Universitas Airlangga Official Website

Penerimaan Teknologi dan COVID-19: Perspektif Peluang yang Muncul Dari Krisis

Adanya istilah “ekonomi digital” menggambarkan banyak sektor yang sangat bergantung pada informasi dan pengetahuan digital sebagai alat utama yang untuk mencapai tujuan. Manfaat dan efisiensi digitalisasi ekonomi terwujud ketika teknologi digital mendorong inovasi, mendorong penciptaan lapangan kerja, dan perluasan ekonomi (Schmidthuber, Maresch, dan Ginner, 2020). Peran dari teknologi digital semakin dirasakan saat terjadinya Covid-19. Covid-19 mengubah standar dan pemikiran yang ada dan mendorong terjadinya beberapa hal baru (Abbas et al., 2022a). Sebagai contohnya, konsep bekerja dari rumah (work from home) telah menjadi hal yang biasa bagi perusahaan (Suhariadi et al., 2023). Dengan adanya Covid-19, masyarakat lebih terbuka untuk menerima banyak alternatif pilihan untuk meningkatkan produktivitas. Aktivitas ini dirasakan hampir di seluruh dunia. Oleh sebab itu, pemanfaatan teknologi digital ini sangat perlu dimanfaatkan oleh banyak perusahaan dan mereka perlu beradaptasi dengan perkembangan teknologi ini (Rigby, Sutherland, dan Takeuchi, 2016).

Selain berdampak pada perusahaan, pesatnya evolusi berbgai layanan yang berbasis teknologi ini telah mengubah hampir seluruh sektor sehingga terjadilah yang namanya disrupsi teknologi. Disrupsi teknologi ini berkembang bahkan ke sektor seni. Sehingga, tidak hanya para manajer yang perlu beradaptasi, namun seluruh masyarakat juga perlu memahami bagaimana menggunakan teknologi (Rehse dan Tremöhlen, 2022). Dengan berkembangnya teknologi, harusnya masyarakat banyak yang mengadopsi layanan tersebut, namun tingkat adopasi layanan digital masih rendah, sehingga perlu adanya pembahasan bagaimana masyarakat dapat didorong untuk menggunakan teknologi yang sudah berkembang ini (Lee dan Trimi, 2018 ; Venkatraman dkk., 2018).

Selain berdampak pada bisnis, Covid-19 juga berdampak pada seluruh kehidupan masyrakat dan semakin meningkatkan krisis yang ada (Ataguba dan Ataguba, 2020 ; Beer, 2021). Sehingga, apa yang dinamakan Manajemen Krisis perlu dilakukan, termasuk bagi para manajer. Ruang lingkup manajemen krisis adalah untuk menghindari, menangani, dan bangkit kembali dari bencana apa pun. Krisis terjadi karena adanya ketidakpastian dalam menghadapi kekacauan. Dengan menggunakan model tertentu, manajer dapat mengelola krisis secara efektif dengan menerapkan praktik yang terbaik (Gillet, 2021).

Dua isu yang paling mendesak saat ini adalah perubahan iklim dan penolakan yang luas terhadap teknologi baru. Organisasi yang ingin berinovasi dan bersaing di era digitalisasi saat ini juga harus mempertimbangkan seberapa baik pelanggan mereka akan mengadopsi bentuk-bentuk teknologi baru. Jika masyarakat tidak didorong untuk mengadopsi teknologi baru, maka bisa saja kemajuan masyarakat akan tertunda, dan peluang untuk pertumbuhan dan pembangunan mungkin terbuang sia-sia tanpa adanya pemahaman dan penerimaan masyarakat secara luas terhadap teknologi baru. Oleh karena itu, sangat penting untuk fokus pada pendidikan dan partisipasi masyarakat, dengan menyoroti pentingnya topik-topik ini dan manfaat yang mungkin didapat. Dengan demikian, artikel ini dimaksudkan untuk menyajikan tinjauan literatur mengenai bagaimana teknologi dapat diterapkan dengan memanfaatkan peluang yang muncul walaupun dalam kondisi kirisi sekalipun.

Terdapat beberapa literatur yang menjelaskan bahwa ada beberapa model adaptasi teknologi yang berhasil. Misalnya, UTAUT (The Unified Theory of Acceptance and Use of Technology) atau UTAUT2 (model pengembangan dari UTAUT) adalah dua contoh teori yang secara empiris efektif untuk mendorong adopsi suatu teknologi. Selain itu, terdapat juga teori TRA (theory of reasoned action), TAM (technology acceptance model), dan TPB (theory of planned behaviour). Di samping itu, peluang kepemimpinan dalam suatu krisis juga bisa mengarahkan pada penerimaan teknologi. Sebagai contohnya saat terjadinya pandemi Covid-19, hal tersebut menjadi peluang yang bisa diambil oleh pemimpin untuk mengarahkan anggota organisasinya untuk mau tidak mau harus menerima adaptasi baru berupa pemanfaatan teknologi jarak jauh untuk mendukung produktivitas pekerjaan mereka. Penerapan teknologi baik sebelum maupun setelah pandemi Covid-19 berakhir, memerlukan proses yang bertahap. Masyarakat dapat menerima perkembangan teknologi dengan cara yang bertahap dan berkelanjutan sehingga transformasi digital saat ini dapat diaplikasikan ke berbagai hal mulai dari budaya organisasi, strategi manajemen, bauran teknologi, dan hal-hal operasional.

Sesuatu yang disebut “teknik kognitif” disebutkan sebagai salah satu kunci seorang pemimpin memiliki respon yang tangkas. Respon yang tangkas tersebut akan mendorong seseorang sensitif dengan berbagai perubahan lalu mampu beradaptasi dengan perubahan tersebut. Selanjutnya, ketika seorang pemimpin sudah beradaptasi dengan baik, hal tersebut akan mendorong anggotanya untuk mengikutinya. Apa yang disebut “the analytic third” menjelaskan bahwa kelompok adalah sistem sosial manusia. Oleh sebab itu, peran pemimpin dalam kelompok tersebut akan sangat berpengaruh pada anggotanya.

Seorang pemimpin perlu memiliki tujuan yang strategis, terutama ketika situasi yang krisis seperti pada saat pandemi Covid-19 yang memaksa semua pihak harus beradaptasi dengan cara kerja yang baru. Dengan semakin berkembangnya teknologi, pemimpin yang memiliki respon yang tangkas akan beradaptasi dengan mengadopsi berbagai teknologi yang dapat digunakan di saat krisis yang terjadi. Selain itu, dibutuhkan juga pemimpin dengan kecerasadan tingkat tinggi dan kecakapan analisis untuk membuat keputusan yang tepat dalam menerapkan suatu perubahan di organisasi. Oleh sebab itu, organisasi perlu membangun atau mencipatakan pemimpin yang memiliki ketangkasan dan kemampuan kognitif. Manajemen reaktif melalui peningkatan kapasitas kognitif dan kemampuan analisis para pemimpin dapat diterapkan untuk menciptakan pemimpinan dengan kemampuan kognitif, analitis, serta ketangkasan.

Dapat disumpulkan bahwa seseorang tidak bisa menghindari pertumbuhan teknologi yang sangat cepat. Seseorang juga tidak dapat memprediksi keadaan di masa depan. Sebagaimana terjadinya Covid-19, banyak negara yang mengalami krisis karena memang kondisi tersebut tidak ada yang bisa meramalkan. Dari Covid-19 kita dapat belajar bahwa kita perlu beradaptasi dengan berbagai teknologi yang ada dan mulai untuk mengadopsinya untuk berbagai aktivitas sehari-hari kita, khususnya bagi perusahaan. Negara yang berhasil mengatasi krisis tersebut memiliki pemimpin yang berani dan memiliki sifat kepemimpinan yang strategis, salah satunya dengan cepatnya beradaptasi dengan berbagai teknologi yang saat ini sedang berkembang. Dengan demikian, kunci dari suatu masyarakat dapat beradaptasi dengan berbagai kondisi yang ada, meskipun kondisi krisis sekalipun, adalah bergantung pada pemimpinnya.

Penulis: Dian Ekowati, S.E., M.Si., M.AppCom (OrgChg)., Ph.D.

Jurnal: Technology acceptance and COVID-19: a perspective for emerging opportunities from crisis