Universitas Airlangga Official Website

Peran Teknologi Blockchain dalam Rantai Pasok Pertanian

ilustrasi blockchain (sumber; mojokertokab)

Seiring dengan bertambahnya populasi manusia dari waktu ke waktu, minat konsumen terhadap layanan digital untuk memenuhi kebutuhannya juga meningkat. Meningkatnya permintaan pangan membawa tantangan baru seperti barang palsu, mengancam rantai pasokan pangan di berbagai tingkat. Kurangnya transparansi dan rendahnya efisiensi merugikan petani dan konsumen. Petani dan pelaku agrobisnis harus bisa memikirkan untuk mempromosikan teknologi blockchain di sektor pertanian.

Dengan adanya teknologi blockchain ini memungkinkan berbagai informasi secara transparan dan dapat diterapkan di banyak sektor. Teknologi blockchain pendekatan teknologi digital baru yang mendapat dukungan Industri 4.0 untuk memastikan integritas data dan mencegah gangguan dan kegagalan. Teknologi Blockchain memiliki cakupan yang luas dan memegang peranan yang sangat penting, khususnya di masa Industri 4.0 saat ini. Penggunaan teknologi blockchain untuk rantai pasokan pertanian dapat memberdayakan semua pelaku pasar lewat pembangunan hubungan kepercayaan.

Blockchain pada rantai pasok pangan mengubah industri pertanian dengan beberapa cara. Pertama, menyederhanakan setiap langkah rantai pasokan pertanian. Kedua, melacak produk saat berpindah dari lahan pertanian ke rak toko. Ketiga, meningkatkan keamanan pangan dan menghilangkan produk palsu. Keempat, mengurangi risiko keuangan dan mendorong perdagangan inklusif. Kelima, memberikan petani dan dunia usaha akses terhadap layanan keuangan pertanian.

Terdapat tantangan pada penerapan teknologi blockchain di bidang pertanian, yaitu manajemen rantai pasok pertanian lebih kompleks daripada rantai pasok lainnya karena produksi pertanian bergantung pada faktor-faktor seperti cuaca, hama, dan penyakit yang sulit manusia prediksi dan kendalikan. Kurangnya ketertelusuran dalam rantai pasok pertanian menyebabkan tertundanya transaksi keuangan dan seringkali memerlukan tenaga kerja manual yang intensif. Selain itu, produk palsu dapat muncul di setiap tahap rantai pasokan, yang berpotensi menimbulkan konsekuensi berbahaya bagi semua pelaku usaha, pemerintah, dan konsumen.

Layanan dan inisiatif rantai pasokan Blockchain dapat mengurangi risiko pemalsuan dan meningkatkan efisiensi pertanian berbasis blockchain dengan memastikan transparansi dan menghilangkan perantara dalam rantai nilai pertanian.  Selain itu, buku besar yang didistribusikan dan kontrak pintar menghadirkan peluang nyata bagi petani kecil dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) untuk berpartisipasi dalam pasar yang lebih inklusif dengan mengurangi ketidakpastian dan meningkatkan kepercayaan di antara para pelaku pasar.

Tantangan mendasar dalam rantai pasok pertanian terletak pada transportasi produk. Meskipun data transaksional dapat terlacak melalui sidik jari kriptografi yang melekat pada setiap transaksi, pergerakan produk fisik di sepanjang rantai pasokan dari pertanian ke konsumen memerlukan hubungan produk-proses yang lebih abadi.

Mari kita ambil contoh rantai pasokan tanaman dan menguraikan potensi perangkat lunak untuk mengelola rantai pasokan pertanian di setiap tahap. Dengan meningkatnya permintaan akan ketertelusuran asal makanan, kode QR untuk barang konsumsi mempunyai potensi besar. Konsumen dapat memindai kode pada kemasan untuk melihat secara pasti di mana produk tersebut ditanam atau dibesarkan, serta informasi lain tentang siklus hidup produk sebelum dipasarkan.

Rantai pasok dimulai dari pemasok benih, telur, dan produk pertanian lainnya, yang mendaftarkan produknya pada buku besar digital dengan memasukkan informasi tentang kualitas produk, penggunaan pestisida, kebersihan, dan transportasi. Setelah data awal ini dikirimkan, jaringan DLT melacak, memverifikasi, dan mencatat data ini di seluruh rantai pasokan. DLT juga memperbarui data produk, termasuk informasi tentang tanggal kedaluwarsa, kondisi pengiriman, dan sertifikasi impor dan ekspor yang relevan.

Teknologi Blockchain memungkinkan transaksi peer-to-peer berlangsung secara transparan, tanpa memerlukan perantara seperti bank (misalnya cryptocurrency) atau perantara di sektor pertanian. Dengan menghilangkan kebutuhan akan otoritas pusat, teknologi ini mengubah cara pemberian kepercayaan. Alih-alih mempercayai otoritas, kepercayaan ditempatkan pada kriptografi dan arsitektur peer-to-peer. Teknologi ini mengubah cara pemberian kepercayaan dengan menghilangkan kebutuhan akan otoritas pusat. Alih-alih mempercayai institusi, mereka mengandalkan enkripsi dan arsitektur peer-to-peer. Hal ini akan membantu memulihkan kepercayaan antara produsen dan konsumen, sehingga mengurangi biaya transaksi di pasar pertanian.

Teknologi Blockchain memberikan pendekatan yang andal untuk melacak transaksi antar peserta anonim. Identifikasi penipuan atau malfungsi dengan cepat. Selain itu, masalah dapat terlapor secara real-time melalui input kontrak pintar (Haveson et al, 2017; Sylvester, 2019). Hal ini membantu mengatasi tantangan pelacakan produk dalam rantai pasokan skala besar karena kompleksitas sistem pertanian dan pangan. Oleh karena itu, teknologi memberikan solusi terhadap permasalahan kualitas dan keamanan pangan yang menjadi perhatian besar konsumen, pemerintah, dan pihak lain.

Teknologi Blockchain memastikan transparansi antara semua pihak yang terlibat dan memungkinkan pengumpulan data yang andal. Blockchain dapat mencatat setiap langkah rantai nilai suatu produk, mulai dari kelahiran hingga kehancurannya. Data proses pertanian yang andal sangat berharga dalam mengembangkan fasilitas database dan solusi asuransi untuk menjadikan pertanian lebih cerdas dan mengurangi kerentanan. 

Penulis : Ajeng Sri Bnowati Putri – Teknik Industri – 165231106 

BACA JUGA: Vtuber, Bagaimana Teknologi Wujudkan Fantasi menjadi Industri