Universitas Airlangga Official Website

Perempuan Berisiko Lebih Tinggi Mengalami Ruptur Aneurisma Intrakranial

Ilustrasi by Ilmu Bedah Saraf

Aneurisma intrakranial merupakan suatu kelainan vaskuler dimana terjadi pembesaran atau penonjolan seperti balon pada pembuluh darah di dalam kepala akibat kelemahan pada dinding pembuluh darah. Manifestasi dari aneurisma intrakranial dapat bervariasi dari asimptomatik hingga keluhan berat yang mengganggu aktivitas sehari-hari. Pecahnya aneurisma intrakranial merupakan suatu bencana bagi pasien karena penyakit tersebut memiliki angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi. Indonesia memiliki angka kematian akibat SAH yang tergolong sangat tinggi bila dibandingkan dengan negara lain di Asia Tenggara dan di dunia. Tingginya angka kematian ini merupakan suatu urgensi untuk melakukan pemetaan aneurisma intrakranial pada populasi Indonesia serta mencari faktor risiko yang berpengaruh terhadap kecenderungan ruptur dari aneurisma tersebut.

Sebuah studi yang dilakukan Swatan et al. (2022) mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi rupturnya aneurisma intrakranial dari temuan radiologis. Studi dilakukan secara retrospektif dengan sampel seluruh penderita yang memiliki aneurisma intrakranial tidak disebabkan oleh gangguan kongenital atau kelainan vaskular lainnya. Data demografis dan profil aneurisma yang di dapat dari pemeriksaan radiologis dilakukan analisis pengaruh variabel tersebut terhadap risiko rupturnya aneurisma intrakranial.

Studi ini mengumpulkan data pemeriksaan radiologis dari 100 pasien yang terdiri dari 33 laki-laki dan 67 perempuan. Rerata usia subjek pada studi ini adalah 51.94 tahun. Jumlah aneurisma yang ditemukan bervariasi dari 1 hingga 5 aneurisma pada satu penderita, sehingga total 121 aneurisma intrakranial ditemukan pada studi ini. Dari seluruh aneurisma, kebanyakan aneurisma ditemukan dalam keadaan ruptur (74.38%), berukuran kecil (63.64%), dan terletak pada sirkulasi anterior (85.96%).

Laki-laki memiliki rerata jumlah aneurisma yang lebih banyak (p=0.036) dan ukuran aneurisma yang lebih besar (p=0.002) daripada perempuan. Studi ini menemukan bahwa aneurisma intrakranial berukuran sedang dan terletak pada lokasi selain arteri karotis interna memiliki risiko ruptur yang lebih tinggi. Analisis multivariat menunjukkan bahwa perempuan berisiko 5.37 kali lebih tinggi (p=0.031; aOR 1.17-24.70) untuk mengalami kejadian ruptur aneurisma intrakranial daripada laki-laki.

Sejalan dengan studi terdahulu, mayoritas penderita aneurisma intrakranial pada studi ini adalah perempuan. Hal ini diduga akibat perubahan hormonal pada perempuan setelah menopause yang mempengaruhi kondisi dinding pembuluh darah. Namun, studi ini menemukan bahwa laki-laki memiliki rerata jumlah aneurisma yang lebih banyak daripada perempuan. Hal ini berbeda dengan studi terdahulu dimana perempuan berhubungan dengan jumlah aneurisma yang lebih banyak.

Rentang usia subjek pada studi ini sejalan dengan studi terdahulu. Aneurisma intrakranial umumnya dijumpai pada subjek yang berusia 50-57 tahun. Namun, kami tidak menemukan adanya perbedaan risiko ruptur antar kelompok usia pada studi ini. Hal ini berbeda dengan studi sebelumnya dimana kelompok usia 70 tahun keatas memiliki risiko ruptur yang lebih tinggi daripada kelompok usia dibawah 70 tahun. 

Terkait profil aneurisma intrakranial, letak aneurisma intrakranial berhubungan dengan ukuran aneurisma. Kami menemukan bahwa aneurisma di arteri posterior communicans memiliki rerata ukuran yang lebih besar dibandingkan aneurisma di tempat lain. Temuan ini berbeda dengan yang dilaporkan pada studi terdahulu dimana ukuran aneurisma intrakranial terbesar dijumpai pada arteri karotis interna dan arteri serebri media. Adanya perbedaan ini mungkin disebabkan oleh karakteristik demografi subjek yang berbeda.

Analisis multivariat pada studi ini dilakukan hanya pada aneurisma tunggal atas pertimbangan homogenitas data. Jenis kelamin didapatkan sebagai satu-satunya risiko ruptur yang bermakna pada studi ini. Perlu diketahui bahwa angka risiko ruptur perempuan pada studi ini jauh lebih tinggi daripada studi sebelumnya. Temuan ini mungkin disebabkan populasi pada studi ini berbeda dengan studi sebelumnya.

Beberapa limitasi dari studi ini antara lain: 1) Data pada studi ini mungkin tidak merepresentasikan populasi Indonesia yang heterogen, 2) Adanya ketimpangan jumlah antara aneurisma intrakranial yang ruptur dengan yang tidak ruptur, 3) Terbatasnya data klinis dan demografis pada studi ini akibat data penelitian yang diperoleh hanya dari hasil pemeriksaan angiografi.

Sebagai simpulan, pembuatan profil aneurisma intrakranial merupakan suatu kepentingan yang mendesak bagi populasi Indonesia. Melalui analisis profil aneurisma intrakranial, baik klinisi maupun peneliti dapat memiliki gambaran peta aneurisma untuk populasi Indonesia sehingga dapat memperkirakan risiko ruptur aneurisma intrakranial. Studi lanjutan multisenter yang melibatkan berbagai pusat pelayanan stroke terpadu, dengan data klinis dan demografi yang lebih lengkap, dibutuhkan untuk memprediksi risiko rupturnya aneurisma secara akurat dan menentukan pengobatan terbaik bagi masing-masing pasien.

Penulis : Jovian Philip Swatan, Achmad Firdaus Sani(*), Dedy Kurniawan, Hermanto Swatan, Shakir Husain.

Artikel Jurnal:

Swatan JP, Sani AF, Kurniawan D, Swatan H, Husain S. (2022). What Are the Predictors of Intracranial Aneurysm Rupture in Indonesian Population Based on Angiographic Findings? – Insight from Intracranial Aneurysm Registry on Three Comprehensive Stroke Centre in Indonesia. Stroke Research and Treatment, vol. 2022. doi: https://doi.org/10.1155/2022/4787048Link Artikel Jurnal : https://www.hindawi.com/journals/srt/2022/4787048/