Banyak sekali orang sering mengabaikan pentingnya untuk minum air yang cukup terutama bagi yang memiliki aktivitas kategori berat dan diluar ruangan. Hal ini biasa berhubungan dengan kebiasaan yang memang belum dibentuk dengan baik dan kurangnya pengetahuan orang terkait gejala awal saat mengalami dehidrasi atau kekurangan cairan dalam tubuh. Beberapa orang yang mengalami dehidrasi justru tidak menyadari karena minimnya keluhan, namun dehidrasi ini apabila tidak segera ditangani dengan baik juga dapat mengakibatkan masalah kesehatan yang serius. Selain itu dampak dari dehidrasi adalah hilangnya fokus pada orang dan hal tersebut akan sangat berbahaya bagi para pekerja. Sebab saat kehilangan fokus pekerja juga akan lebih berpotensi mengalami human error yang bisa berakibat mengalami kecelakaan kerja.
Dehidrasi bisa disebebkan faktor internal yaitu karena kurang konsumsi air harian, namun selain itu juga bisa disebabkan akibat faktor eksternal (lingkungan yang panas). Orang yang bekerja dilingkungan yang panas akan lebih mudah mengeluarkan keringat sebagai bentuk pertahanan tubuh untuk menyeimbangkan suhu pada badan, dan cairan yang banyak keluar apabila tidak diimbangi dengan supply cairan yang cukup juga kedalam tubuh juga akan membuat orang tersebut mengalami dehidrasi.
Penelitian kami kali ini yang bertema tentang dehidrasi berlokasi di salah sau perusahaan yang bergerak dibidang perakitan dan perawatan kapal dimana hamper semua aktivitas pekerjaan dilakukan dilingkungan outdoor dan berdasarkan hasil observasi, perusahaan juga kurang memfasilitasi air minum karena air minum hanya diletakkan ditempat-tempat tertentu. Sehingga membuat para pekerja cenderung malam untuk mengambil air minum dan menahan rasa haus yang mereka rasakan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, jika dilihat dari kategori usia, Sebagian besar pekerja mengalami dehidrasi dengan status minimal dehydration namun ada juga yang mengalami hingga tingkat significant dehydration. Tingkat dehidrasi ini tidak memandang faktor usia karena lebih kepada kebiasaan dari masing-masing individu yang memang harus dilatih. Kemudian jika berdasarkan kebiasaan minum air, pekerja yang masuk kategori kurang meiliki kebiasaan air minum menunjukkan cukup banyak yang mengalami dehidrasi dengan tingkat significant dehydration. Dehidrasi dari akibat kurangnya konsumsi air minum dapat berdampak pada gangguan kesehatan pekerja apabila tanpa adanya penanganan yang tepat. Apabila pekerja mengalami dehidrasi parah dapat mengganggu kinerja fisik dan mental yang dapat menyebabkan potensi resiko kesehatan bagi pekerja, terutama pada saat bekerja namun dapat juga dirasakan setelah bekerja. Selain itu dehidrasi pada pekerja dapat mengakibatkan penurunan kemampuan kognitif seperti penurunan konsentrasi, dan daya ingat sesaat, mempengaruhi suasana hati, dan semangat kerja, serta menurunkan kapasitas kerja fisik akibat kelelahan, lemas, atau pusing dan akan berdampak pada produktivitas kerja.
Beralih ke dehidrasi yang dilihat berdasarkan keluhan terhadap lingkungan yang panas, Sebagian besar orang mengaku tidak terganggu dengan lingkungan yang panas dan justru yang merasa tidak terganggu berdasarkan pengukuran berat jenis urin banyak yang engalami dehidrasi baik minimal dehydration maupun significant dehydration. Bagaimana bisa mereka merasa tidak panas namun sebenarnya mengalami dehidrasi? Padahal berdasarkan pengukuran iklim kerja panas yang juga telah kami lakukan menunjukkan hasil diatas nilai ambang batas (NAB) yang seharusnya diperkenankan berdasarkan Peraturan Mentri Ketenagakerjaan no.5 Tahun 2018 tentang Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja maka diperoleh nilai ambang batas (NAB) iklim kerja ISBB yang diperkenankan adalah 28oC. Sedangkan pada hasil pengukuran iklim kerja ISBB dari 7 titik lokasi pengukuran menunjukkan angka 28,7oC; 29oC; 29,6oC; dan 29,7oC maka apabila dibandingkan dengan NAB diperoleh lebih dari 28oC sehingga melebihi batas yang telah diperkenankan, dan pada iklim kerja yang panas dapat menimbulkan berbagai dampak pada pekerja salah satunya adalah haus yang akan berdampak pada dehidrasi.
Hal tersebut bisa juga terjadi karena tubuh pekerja telah mengalami aklimatisasi sehingga sudah terbiasa dengan rasa panas dan tentu itu tidak baik karena ambang kepekaan mereka terhadap banaya semakin rendah sehingga mereka semakin kesulitan untuk mengenali masalah-masalah kesehatan yang sebenarnya terjadi pada tubuh pekerja. Meskipun telah adanya aklimatisasi pada pekerjaan di iklim kerja panas apabila tidak dilakukan pengendalian maka akan memiliki dampak pada kesehatan pekerja seperti heat edema, heat rash, heat cramps, heat syncope, heat exhaustion, heat stroke, multigrain dysfunction syndrome continuum.
Oleh sebab itu sangat penting dilakukan edukasi terkait pengenalan terhadap gejala dehidrasi dan pentingnya mengonsumi air minum sesuai dengan kebutuhan harian. Selain itu pemberi kerja juga harus lebih berkomitmen untuk memfasilitasi air minum dibeberapa titik kerja sehingga memudahkan pekerja untuk mengimplementasikan edukasi yang telah diberikan.
Judul Artikel: Relationship Between Drinking Habits and Perceptions of Work Climate Dehydration Incidence in Shipping Companies’ Workers
Link Jurnal: https://e-journal.unair.ac.id/IJPH/article/view/22863/pdf