Universitas Airlangga Official Website

Pendapatan Keluarga dan Kehadiran Ibu Hamil terhadap Resiliensi Keluarga

Dampak pandemi COVID-19 yang menyebar secara luas di masyarakat menyebabkan semakin banyak orang merasa cemas, bahkan mengalami peningkatan tingkat depresi yang signifikan akibat dari situasi yang diakibatkannya. Dukungan sosial menjadi kebutuhan dalam menurunkan kesulitan kesehatan mental. Dalam memenuhi dukungan sosial, diperlukan adanya suatu ketangguhan sistem keluarga yang dikenal sebagai resiliensi keluarga. Resiliensi keluarga merupakan istilah yang merujuk pada kemampuan keluarga untuk bertahan dan pulih dari keterpurukan, serta menghadapi berbagai tantangan yang mungkin timbul.

Resiliensi selama pandemi dapat mengurangi kekhawatiran terkait kecemasan dan depresi. Besarnya resiliensi keluarga ditentukan oleh banyak faktor kerentanan. Pendapatan keluarga terbukti berhubungan dengan resiliensi keluarga. Keluarga dengan pendapatan keluarga di bawah upah minimum regional berpeluang 2.46 kali memiliki resiliensi keluarga yang rendah dibandingkan keluarga dengan pendapatan di atas upah minimum regional. Terdapat korelasi negatif yang kuat antara tekanan ekonomi dan tingkat resiliensi keluarga, hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tekanan ekonomi yang dihadapi, semakin rendah tingkat resiliensi keluarga yang dapat dipertahankan. Dengan pendapatan keluarga yang stabil dan memadai, keluarga bisa memenuhi kebutuhan pada situasi tidak stabil selama pandemi COVID-19, sehingga bisa mempertahankan resiliensi keluarga.

Keberadaan ibu hamil turut terbukti berhubungan dengan resiliensi keluarga. keluarga yang terdapat ibu hamil berpeluang sebesar 5.40 kali memiliki resiliensi keluarga yang rendah dibandingkan dengan keluarga dengan tidak ada ibu hamil. Keluarga dengan adanya ibu hamil terjadi peningkatan kekhawatiran yang meliputi kekhawatiran tentang kehamilan dan perawatan bayi. Beban pengasuhan menambah konsekuensi yang berdampak pada resiliensi keluarga. Pada keluarga dengan adanya ibu hamil menimbulkan kepekaan terhadap stressor akibat dari ketidakstabilan ekonomi, kesehatan mental yang buruk, dan ketidakadilan sosial akibat dari pandemi Covid-19 yang berdampak pada resiliensi keluarga.

Bentuk resiliensi keluarga yang tinggi ketika anggota keluarga menghabiskan lebih banyak waktu bersama, saling mendukung, dan menghadapi kesulitan bersama. Dengan adanya ibu hamil diperlukan kesehatan mental pasangan, ketersediaan jejaring sosial, serta kebersamaan keluarga dan teman yang berkontribusi pada resiliensi ibu hamil dan pengurangan stress emosional yang berdampak pada peningkatan resiliensi keluarga.

Upaya perlu dilakukan untuk meningkatkan resiliensi keluarga yang tinggi terhadap pandemi COVID-19. Dukungan sosial, ekonomi, dan kesehatan yang lebih intensif dapat membantu keluarga-keluarga ini menghadapi tantangan yang dihadirkan oleh pandemi dengan lebih baik.

Hasil penelitian ini telah dipublikasikan pada Jurnal Al-Sihah : Public Health Science Journal yang terakreditasi Sinta 2. Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan memberikan pemahaman bagi masyarakat terkait dukungan sosial, ekonomi, dan kesehatan yang lebih intensif dapat membantu keluarga dalam menghadapi tantangan yang dihadirkan oleh pandemi dengan lebih baik.

Penulis: Eny Qurniyawati

Informasi lebih detail mengenai artikel ini dapat dilihat pada:

https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/Al-Sihah/article/view/41368/18879

Qurniyawati, E., Sebtalesy, C. Y., Andriani, L., Ssekalembe, G., Nasr, N. M. G., & Razzan, F. M. (2023). Family Resilience During Pandemic Based on the Existence of Pregnant Women and Family Income in Madiun, Indonesia . Al-Sihah: The Public Health Science Journal15(2), 111-120. https://doi.org/10.24252/al-sihah.v15i2.41368.