Luka bakar termal menghasilkan kerusakan jaringan, yang menghilangkan peran pelindung jaringan. Karena kerusakan jaringan yang luas akibat luka bakar yang parah, respon imun yang terlalu aktif terjadi. Lebih jauh lagi, hal ini meningkatkan kemungkinan terkena sepsis, suatu kondisi di mana infeksi bakteri menyebar ke seluruh tubuh dan bukan hanya di area luka atau infeksi lokal. Untuk mengetahui senyawa kurma Ajwa yang berpotensi sebagai agen antiinflamasi dan antibakteri pada luka bakar termal infeksius. Metode penelitian menggunakan pedoman Preferred Reporting Items for Systematic Review and Meta-Analyses. Berbagai referensi dikumpulkan dari database online Google Scholar dan PubMed termasuk laporan, jurnal, dan semua referensi yang sebagian besar diterbitkan tidak lebih dari 10 tahun terakhir.

Tinjauan sistematis ini mengungkapkan 16 artikel penelitian yang relevan. Zat polifenol seperti flavonoid, glikosida, dan asam fenolik ditemukan dalam kurma ajwa. Bahan kimia polifenol tertentu memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan satu atau lebih reseptor sel imun, memindahkan pesan intraseluler dan mempengaruhi respon imunologi inang. Polifenol kurma Ajwa berperan sebagai agen antiinflamasi pada luka bakar yang parah. Cara kerjanya menghambat ekspresi reseptor pola molekul terkait patogen, mengendalikan faktor transkripsi, dan mengubah fenotipe sel makrofag, di antara cara-cara lainnya. Di sisi lain, aktivitas bakteri dan regulasi respon imun kurma Ajwa juga berfungsi sebagai agen antibakteri secara langsung. Senyawa polifenol dalam kurma Ajwa memiliki potensi untuk bekerja sebagai agen anti-inflamasi dan antibakteri pada luka bakar termal yang terinfeksi.

Penulis: Prof. Dr. Aryati, dr., M.S., Sp.PK(K).

Link: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/37692010/

Baca juga: Cegah Penurunan Fungsi Otak pada Wanita Menopause dengan Mengkombinasikan Beberapa Jenis Olahraga