Kondisi hipoestrogenisme yang memiliki kaitan dengan menopause dan menunjukkan dampak negative terhadap kesehatan vagina dan saluran kemih disebut sebagai Sindrom Genitourinari Menopause (GSM). GSM menunjukkan adanya gejala seperti vagina kering, rasa terbakar, iritasi, nyeri serta rasa tidak nyaman saat berhubungan, atau disebut sebagai atrofi vulva-vaginal (VVA). GSM terjadi pada 15% wanita pre-menopause, 50-70% pada wanita pasca- menopause, dan semakin memburuk saat menopause. Lingkungan hipoestrogenisme pada jaringan urogenital menyebabkan perubahan ketebalan epitel vagina dan lamina propria, atrofi otot polos, berkurangnya aliran darah ke area vagina, dan hilangnya elastisitas jaringan akibat berkurangnya konsentrasi kolagen, elastin, dan asam hialuronat. Efek mekanisme patofisiologis ini menghasilkan perubahan pada sistem urogenital, terutama perubahan pada mukosa vagina. Pada saluran kemih bagian bawah, mekanisme ini memengaruhi kapasitas dan kemampuan kontraksi kandung kemih, sfingter uretra, dan fungsi otot dasar panggul. Kejadian GSM juga dapat dikaitkan dengan terjadinya defisiensi estrogen yang mengakibatkan berkurangnya elastin dan kolagen dalam jaringan vagina, penipisan epitel vagina, dan peningkatan pH vagina.
Kolagen I dan kolagen III merupakan komponen utama matriks ekstraseluler, yang memberikan pengaruh besar pada sifat biomekanik jaringan vagina. Kolagen I berkontribusi pada kekuatan tarikan, sedangkan kolagen III memberikan fleksibilitas pada jaringan. Fungsi utama elastin adalah memberikan ketahanan pada jaringan yang mengalami peregangan berulang dan tekanan fisik. Flavonoid merupakan kelompok zat alami yang sering ditemukan dalam makanan dan minuman yang berasal dari tumbuhan, seperti buah, sayur, dan teh. Flavonoid memiliki sifat antioksidan, antiinflamasi, antimutagenik, dan antikarsinogenik serta dapat mengendalikan fungsi enzim seluler yang vital. Flavonoid banyak digunakan untuk pengobatan gejala menopause. Salah satu flavonoid yang paling umum adalah Quercetin.
Quercetin merupakan fitoestrogen yang memiliki aktivitas estrogenik. Banyak data molekuler dan klinis yang mendukung efek reseptor estrogen pada homeostasis kulit normal dan dapat mempercepat re-epitelialisasi dalam penyembuhan luka. Beberapa penelitian in vivo dan in vitro telah dilakukan untuk mencari bukti pengaruh Quercetin, tetapi belum ada penelitian yang secara eksplisit membahas efeknya pada jaringan ikat pada wanita menopause. Penelitian ini dilakukan pada hewan percobaan untuk menganalisis dampak Quercetin pada vagina sehingga dapat menjadi langkah pertama dalam atrofi vulva-vagina.
Sehingga, dilakukan penelitian in vivo untuk menganalisis pengaruh quercetin terhadap kolagen I, kolagen III, dan elastin pada 5 kelompok tikus Rattus Norvegicus yaitu tikus normal, tikus model menopause tanpa perlakuan, tikus model menopause yang diberi 17-β estradiol valerat 0,18 mg/kg, quercetin 12,5 mg/kg, dan quercetin 50 mg/kg dan juga mengetahui kemungkinan penggunaan terapeutik zat-zat seperti quercetin, yang dapat meningkatkan integritas jaringan vagina dan mengurangi gejala GSM dengan memodifikasi ekspresi kolagen dan elastin.
Diperoleh hasil bahwa pada kelompok tikus normal dalam penelitian ini memiliki rata-rata kadar ekspresi kolagen I dan elastin tertinggi. Kelompok model menopause tanpa perlakuan dalam penelitian ini memiliki rata-rata ekspresi kolagen III tertinggi. Ekspresi kolagen I, ekspresi kolagen III, dan ekspresi elastin, semuanya menunjukkan perbedaan yang signifikan. Model tikus menopause tanpa perlakuan dan kelompok normal menunjukkan perbedaan paling besar dalam ekspresi kolagen I, kolagen III, dan elastin.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat menunjukkan bahwa quercetin merupakan pilihan yang menjanjikan untuk memperbaiki lingkungan vagina terutama pada wanita menopause, karena meningkatkan ekspresi kolagen I dan elastin serta menurunkan kolagen III. Efek tersebut dapat diperoleh melalui sifat antioksidan, penghambat enzim, dan antiinflamasinya terutama dengan pemberian quercetin pada tingkat 50 mg/kgBB. Dengan demikian, quercetin dapat menjadi pilihan pengobatan herbal alternatif untuk memperbaiki atrofi vulvovaginal pada kondisi menopause.
Penulis: Hadi T.H.S., Hardianto G., Kurniawati E.M., Parathon H., Yudaniayanti I.S., Utomo B., Santoso B.I. The Effects of Quercetin on the Expression of Collagen I, Collagen III and Elastin in Vaginal: An Experimental Animal Study. Clinical and Experimental Obstetrics & Gynecology. 2024;51(10): 217. doi: https://doi.org/10.31083/j.ceog5110217.
Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:
https://www.imrpress.com/journal/CEOG/51/10/10.31083/j.ceog5110217/htm