Tulang adalah salah satu organ penyusun tubuh manusia yang memiliki peran krusial dalam menjaga struktur tubuh. Selain berfungsi sebagai penyokong tubuh, tulang juga berperan dalam mobilitas, melindungi organ vital, dan sebagai tempat pembentukan darah atau hematopoiesis. Tulang memiliki sifat yang kaku dan keras, namun juga memiliki kemampuan untuk regenerasi, atau memperbaiki diri. Komposisi tulang yang mencakup mineral seperti kalsium dan fosfor serta kolagen membuatnya kuat dan fleksibel, memungkinkan tulang untuk menahan beban berat dan berbagai aktivitas fisik.
Setiap hari, tulang mengalami proses yang disebut remodeling, di mana jaringan tulang yang lama, rusak, atau mati digantikan dengan jaringan baru. Proses ini sangat penting untuk menjaga kekuatan dan fungsi tulang seiring berjalannya waktu. Namun, dalam kondisi tertentu, tulang bisa mengalami patah atau fraktur. Fraktur tulang bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti trauma dari kecelakaan, jatuh, atau cedera olahraga. Selain itu, kondisi medis seperti osteoporosis juga bisa membuat tulang lebih rentan terhadap fraktur karena kemampuan regenerasinya yang terganggu.
Fraktur adalah kondisi di mana kontinuitas tulang terputus. Fragmen tulang yang patah bisa bergeser dari posisinya (displaced) atau tetap di tempatnya (undisplaced). Tulang yang patah sering kali disertai dengan cedera pada jaringan lunak di sekitarnya. Jika kulit di atas tulang yang patah tetap utuh, kondisi ini disebut fraktur tertutup. Sebaliknya, jika kulit atau jaringan lunak terhubung dengan lingkungan luar, ini disebut fraktur terbuka.
Menurut data epidemiologis, fraktur lebih sering terjadi pada laki-laki di bawah usia 45 tahun dibandingkan perempuan, dengan rasio 3:1. Hal ini sering kali terkait dengan aktivitas fisik yang tinggi, seperti olahraga, pekerjaan berat, atau kecelakaan kendaraan bermotor. Di Indonesia, prevalensi cedera yang menyebabkan fraktur meningkat dari tahun ke tahun, sebagian besar disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas. Masyarakat modern yang mengandalkan alat transportasi sebagai kebutuhan primer, ditambah dengan tingginya mobilitas dan kelalaian manusia, menjadi faktor utama meningkatnya kasus fraktur.
Fraktur tulang panjang, seperti pada femur atau tibia, membutuhkan perhatian khusus dalam penanganan dan penyembuhannya. Salah satu metode pengobatan yang umum digunakan adalah pemasangan pelat untuk memberikan dukungan dan stabilitas pada tulang yang patah. Dengan perkembangan teknologi medis, pelat buatan lokal semakin menjadi pilihan utama dalam penanganan fraktur tulang panjang di Indonesia.
Namun, efektivitas penggunaan pelat ini perlu dievaluasi secara menyeluruh.
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kondisi sebelum dan sesudah pemasangan pelat buatan Indonesia pada pasien dengan fraktur tulang panjang. Fokus penelitian ini mencakup analisis fungsional, radiologis, biomekanik, dan kimia. Analisis fungsional akan mengukur perubahan dalam kemampuan pasien melakukan aktivitas sehari-hari dan tingkat kenyamanan setelah pemasangan pelat. Evaluasi radiologis akan memberikan gambaran tentang tingkat penyembuhan tulang dan integritas struktur tulang. Analisis biomekanik akan membahas kekuatan dan stabilitas tulang setelah pemasangan pelat, sementara analisis kimia akan menilai perubahan komposisi kimia pelat setelah pemasangan.
Pemantauan dilakukan pada interval waktu tertentu: minggu ke-4, bulan ke-6, bulan ke-12, dan bulan ke-15 setelah pemasangan pelat. Pemantauan ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran komprehensif tentang proses penyembuhan tulang dan untuk mendeteksi potensi komplikasi sedini mungkin. Minggu ke-4 memberikan informasi awal tentang respons terhadap pelat, sementara bulan ke-6 memberikan gambaran perkembangan penyembuhan yang lebih lanjut. Bulan ke-12 dan ke-15 mencakup tahap penyembuhan yang lebih matang, yang sangat penting untuk mengevaluasi hasil jangka panjang.
Penemuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa skor fungsional seperti DASH dan LEFS mengalami peningkatan signifikan selama pemantauan, yang menunjukkan pemulihan fungsional. Skor radiologis juga meningkat, menunjukkan proses penyembuhan yang baik. Meskipun ada beberapa perubahan dalam kekerasan dan komposisi kimia pelat pasca pemasangan, perubahan ini tidak signifikan dibandingkan dengan kondisi sebelum pemasangan.
Kesimpulannya, penggunaan pelat buatan Indonesia menunjukkan hasil yang memuaskan dalam peningkatan fungsi dan penyembuhan tulang pada pasien fraktur. Meski demikian, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk analisis yang lebih mendalam. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi penting dalam perbaikan praktik klinis dan pengembangan metode pengobatan yang lebih efektif untuk pasien fraktur di masa depan.
Penulis : Rizal Alexander Lisan, Ferdiansyah Mahyudin, Fahmi Mubarok
Judul Artikel : Perbandingan Pre dan Paska Implantasi Pelat Dalam Negeri Pada Pasien Fraktur: Tinjauan Analisis Fungsional, Radiologis, Biomekanik, dan Kimia
Jurnal : Narra J
Tautan : https://narraj.org/main/article/view/752