Resesi gingiva dikaitkan dengan akar yang terekspos, sering menyebabkan masalah hipersensitivitas, estetik dan kesulitan menjaga kebersihan mulut yang optimal. Selain itu, resesi gingiva juga meningkatkan risiko karies akar dan abrasi servikal. Etiologi resesi gingiva adalah multifaktorial termasuk penyakit periodontal, penuaan, abrasi sikat gigi, trauma mekanis, dan fenotipe tipis, perlekatan frenal tinggi, malposisi gigi, dan ortodontik pergerakan.gigi. Berbagai teknik telah dijelaskan sebagai perawatan resesi gingiva, yaitu Laterally positioned flap, Free Gingival Graft, the Coronally Advanced Flap (CAF), Subepithelial Connective Tissue Graft (SCTG) and guided tissue regeneration dengan membran, Enamel Matrix Derivative (EMD) ataupengaplikasian Acellular Dermal Matrix (ADM), Platelet-Rich Plasma (PRP), and Platelet-Rich Fibrin (PRF) dalam kombinasi dengan CAF. Di antara pilihan perawatan ini, CAF dan SCTG diterima sebagai standar emas. Namun, kombinasi CAF dan PRF merupakan alternatif yang baik untuk menggantikan SCTG.
PRF adalah matriks fibrin yang terdiri dari faktor pertumbuhan dan sitokin, dapat berfungsi sebagai membran resorbable yang memfasilitasi penyembuhan luka. PRF merupakan konsentrat trombosit generasi kedua yang dibuat dari darah pasien sendiri yang bebas dari antikoagulan. PRF membantu dalam penyembuhan jaringan dengan melepaskan berbagai faktor pertumbuhan. Laporan kasus ini menjelaskan penggunaan platelet rich fibrin (PRF) dalam kombinasi dengan flap reposisi koronal untuk mengobati resesi kelas I Miller.
Seorang wanita sehat berusia 51 tahun tanpa riwayat penyakit sistemik atau riawayat alergi obat datang pada tanggal 17 Februari 2019 ke klinik Periodonsia di RSGM Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia. Pemeriksaan klinis menunjukkan resesi gingiva 2 mm di fasial. Menurut klasifikasi Miller, terdapat defek resesi fasial Kelas I, 2 mm pada insisif sentral kanan atas, insisif lateral dan kaninus. Jumlah gingiva yang terkeratinisasi diukur menggunakan probe periodontal dengan mengidentifikasi mucogingival junction dan mengukur jarak dari mucogingival junction ke margin gingiva.
Perawatan periodontal non-bedah diselesaikan sebagai bagian dari perawatan fase I. Anestesi dilakukan dengan infiltrasi lokal. Akar yang terpapar diberikan tetrasiklin (50 mg/mL) selama 5 menit, karena pemberian tetrasiklin dapat meningkatkan perlekatan fibroblas ke permukaan dentin yang dirawat. Insisi sulcular pada labial dan bukal hanya dilakukan dengan microblade, dimulai dengan full thickness pada attached gingiva. Setelah itu, dilakukan partial thickness yang diperpanjang sampai kontinuitas pada mukosa terbentuk pada semua daerah resesi tanpa mengangkat papila. Untuk meningkatkan kinerja yang efektif dari prosedur plastik periodontal di area yang sulit ini, kit tunneling bedah mikro melengkung khusus digunakan.
Membran PRF (tebal 2 mm) diaplikasikan di atas dehiscence, PRF diletakkan ke papila interdental dan jaringan lunak yang berdekatan di bagian apikal dengan jahitan matras horizontal. Setiap partial thickness flap dilonggarkan dan diposisikan di atas graft untuk menutupi CEJ dan dijahit dengan jahitan matras vertikal. Tekan lembut selama 3 menit untuk meminimalkan ketebalan bekuan antara flap dengan grafted tissue dan oleskan gel asam hialuronat 0,2%.
Pasien diinstruksikan untuk menjaga kebersihan mulut dan menghindari area operasi saat menyikat gigi dan membersihkan area bedah menggunakan cotton pellet. Jahitan dilepas 2 minggu kemudian dan kontrol dilakukan pada bulan pertama dan kedua pasca operasi. Pada kunjungan 2 bulan pasca operasi, hasilnya memadai dan gingiva pulih sepenuhnya.
Kualitas vaskularisasi pada area pembedahan akan mempengaruhi prediktabilitas keberhasilan prosedur penutupan akar. Dengan menggunakan teknik tunnel atau envelope, vaskularisasi dapat dioptimalkan karena teknik ini menghilangkan kebutuhan akan insisi pelepasan vertikal. Namun, teknik bedah ini membutuhkan lebih banyak keterampilan daripada full thickness flap karena visibilitas dan aksesnya yang lebih sempit.
Dalam hal ini, dapat disimpulkan bahwa Platelet Rich Fibrin dan flap reposisi koronal merupakan teknik yang tepat untuk mengatasi resesi miller kelas I.
Penulis: Shafira Kurnia, Dewina Marsha Larasati, Steven Hananta, Vincent Laksono
Link lengkap : https://wjarr.com/sites/default/files/WJARR-2022-0547.pdf