Occupational Hazard yang berpotensi untuk menyebabkan gangguan kehamilan. Antara lain Beban Kerja, suhu panas di lingkungan kerja, Bau menyengat, Shift kerja, Shift kerja tidak teratur, Shift kerja malam. Perusahaan harusnya dapat memberikan perhatian khusus kepada pekerja wanita dan berbagai pengendalian di tempat kerja. Sehingga potensi terjadinya gangguan kehamilan pada tenaga kerja wanita dapat terhindari sejak dini.
Beban Kerja
Wanita yang bekerja dengan beban kerja yang tinggi berisiko mengalami masalah kehamilan, masalah menstruasi, dan masalah psikologis lainnya. Beratnya beban kerja dapat mengganggu fungsi ovarium. Selain itu, beban kerja yang tinggi juga berkaitan dengan defisiensi energi, yang dapat muncul karena waktu kerja yang berlebihan, beban kerja, dan kecenderungan pekerja wanita untuk lupa makan karena stres dan beban kerja yang tinggi.
Panas
Ibu hamil dapat mengalami dehidrasi dan stres karena paparan panas. Ibu hami dapat mengalami keguguran dan kelahiran prematur jika terkena paparan panas. Papapran panas pada trisemester ketiga juga dapat menyebabkan bayi lahir sebelum waktunya dengan temperatur 33–43oC. Serangkaian penelitian menunjukkan bahwa suhu tempat kerja yang melebihi batas normal dapat menyebabkan berbagai masalah kehamilan. Oleh karena itu, perusahaan dapat merotasi dan memberikan perlindungan khusus kepada pekerja wanita, terutama jika mereka hamil.
Bau Menyengat
Bau menyengat dilingkungan kerja dapat menyebabkan terjadinya mual, muntah dan pusing pada tenaga kerja wanita. Saat Hamil sense of smell (olfactory) dari ibu peekrja wanita menjadi lebih sensitive, sehingga sedikit perubahan pada lingkungan kerja yang dikibatkan oleh bahan kimia atau keadaan lain di lingkungan kerja akan berpotensi untuk menyebabkan mual dan muntah pada ibu hami.
Shif Kerja
Shift kerja menjadi faktor risiko yang dapat menyebabkan masalah kehamilan bagi Ibu pekerja yang bekerja di sektor industri. Shift yang tidak teratur dan shift malam dapat menyebabkan gangguan kehamilan. Ini dapat mengganggu psikologi pekerja wanita, kesehatan, dan keselamatan di tempat kerja. Shift kerja dapat menyebabkan gangguan shift. Pada pekerja wanita, ini juga dapat mempengaruhi sistem endokrin, menyebabkan abortus, BBLR, gangguan menstruasi, dan bahkan mempengaruhi kemampuan ibu untuk memberikan ASI eksklusif pada bayi yang dilahirkan. Shift kerja pada pekerja wanita juga dapat menyebabkan deskingkronisasi HGP-HGA, yang dapat menyebabkan stres, peningkatan radikal bebas di ovarium, yang berpotensi menyebabkan polycystic ovarium, gangguan fase luteal, dan endometriosis.
Link: https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S240584402407018X
Penulis : Prof Tri Martiana, Dr Indriati Paskarini, Firman Suryadi Rahman
Baca Juga: Dosen UNAIR Terpilih sebagai Vice President Council of Asian Science Editors