Universitas Airlangga Official Website

Pemanfaatan Teknologi Kecerdasan Buatan di Bidang Radiologi Kedokteran Gigi

Foto by DokterSehat

Dalam beberapa tahun terakhir, pengembangan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) berkembang pesat dan bermunculan di berbagai bidang industri. Bahkan tanpa kita sadari, kita telah memanfaatkan teknologi AI dalam kehidupan kita, antara lain mesin pencari online, asisten virtual, aplikasi navigasi map, dan berbagai teknologi lainnya. Pemanfaatan teknologi tersebut dapat membantu meningkatkan kualitas hidup kita karena mempermudah kita dalam melakukan sesuatu. Teknologi AI didefinisikan sebagai kemampuan suatu algoritma atau model untuk meniru kecerdasan dan perilaku manusia untuk melakukan tugas-tugas tertentu.

Di bidang kedokteran, salah satu pengembangan teknologi AI bertujuan untuk membantu dokter mendiagnosis dan mendeteksi penyakit, menganalisis citra medis, dan menganalisis hasil pengobatan. Teknologi AI dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan perawatan pasien melalui alat bantu diagnostik yang lebih baik dan mengurangi kesalahan dalam praktik sehari-hari. Salah satu pemanfaatan di bidang medis yaitu di bidang Radiologi Kedokteran Gigi (RKG). Hal ini tidak terlepas dari pentingnya peran suatu radiografi gigi dan jaringan sekitarnya untuk membantu menegakkan diagnosis, menentukan rencana perawatan, dan evaluasi hasil perawatan. Oleh karena itu, pemeriksaan dan pembuatan radiografi di bidang kedokteran gigi, yaitu radiografi intraoral, panoramik, sefalogram , dan computed tomography, sangat umum digunakan dalam praktik sehari-hari dan mejadi suatu prosedur standar dalam perawatan di bidang kedokteran gigi. Dengan demikian, kumpulan data dalam jumlah besar ini menawarkan sumber daya yang sangat kaya untuk kepentingan penelitian ilmiah dan medis, terutama untuk pengembangan AI. Dengan alasan tersebut, banyak peneliti tertarik untuk mengembangkan aplikasinya untuk berbagai tujuan.

Radiografi digital telah sangat meningkatkan perkembangan AI di bidang medis dan gigi, karena gambar radiografi yang dihasilkan oleh iradiasi sinar-x dikodekan secara digital dan dapat dengan mudah diterjemahkan ke dalam bahasa komputasi. Dalam praktik di bidang radiologi, ahli radiologi menilai dan menafsirkan temuan secara visual sesuai dengan fitur gambar; namun, penilaian ini terkadang subjektif dan memakan waktu. Sebaliknya, teknologi AI memungkinkan pengenalan otomatis pola kompleks dalam data pencitraan dan menyediakan analisis secara kuantitatif. Model AI diharapkan dapat digunakan sebagai alat yang efektif untuk membantu dokter melakukan penilaian radiograf yang lebih akurat, sehingga dapat berkontribusi pada perencanaan perawatan gigi yang dipersonalisasi dengan menganalisis data klinis untuk meningkatkan pengambilan keputusan perawatan dan mencapai hasil perawatan yang optimal.

Teknologi AI dapat meningkatkan deteksi suatu kelainan pada gigi dan jaringan pendukungnya, seperti gigi berlubang, infeksi periapikal, kelainan jaringan penyangga, yang terkadang tidak diketahui oleh mata manusia pada radiografi karena noise pada citra dan/atau kontras yang rendah. Sistem AI dapat dimanaatkan sebagai sistem yang dapat membantu mendeteksi dan membedakan jenis lesi ini pada radiografi yang umumnya tergantung pada pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman individu. Selain itu, teknologi AI dapat digunakan untuk mengidentifikasi atau mendiagnosis tumor dan/atau kista dari citra radiografi.

Selain untuk mendeteksi suatu kelainan, berbagai perangkat lunak dengan teknologi AI telah digunakan untuk penanda anatomi sefalometrik otomatis.  Hal ini sangat signifikan dalam membantu seorang dokter gigi karena identifikasi manual umumnya membutuhkan waktu lama, sehingga dapat mengurangi beban klinisi dan menghemat waktu. Analisis citra sefalometri biasanya digunakan di klinik gigi untuk mengevaluasi anatomi kerangka tengkorak manusia untuk perencanaan perawatan dan mengevaluasi hasil perawatan.

Teknologi AI juga dapat digunakan untuk mendeteksi osteoporosis berdasarkan kondisi kepadatan mineral tulang yang rendah. Hal ini tidak terlepas dari banyakanya hasil penelitian radiomorfometrik yang menunjukkan potensi radiografi panoramik untuk mendeteksi osteoporosis. Radiografi panoramik akan sangat berguna untuk skrining awal osteoporosis jika teknologi AI dapat diterapkan dan dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk perawatan gigi lainnya.

Berdasarkan uraian di atas, penerapan AI di bidang RKG telah menunjukkan potensi besar untuk berbagai tujuan dan dapat berperan penting dalam membantu dokter dalam proses pengambilan keputusan. Namun, pengembangan sistem AI di bidang RKG masih menemui beberapa tantangan sehingan perkembangan AI saat ini belum cukup matang dan masih membutuhkan pengembangan secara substansial sebelum dapat diterapkan dalam rutinitas klinis. Penelitian AI di masa depan di bidang RKG harus melibatkan peneliti secara multidisiplin untuk meningkatkan dampak pengembangan AI secara global. Penerapan AI di bidang RKG diharapkan dapat merevolusi sistem perawatan kesehatan gigi dengan menyediakan sistem perawatan gigi yang lebih baik dengan biaya lebih rendah, sehingga dapat bermanfaat bagi pasien, penyedia layanan, dan masyarakat luas.

Penulis: Ramadhan Hardani Putra

Informasi detail dapat diakses pada tautan berikut :

https://www.birpublications.org/doi/abs/10.1259/dmfr.20210197