Universitas Airlangga Official Website

Pemeriksaan Tomografi Terkomputasi untuk Menilai Pneumatisasi Sinus Sfenoid dan Sella Turcica

Sella Turcica
Ilustrasi Sella Turcica (sumber: Wikipedia)

Sinus sfenoid adalah struktur yang unik dan kompleks yang terletak di bagian belakang sinus paranasal dekat dasar tengkorak dan menjadi sorotan penelitian dalam bidang anatomi. Pola Pneumatisasi dan penempatannya yang berdekatan dengan struktur neurovaskular lain menunjukkan perbedaan signifikan antar individu, menjadikannya topik menarik untuk dipelajari. Menariknya, ekspansi sinus ini berlanjut sepanjang hidup dan mencapai puncaknya setelah pubertas.

Di epifisis tulang sfenoid, kita temukan sinus sfenoid, juga dikenal sebagai rongga pneumatik, yang dilapisi oleh membran mukosa. Morfologi sinus sfenoid bervariasi dengan signifikan terkait ukuran, bentuk, jumlah septa, dan tingkat isian udara, yang dapat menyulitkan dalam aplikasi klinis dan bedah. Penelitian sebelumnya telah mengungkapkan keragaman ini.

Pendekatan endoskopik endonasal transsfenoidal (EETA) menjadi modalitas bedah yang sangat diakui untuk pengobatan adenoma hipofisis dan patologi lain di dasar tengkorak. EETA dipilih karena keamanannya dan incidensi komplikasi yang rendah, EETA melibatkan akses melalui lubang hidung dan sinus sfenoid menggunakan endoskop dan instrumen bedah khusus. Teknik ini memberikan rute langsung dan kurang invasif ke lesi target dibandingkan dengan prosedur bedah terbuka, dengan hasil positif termasuk penurunan kehilangan darah, waktu rawat inap yang lebih singkat, dan pemulihan yang cepat. EETA telah menjadi pendekatan efisien dalam operasi tumor parasellar dan intrasellar. Karakteristik morfologi sella turcica dalam EETA juga patut diperhatikan, karena ukuran, bentuk, dan pneumatization sella turcica dapat memengaruhi hasil pengobatan. Untuk perencanaan dan navigasi intraoperatif, pemahaman bentuk sella turcica krusial untuk akses bedah yang optimal. Anomali sella turcica dapat terkait dengan berbagai kondisi, memperkaya diagnosis dan terapi. Pentingnya asosiasi ini dalam EETA menyoroti signifikansinya dalam meningkatkan hasil bedah dan perawatan pasien.

Pendekatan transnasal, dibandingkan dengan kraniotomi terbuka, dianggap kurang invasif dan memiliki tingkat morbiditas dan mortalitas yang lebih rendah. EETA, terutama pada populasi pediatrik, dipilih karena lebih sedikit trauma, waktu pemulihan yang lebih singkat, dan tidak memengaruhi pertumbuhan tengkorak. Morfologi sinus sfenoid yang bervariasi antar individu, dengan ukuran, pneumatization, dan pola septasi yang berbeda, menimbulkan variasi dalam segmentasi sinus sfenoid.

Pemahaman bentuk sella turcica dan tipe pneumatization sinus sfenoid memiliki dampak terapeutik pada berbagai spesialisasi medis. Pengetahuan ini dari perspektif radiologis memudahkan interpretasi temuan citra, mengidentifikasi kelainan dan penyakit. Dalam bedah saraf, pemahaman morfologi sella turcica penting untuk perencanaan bedah, terutama untuk mencapai kelenjar pituitari, mengurangi risiko, dan meningkatkan hasil.

Adenoma hipofisis dan kondisi endokrinologis lainnya dapat terkait dengan anomali sella turcica yang dapat memungkinkan deteksi dini dan terapi. Pentingnya penelitian ini secara antropologis dan forensik melampaui bidang kedokteran, memberikan wawasan tentang evolusi manusia dan perbedaan demografis. Pengukuran sella turcica dalam ortodonsi juga memengaruhi penanganan masalah kraniofasial.

Relevansi pemahaman variasi pneumatization sinus sfenoid dan morfologi sella turcica di berbagai disiplin kedokteran gigi memberi nilai klinis pada penelitian ini. Hal ini memberikan wawasan tentang perkembangan kraniofasial dalam ortodonsi yang dapat membantu menyusun rencana perawatan yang spesifik untuk setiap individu. Perencanaan bedah untuk operasi di wajah tengah juga bermanfaat dalam bedah mulut dan maksilofasial.

Perbaikan penempatan dan desain prostesis gigi melalui prostodonsi dapat diperoleh melalui pemahaman ini. Selain itu, pengetahuan ini dapat memberikan panduan untuk pengobatan gangguan sendi temporomandibular. Interpretasi gambar yang akurat dalam radiologi gigi juga diperlancar. Keseluruhan, pemahaman ini meningkatkan terapi gigi, berkontribusi pada proses penyembuhan yang lebih baik, dan meningkatkan kesejahteraan pasien.

Beberapa penelitian sebelumnya telah menyoroti pentingnya perencanaan praoperatif dan pencitraan yang cermat untuk memastikan hasil bedah yang optimal. Struktur anatomi sinus sfenoid dan variasi anatomi tulang di wilayah ini dapat dengan jelas terlihat melalui pemeriksaan radiologis. Meskipun banyak literatur tentang sinus sfenoid dan sella turcica, hubungan antara tipe pneumatization sinus sfenoid dan sella turcica belum mendapat perhatian yang cukup. Oleh karena itu, studi ini berusaha untuk mengisi kesenjangan pengetahuan ini dengan menyelidiki potensi korelasi antara berbagai tipe pneumatization sinus sfenoid dan sella turcica.

Penulis: Prof. Dr. Dian Agustin Wahjuningrum, drg., Sp.KG. Subsp, KE(K)

Informasi lebih detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di: https://peerj.com/articles/16623/

Mehmet Emin Dogan, Sedef Kotanlı, Yasemin Yavuz, Dian Agustin Wahjuningrum and Ajinkya M. Pawar. [2023] Computed tomography-based assessment of sphenoid sinus and sella turcica pneumatization analysis: a retrospective study.