Universitas Airlangga Official Website

Potensi Phyllanthus niruri L dan Phyllanthus urinaria L sebagai penghambat virus Hepatitis B

Ilustrasi virus hepatitis B (sumber:RSUD dr. Soediran Mangun)

Selama dekade terakhir, terjadi peningkatan kejadian penularan virus hepatitis B (HBV), khususnya pada ibu hamil. Periode perinatal meningkatkan risiko penularan virus dari ibu ke bayi, sehingga menekankan pentingnya skrining ibu dan intervensi medis yang tepat untuk mencegah penularan. Laporan Kementerian Kesehatan RI tahun 2021 menyebutkan prevalensi ibu hamil yang menjalani rapid test antigen hepatitis B (RDT-HBsAg) dengan status reaktif mencapai 47.550 orang sebesar 1,61%. Ibu hamil positif terinfeksi HBV tertinggi terdapat di provinsi yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan masing-masing sebanyak 8.071, 5.942, 5.819, 3.148, dan 2.685 kasus. Mengingat tingginya angka kejadian infeksi hepatitis B, maka diperlukan upaya strategis terutama melakukan pencegahan dan pengendalian, serta mengidentifikasi dan mengembangkan kandidat obat yang aman dan efektif dalam menekan perkembangan virus dengan menggunakan tanaman obat.

Salah satu tanaman obat yang banyak digunakan dan diteliti saat ini adalah Phyllantus niruri L. dan Phyllantus urinaria L., diperoleh dari genus Phyllanthus, salah satu famili tumbuhan berbunga (Phyllanthaceae). Senyawa dan turunannya telah banyak dipelajari melalui pendekatan in vitro, in vivo, dan in silico. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa senyawa yang terdapat pada akar, batang, daun, dan bunga kedua spesies ini efektif menghambat siklus hidup virus hepatitis. Oleh karena itu, efek antivirusnya dapat dikembangkan di masa depan. Studi lain menunjukkan bahwa mengidentifikasi dan mengevaluasi aktivitas antivirus dari 60 spesies tanaman, menyimpulkan bahwa senyawa aktif yang terkandung dalam P. niruri L. dan P. urinaria L. berperan sebagai agen penghambat HBV Sementara itu, senyawa murni dari tanaman Meniran dilaporkan menghambat replikasi dan ekspresi HBV dalam sel yang digunakan sebagai model uji serta bersifat hepatoprotektif. Proses penghambatan telah terbukti terjadi pada replikasi virus, mutasi, dan pembentukan kapsid. Penelitian ini bertujuan untuk meninjau informasi tentang perbedaan antara Phyllantus niruri L. dan Phyllantus urinaria L., mengidentifikasi senyawa bioaktif yang dilaporkan sebagai agen penghambat HBV, dan menjelaskan mekanisme yang mendasari terjadinya efek anti-HBV.

Senyawa lignan pada meniran seperti niretralin A dan B, phyllanthin, niranthin, dan hinokinin dilaporkan mempunyai efek penghambatan terhadap sel yang terinfeksi HBV. Hal ini mirip dengan temuan Wei et al di mana nitetralin A dan B secara efektif menekan sekresi HBsAg dan HBeAg dalam sel HepG2.2.15 dengan menurunkan konsentrasi HBV dan menghambat replikasi HBV. Selanjutnya uji in vitro dilakukan oleh Huang dkk. menemukan bahwa niranthin memiliki efek penghambatan yang sangat kuat pada sekresi HBsAg, dan hinokinin menghambat HBeAg dalam sel HBV MS-G2. Liu dkk. menegaskan kembali temuan ini dengan menggunakan dua model uji, di mana hasil yang sama diperoleh pada uji in vitro dan in vivo. Efek senyawa nirantin yang potensial dan signifikan sebagai anti-HBV secara signifikan menurunkan DNA DHBV serum, HBsAg, HBeAg, ALT, dan AST. Oleh karena itu, senyawa golongan lignan yang diperoleh dari Meniran mempunyai aktivitas biologis anti-HBV, termasuk efek hepatoprotektif.

Senyawa alami lain dari golongan kumarin yang dilaporkan berpotensi sebagai inhibitor HBV, antara lain etil brevifolinkarboksilat dan asam galat, serta nukleosida berupa tenofovir, bekerja dengan menghambat sintesis DNA virus serta sekresi HBsAg dan HBcAg. Senyawa ini menginduksi ekspresi interferon-beta (IFN-ÿ), COX-2 (cyclooxygenase-2), dan IL-6 (interleukin-6) mRNA [19,51,52].Selanjutnya dilakukan isolasi senyawa flavonoid, antara lain Asam ellagic, phyllanthosterol, quercetin,quercitrin, astragalin, catechin, dan (-)-epicatechin dalam Meniran terbukti mempunyai efek penghambatan terhadap HBeAg. Sel HepG2 2.2.15 digunakan sebagai media uji melalui proses destabilisasi, yang menghasilkan amplifikasi degradasi protein menjadi polipeptida dan modifikasi aktivitas dan sifat HBeAg. Oleh karena itu, fungsi normal HBV terganggu, menjadikannya kandidat yang berharga dan produktif sebagai agen penghambat virus.

Potensi isolasi senyawa alami dan bioaktif dari spesies Phyllantus niruri L. dan Phyllantus urinaria L. sangat menjanjikan, terutama dalam pengembangannya sebagai kandidat pengembangan obat komersial dan modern. Lebih lanjut, identifikasi molekul bioaktif dan target spesifik terkait reseptor HBV perlu dikaji lebih lanjut. Sifat farmakologis spesies Meniran menunjukkan potensi yang menjanjikan untuk pengembangan obat herbal dan fitofarmaka terstandar, khususnya di Indonesia. Beberapa penelitian telah mengidentifikasi aktivitas farmakologi Phyllantus niruri L. dan Phyllantus urinaria L. yang selanjutnya memerlukan uji klinis dan registrasi resmi terkait penggunaan 23 senyawa bioaktif Meniran sebagai agen penghambat HBV.

Keterbatasan penelitian ini adalah kurangnya diperoleh artikel yang berkaitan dengan topik kajian, dan penerapan kriteria yang ketat memungkinkan artikel yang memiliki topik serupa tidak teridentifikasi oleh mesin pencari. Data akurat mengenai mekanisme penghambatan P. niruri L. dan P. urinaria L. dari sumber yang dijadikan acuan belum dapat menggambarkan secara jelas proses dan hasilnya. Hal ini dikarenakan perbedaan sampel uji dan target menjadi pertimbangan utama; oleh karena itu, penyelidikan lebih lanjut diperlukan.