Studi ini bertujuan untuk memberikan perspektif tentang prevalensi risiko ADHD pada anak-anak di Surabaya serta profil sosiodemografi ibu mereka. Penelitian dilakukan di tiga sekolah dasar di Surabaya dengan melibatkan siswa-siswa kelas 3 hingga 6. Data mengenai risiko ADHD diukur menggunakan Skala Penilaian Perilaku Anak Hiperaktif Indonesia (SPPAHI) yang diisi oleh ibu mereka. Dari 358 ibu yang berpartisipasi, terdapat 54 ibu (15,1%) yang memiliki anak dengan gejala ADHD, seperti yang ditunjukkan oleh skor kuesioner pada Skala Penilaian Perilaku Anak Hiperaktif dan Impulsif (SPPAHI) >30. Penelitian ini menunjukkan bahwa diperlukan penelitian dan pemeriksaan lebih lanjut untuk mendiagnosis ADHD dengan tepat pada anak-anak di Surabaya.
Studi ini juga mengungkapkan beberapa profil sosiodemografi ibu yang berpartisipasi. Mayoritas ibu memiliki usia antara 30-39 tahun (46,36%) dan 40-49 tahun (42,17%). Sebagian besar ibu merupakan ibu rumah tangga (70,39%) dan memiliki pendidikan formal tingkat SMA (49,72%). Sebanyak 85,2% ibu masih dalam status pernikahan, sementara 8,9% telah bercerai. Mayoritas ibu (95,3%) melaporkan kondisi kesehatan yang baik dan tidak mengonsumsi obat secara rutin, kecuali beberapa ibu yang mengonsumsi obat flu dan pereda nyeri. Tidak ada ibu yang melaporkan mengonsumsi obat untuk masalah kesehatan jiwa atau penyakit kronis lainnya.
Hasil penelitian ini memberikan gambaran tentang prevalensi risiko ADHD pada anak-anak di Surabaya. Meskipun belum ada data resmi mengenai prevalensi ADHD di Indonesia, studi ini menunjukkan bahwa sekitar 15,1% anak-anak yang berpartisipasi dalam penelitian ini memiliki gejala ADHD. Profil sosiodemografi ibu menunjukkan variasi dalam usia, pekerjaan, pendidikan, status pernikahan, dan kesehatan. Informasi ini dapat bermanfaat dalam upaya diagnosis dan penanganan ADHD pada anak-anak di Surabaya.
Penulis: Dr. Yunias Setiawati, dr.,Sp.K.J(K)
Jurnal: The Population of Children with High Risk of ADHD and The Mother’s Sociodemographic Profile in Surabaya