cara mengetahui karakteristik masyarakat, dan bercerita terkait kendala yang mereka hadapi.

Tahap FGD berjalan selama 20 menit dengan membagi peserta menjadi tiga kelompok. Setiap kelompok terdapat tim fasilitator yang akan memandu kegiatan FGD. Kegiatan FGD ini berfokus untuk membahas terkait kendala yang terjadi di masyarakat dan solusi yang akan mereka terapkan selanjutnya. Pada kegiatan FGD ini, peserta memperoleh kesempatan untuk saling berbagi pengalaman untuk memberikan gambaran kepada peserta lain apabila mengalami kendala yang sama. Pada komponen tahapan Focus Group Discussion (FGD) pada tiga kelompok diskusi didapatkan hasil yang positif. 

Pada tahap ini, setiap kelompok dipilih empat peserta pelatihan untuk melakukan roleplay sederhana dan singkat mengenai teknik komunikasi efektif pada keluarga atau masyarakat. Pada tahap ini peserta ada yang berperan menjadi pasien TB, Kader TB, pihak keluarga, dan tokoh masyarakat. Sedangkan masyarakat yang lain sebagai pengamat dan memberikan penilaian. 

Adapun hasil evaluasi dalam proses penyampaian materi mengenai komunikasi efektif menunjukkan rata-rata hasil pengetahuan dan skill peserta kader TB tentang komunikasi efektif sebelum dan sesudah mendapat intervensi mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kader TB telah mengalami peningkatan pengetahuan dan skill terkait komunikasi efektif. Mereka mampu melakukan komunikasi efektif selama proses sosialisasi maupun pendampingan pada pasien dan keluarganya. Peningkatan kemampuan ini nantinya akan mampu menjadi tools dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat sadar TB. Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu upaya yang dapat meningkatkan kapasitas seseorang atau sekelompok orang yang meliputi pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan yang bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat guna mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. 

Penulis: Jayanti Dian Eka Sari

Catatan Informasi detail riset ini terdapat pada tulisan di:

https://e-journal.unair.ac.id/PROMKES/article/view/53255

Optimization of Interpersonal Communication Training for Effective Communication in TBCC Cares in the Banyuwangi

Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health Education Vol. 12 Issue 1 SP, January 2024, 110-114 doi: 10.20473/jpk.V12.I1SP.2024.110-114

BACA JUGA: Hubungan Aktivitas Fisik dengan Risiko Penyakit Kardiovaskular